Kisah Sunan Kalijogo Wayang Kulit dan Wayang Golek

KISAH SUNAN KALIJOGO DAN WAYANG KULIT (Wayang Kulit Kalahkan Wayang Golek ). Berikut iniĀ  dikisahkan oleh Ahmad Zaini Alawi jurnalis cutizen menaramadinah.com.

Ketika masa jayanya kerajaan Demak Bintoro hiburan Wayang Kulit menjadi tontonan yg paling digemari masyarakat. Sehingga Sunan Kalijaga menjadikan sarana untuk berdakwah Bagaimana kisahnya. berikut ini.

Wayang merupakan seni pertunjukkan rakyat yg mengambil cerita dari epos besar Ramayana dan Mahabarata dalam ajaran Hindu pada zaman kerajaan Majapahit sangat digemari masyarakat. Karena merupakan satu-satunya dan paling faforit. Bentuknya bulat seperti gambaran manusia biasa yg bisa dalam wujud wayang golek. dimainkan dengan tangan dipanggung.

Melihat hal itu, maka Walisongo memiliki penilaian dan strategi lainj untuk memanfaatkan pertunjukan wayang golek yg banyak diminati masyarakat waktu itu.
Salah satu Walisongo yg memperhatikan Wayang Golek itu adalah Sunan Kalijaga putra Adipati Wilatikta dari Tuban. Tapi ide yg cukup cemerlang itu mendapat tentangan dari Sunan Ampel dan Sunan Giri. Karena pertunjukan Wayang Golek itu seperti memainkan patung dan dalam ajaran Islam dilarang.

Mendengar pendapat Sunan Ampel dan Sunan Giri yg kurang menyetujui media Wayang Golek digunakan sarana untuk berdakwah, maka Sunan Kalijaga mengubah pikirannya dgn mengubah Wayang Golek dalam bentuk Wayang Kulit.

Ide itu kemudian diwujudkan dgn memodifikasinya sedemikian rupa secara kreatif menjadi media dakwah Islami. Dimana wayang tersebut dibuat dgn kulit kambing.
Hal tersebut, untuk menyiasati gambar atau patung manusia yg terlarang dalam Islam.

Bentuk wayang kemudian secara bertahan diubah menjadi hanya bentuk bayangan (wayang) dari manusia. Dengan deformasi itu tidak berarti wayang di era Kerajaan Islam merusak wayang yg tumbuh dan berkembang di masa Kerajaan Majapahit. Tapi memberikan sofistikasi dan memberikan nilai estetika yg lebih dari sebelumnya. Rupanya estetika itu mendapat sambutan yg baik dari Sunan Ampel dan Sunan Giri. Hingga akhirnya bisa ditampilkan sebagai media dakwah Islam di wilayah kerajaan Demak Bintoro.

Usai melakukan modifikasi dalam bentuk fisik. kemudian Sunan Kalijaga melakukan perubahan alur cerita atau materi yg ada. Diantaranya adalah dgn mengembangkan cerita kepercayaan politeis (banyak Tuhan) menjadi monoteis (tauhid). Waktu itu di era Kerajaan Demak, kisah para Dewa dimodifikasi menjadi sederajat dgn para Nabi atau malaikat. Jadi perspektifnya monoteis bukan lagi politeis.

Strategi tersebut rupanya mendapat dukungan para Walisongo dan umat islam waktu itu. Untuk pentas yg pertama kali adalah di halaman masjid Demak Bintoro. Sunan Kalijaga memerintahkan bagi masyarakat yg ingin melihat Pagelaran Wayang Kulit terlebih dahulu melakukan wudhu.

Permintaan itupun disetujui masyarakat. karena memang ingin melihat pertunjukan Wayang Kulit karya Sunan Kalijaga. Hingga akhirnya pertunjukan Wayang Kulit itu digelar dimana2. Setiap digelar, penontonnya selalu banyak. Juga yg masuk Islam pun semakin banyak. Karena cukup membaca syahadat.

Waktu itu memang sangat fenomenal. karena Pagelaran Wayang Golek yg merupakan budaya darai kerajaan Majapahit kalah pamor dan penontonnya sedikit. Apalagi Sunan Kalijaga mampu memainkan dgn suara yg cukup bagus saat mendalang.

Pagelaran Wayang Kulit [un berlanjut dimainkan para santri2 Sunan Kalijaga diberbagai daerah. Hingga akhirnya menjadi hiburan yg sangat disenangi masyarakat.
Masyarakat pun terlena dgn kisah2 yg ditampilkan. Syarat dengan ajaran2 Islam. Culup banyak warga setelah menyaksikan pagelaran Wayang Kulit sepulangnya menyatakan diri sebagai seorang muslim.

Tidak Dipungut Biaya

Rupanya Wayang Kulit mampu menjadikan orang2 yg semula hanya menyembah batu, pohon besar dan tidak mengenal Tuhan menyatakan diri masuk Islam. Karena itulah, wayang mengandung makna lebih jauh dan mendalam, karena mengungkapkan gambaran hidup semesta. Wayang dapat memberikan gambaran lakon kehidupan umat manusia dengan segala masalahnya. Dalam dunia pewayangan tersimpan nilai2 pandangan hidup Jawa dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan dan kesulitan hidup.

Waktu itu pagelaran Wayang Kulit tidak dipungut biaya. demikianpula yg mengundang puntidak ditarik uang Pagelarang Wayang Kulit. Karena sudah menjadi tanggungjawab Sunan Kalijaga dan santri2nya. Wayang kemudian menjadi konsumsi umum sebagai sarana hiburan dan pelaksanaan ritual tradisi di masyarakat santri waktu itu.

Sunan Kalijaga adalah salah satu dari Walisongo yg namanya paling tenar di kalangan masyarakat, karena beliau sangat pandai bergaul di segala lapisan masyarakat dan toleransinya yg sangat tinggi.

Sunan Kalijaga sangat berjasa bagi perkembangan agama Islam dan perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia, terutama kebudayaan wayang. Sejarah perkembangan wayang tidak lepas dari peranan Sunan Kalijaga.

Wayang di dalam masyarakat Jawa sebelum agama Islam berkembang telah menjadi sebagian dari hidupnya, dan di dalam dakwah, Sunan Kalijaga menjadikan wayang ini sebagai alat atau media demi suksesnya dakwah Islam.

Husnu Mufid reshared by JAMA’AH SARINYALA