TOTALITAS MENUJU “KESALAMATAN;” PERADABAN MANUSIA

Oleh: Musthofa Zuhri

Filosof besar Yunani Aristoteles berujar”Orang yang paling sempurna bukanlah orang dengan otak yang sempurna, melainkan orang yang dapat mempergunakan sebaiknya-baiknya dari bagian otaknya yang kurang sempurna”

Memahami isi ungkapan Aristoles ini keliatanya gampang gampang susah. Hal itu bukan tanpa alasan. Pertama “aristoteles menunjukkan betapa manusia dikatakan manusia haruslah memahami esensi dari apa yang ada didalam diri manusia secara utuh. Baik fisik maupun psikhis. Jasmani maupun ruhani.

Manusia memiliki peran sentral dalam mewujudkan peradaban kemanusiaan. Melalui otak nya, manusia mampu membedakan mana yang harus dilakukan dan mana yang perlu di hindari.

Kedua, betatapun demikian, manusia memiliki kelebihan sekaligus kelemahan pada otak yang difungsikan sebagai daya nalar dalam menguraikan keadaan yang mengitarinya. Kelehamahan yang menjadi kan keterbatasan manusia inilah terkadang menjadikan manusia terasing dari peradaban. Wilayah etis menjadikan manusia jauh dari panggang api. Manusia terjerembab dalam kegagalan dalam manakar dirinya senagai manusia beradab

Manusia yang beradab adalah manusia yang memiliki otak yang difungsiian untuk berfikir dengan berusaha mengambil peran otak yang sempurna. Dengan menganalisa segala yang mungkin terjadi. Setiap habar atau berita harus dipahami, diresapi dan sudah tentu di filter dengan organ organ yang ada di pikiranya. Meski hasilnya kurang sempurna.

Kecerdasan dalam mengambil sebuah informasi dibutuhkan kekuatan berfikir agar tak terjebak pada hawa panas dalam diri manusia. Tanpa filter sebuah berita akan menjadi naif. Hoax adalah salah satu dari dampak tak difungsikanya secara optimal dari otak manusia yang tidak sempurna itu. Yang pada akhirnya nafsu amarah bergelindan mempengaruhi prikaku dan watak manusia yang ber hoax.

Hal inilah yang diakatakan oleh si bahrul ulum, sayidina Ali Ra ; “Sifat pemarah adalah musuh utama akal”.

Bagi Sahabat Ali Ra, akal mampu mengontrol berita yang benar dan berita yang Hoax. Kemarahan yang berlebihan dalam mengurai sebuah masalah akan menjadi bencana bagi peradaban manusia. Demikian juga dalam soal beragama. Maka bagi “sahabat yang dibunuh oleh ibnu muljam ini ” bergama itu juga harus menekankan aspek rasional. Tanpa rasional tak akan mampu menerjemahkan pesan pesan agama secara utuh. Karena agama itu haruslah mampu diterjemahkan secara logis. tanpa logika bukankah sebuah makna agama.

Islam adalah agama yang indah, karena islam diturunkan sebagai jawaban dari budaya yang tak mencerminkan rasionalitas manusia. Budaya jahiliyah adalah contoh kongkrit. Fakta ketika Islam lahir peradaban arab sangatlah dahsyat dengan sastra sangat booming. Itu artinya ada sesuatu yang aneh, kenapa sastra booming semnetara islam memberi jawaban akan apa yang sedang terjadi. Lalu yang dimaksud jahiliyah itu apa?

Pertnyaan pertanyaan itu tampaknya perku diuraikan. Dan hal itu sudah dijawan oleh Tuhan dengan firman Nya diwahyu pertama yakni Al alaq 1-5.

Yakni sebuah kritik yang maha dahsyat. “membaca bukan sekedar membaca. Namun perku filter dari demesni ilahiyah dengan menghadirkan Tuhan didalam sebuah bacaan. Baiak sebuah pengetahuan (berita dan informasi ) yang sedang dan akan ditrima. Menggunakan daya nalar dan kritis akal melalui lantaran Pena. Pemilihan mana budaya yang buruk dan mana budaya yang baik. Mana yang disebut dengan kebudayaan dari hasil olah pikir manusia dan mana yang menjadi pesan agama. Manusia harus memilah dan memilih dengan nalar yang selektif dan kritis.

Dari hal hal diatas Maka bagiku, akal adalah jendela mengurai peradaban. Manusia dijadikan kholifah di bumi karena mampu mengurai nama nama dari ujian yang disodorkan padanya. Kisah Adam As, cukup jelas. Akal adalah pemisah antara kebodohan dan kejernihan .Akal adalah pemilah antara berita fakta disertai data dan menyingkirkan berita berita hoax yang menggugurkan kemanusiaan manusia.

Agama memberi penguat pada arah terminal ahir dari akal pikiran . Bukan agama tanpa akal, dan bukan akal tanpa ditopang oleh agama.

Hanya berjalan dengan norma agama lah akal pikiran tak jadi tersesat. Dan tak akan pernah dibutakan siapapun yg menjalankan agama dengan memfungsikan akalnya.

Hati adalah pengejawantahan dari pemilihan antara yang benar dan yang salah. Pemilahan dari pemilihan mana yang berakal sesuai agama dan mana yang menggunakan perangkat nafsu .

Bertahanlah dengan memfungsikan akal, hati untuk memperkuat agamamu. Agama yg mengajarkan kedamaian. Kedamaian dalam beragama menuju keselamatan dengan penyerahan diri secara total pada Tuhan. Islam adalah agama keselamatan bagi dan untuk manusia. FINAL GOALNYA adalah TAUHID.

Ber Islam seharusnya menyampaikain hal hal yang rasional. Yang indah. Yang sejuk dan sudah tentu Totalitas menuju keselamatan peradaban manusia. Bukan menjungkir balikkan realitas dengan narasi narasi hoax yang menyesatkan. Lebih – lebih di era pandemi covid 19 ini. Semua harus bergegas , bergerak memfungsikan akal pikiran yang jernih, demi menyongsong kehidupan yang lebih baik .

Afalaa ya’qilun…

Selamat pagi…