Pola Pendidikan Pesantren di Indonesia

Oleh : Yahya Aziz


Beberapa hari yang lalu, saya menulis di menaramadinah.com dengan judul : JANGAN TAKUT JADI SANTRI, gerakan ayo mondok,… mondok itu kreen. Animo masyarakat memondokkan putra putri nya ke bumi pesantren , atau mensekolahkan ke umum di bawah naungan yayasan pesantren, atau sekolah berbasis seperti pesantren luar biasa.
Menarik sekali riset penelitian Dr. H. Mardliyah, istri dari Dr. Yunus Abu Bakar, guru kami alumni Gontor 1985 yang berjudul : KEPEMIMPINAN KYAI DALAM MEMELIHARA BUDAYA ORGANISASI, varian pesantren di Indonesia ini, mengikuti ketiga pesantren besar di Indonesia yang sistemnya berbeda-beda tapi tujuannya sama. Yaitu : Tebuireng Jombang, Lirboyo Kediri dan Gontor Ponorogo.
Representasi Pondok Pesantren besar yang tetap survive di tengah tengah perubahan dalam sistem pendidikan pengajaran nya dan diminati oleh masyarakat dari Sabang Merauke sampai luar negeri adalah :
1. Pesantren Tebuireng sebagai pondok pesantren yang memadukan antara sistem salaf (tradisional) dan sistem modern.
2. Pesantren Lirboyo Kediri sebagai pesantren salaf ( tradisional )
3. Pesantren Gontor Ponorogo sebagai Pondok dengan sistem modern sejak awal berdirinya.
Ketiga pesantren inilah yang menjadi rujukan sistem pendidikan dan pengajaran nya di seluruh Indonesia.
Bahkan ada beberapa pesantren di Indonesia yang memadukan antara sistem modern dan salaf, sehingga melahirkan generasi santri yang pandai berkomunikasi dengan bahasa Arab Inggris plus bisa membaca kitab kitab kuning klasik.
Ketiga pesantren ini, konsep pendidikan nya mengikuti 2 tokoh besar pendidikan Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara dan Mahmud Yunus.
Kita ingat misi pendidikan versi Ki Hajar Dewantara adalah :
ING NGARSO SUNG TULODO ING MADYO MANGUN KARSO TUT WURI HANDAYANI
( Di depan memberi contoh, di tengah membangkitkan semangat, dan di belakang memberi dorongan/ dukungan ).
Sedangkan menurut ustadz Mahmud Yunus ada 3 pusat pendidikan ( Awamilut Tarbiyah Tsalasah) : Rumah (albait), Sekolah ( madrasah) dan Lingkungan ( albiiah).
Ketiga pesantren ini memakai sistem asrama dan selalu di pantau langsung oleh kyai selama 24 jam setiap hari.
Ada aturan aturan dari santri yang harus ditaati mulai bangun pagi pukul 03.30 sampai tidur kembali pukul 22.00. Apabila melanggar kena saknsi. Disinilah pola keteladanan, kepribadian, keorganisasian, kemasyarakatan bisa diajarkan langsung oleh kyai dengan mudah karena santri belajar dan tempat tinggal nya berasrama.
Proses pembelajaran di ketiga pesantren ini mempunyai kekuatan untuk mengasah 3 kecerdasan santri, yaitu :
1. Kecerdasan intelektual
2. Kecerdasan emosional
3. Dan kecerdasan spiritual.
Inilah yang seharusnya menjadi ruh pendidikan di Indonesia, dan itu bisa dilakukan kalau pendidikan itu bersifat integral menyatunya pendidikan baik di rumah, sekolah dan lingkungan.
Belajar tidak ada batasan, LIFE LONG EDUCATION Pendidikan seumur hidup, LIFE LONG LEARNING Belajar seumur hidup.
Pendidikan bukan hanya tugas guru, tapi juga orang tua. Disinilah letak peran penting orang tua dalam mendidik anak-anak kita. Orang tua ikut mondok, dalam arti kata TIRAKAT mendoakan anak anak nya dengan cara MENGETUK JENDELA PINTU LANGIT sehingga menyentuh hati anak semangat dalam belajar di bumi pesantren.
Hakekat pendidikan itu adalah melatih peserta didik untuk menjadi tangguh dan petarung, itulah pola pendidikan dan pengajaran di pesantren.
1. Santri dilatih untuk mandiri, pisah dari orang tua.
2. Santri dilatih untuk hidup sederhana
3. Santri dilatih untuk hidup dalam suasana keprihatinan, makan mandi antri dan hidup dalam kebersamaan.
Jadi pendidikan di pesantren itu bukan teori tapi praktek langsung, pendidikan tidak cukup dengan ungkapan kata kata, pendidikan itu harus dengan penugasan penugasan dari kyai kepada santri.
Ada yang bertugas di asrama, menjaga keamanan pondok, memasak di dapur, sopir khusus pak kyai, bagian pengajaran, penerimaan tamu, bagian penjaga toko koprasi & kantin pondok serta bagian diesel listrik dan pembangunan. Mereka bekerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas tanpa bayaran sepersen pun. Diberi amanah tugas adalah sebuah kepercayaan dan pengalaman yang berharga dan luar biasa.
Apa yang anda lihat, anda rasakan, anda lakukan itulah PENDIDIKAN.
Sistem kepemimpinan pesantren luar biasa, ada kaderisasi dari pendiri pertama sampai sekarang. Rata rata pesantren besar umurnya hampir 1 abad ( 100 tahun ) mereka lahir sebelum kemerdekaan Indonesia 1945, semakin hari semakin tahun dipercaya oleh masyarakat. Dari sini, saya berani memberi kesimpulan 3 pesantren ini ( Tebuireng, Lirboyo dan Gontor Ponorogo ) dalam mengelola pendidikan lebih berpengalaman dari pada lembaga pendidikan yang dikelola oleh KEMENDIKBUD DAN KEMENAG dalam kemajuan dan perkembangan nya, mengapa ? karena Kemendikbud dan Kemenag lahir setelah kemerdekaan RI.
Dari pesantren lah muncul tokoh tokoh besar diantaranya :
KH. Abdurrahman Wahid mantan presiden R I , alumni Tebuireng, KH. Said Aqil Siradj ketua umum PBNU sekarang alumni Lirboyo Kediri, Luqman Hakim Saifuddin mantan Menag, Din Syamsuddin tokoh Muhammadiyah, Hasyim Muzadi Muzadi mantan PBNU alumni Gontor.
Selamat bagi wali santri yang putra putri nya mau mondok di pesantren Tebuireng Jombang Lirboyo Kediri dan Gontor Ponorogo, atau pondok pesantren lainnya…
Semoga sukses selalu dan mendapatkan ilmu yang barokah dan bermanfaat bagi ummat.
Barakallah….
Y A Wali santri Gontor Ponorogo dan Lirboyo Kediri