Pengalaman Spiritual Wali Santri ( 1 ) ( Mimpi Bertemu Trimurti : Kisah Wali Santri dari Semarang )

Oleh : Yahya Aziz


Selama saya jadi Wali santri, baik Lirboyo dan Gontor (2014-2020) ketika berkunjung ke pondok selalu menginap di bapenta Al-Azhar (2014-2018) dan gedung satelit (2018-2020). Belum pernah nginap di wisma Darussalam atau wisma IKPM, apalagi di hotel.
Rasanya tidak pantas dan tidak patut ketika anak anak kita tidur di asrama dengan kasur tipis, justru kita tidur di kamar yang ber AC.
Ketika anak anak masuk kelas, saya sempat kan silaturahmi ke Guru guru senior, dan ziarah makam bah Kyai Anom Besari ( leluhur Trimurti) Gontor lama Tegal Sari, dan ziarah makam Trimurti pendiri pondok.
Di bapenta inilah, kami dapat ilmu kehidupan baru bagi kami, kisah kisah spritual dari sesama Wali santri. Alhamdulillah, kami ditakdirkan oleh Allah bertemu Abah Herman (nama samaran) Wali santri dari kota Semarang semua anaknya belajar di Gontor.
Dia bercerita, semua anaknya lulusan SD tidak mengenal madrasah. Belajar nulis Arab hanya ketika liburan dan bulan suci Ramadhan. Untuk berjuang masuk Gontor dengan seleksi yang amat super ketat, perlu usaha lahiriah dan batiniah.
Di antara usaha lahiriah adalah : mengikuti kursus IMLA’, berhitung bersama konsulat, dan tambahan belajar sendiri bersama kakak kelas 6.
Dan usaha IHTIAR BATIN yaitu : mengetuk jendela pintu langit tiap malam di masjid Jami’ dan shalat duha di masjid Atiq ( pusaka). Dan tidak ketinggalan ziarah makam TRIMURTI pendiri pondok.
Setelah ujian tulis CAPEL tanggal 11 syawwal, dia intensifkan GERAKAN SPRITUAL nya, rajin duha, tahajud dan ziarah makam Trimurti pendiri pondok.
Menjelang pengumuman Capel 15 syawwal, hati nya berdebar dag….dig….dug…kira kira lulus gak ya putranya. Mengingat bersaing super ketat, belajar nulis IMLA’ hanya 2 bulan. Sedangkan para pesaingnya lulusan madrasah, bahkan pernah mondok di pondok alumni.
Besok pagi pengumuman ujian Capel jam 06.00 bersamaan dengan pembukaan tahun ajaran baru, malam nya jam 12.30 Abah Herman bangun menegakkan shalat tahajud 4 rakaat di masjid JAMI’, setelah itu dia bacakan fatehah sampai subuh, doa’ fatehah ini ia khususkan ke TRIMURTI pendiri pondok.
Ketika jelang adzan subuh, dia tertidur dalam posisi duduk sambil pegang tasbih dan bermimpi dadatangi TRIMURTI ( Mbah kyai Ahmad Sahal, Mbah kyai Fanani dan Mbah Kyai Zarkasyi ). Bahkan Mbah Kyai Sahal sempat memberi sorban dan mengalungkan serta berbisik : ANAK MU LULUS YO LE….( Nak anak mu lulus).
Adzan subuh terbangun, dia gembira dan meneteskan air mata…..
Paginya ketika mendengar kan pengumuman tes, ternyata benar putra nya LULUS di tempat kan di Gontor 1 Ponorogo….
Bagi anda Wali santri dan pembaca tulisan kami di menara Madinah com, tentang kisah nyata ini percaya silahkan gak percaya silahkan. Yang penting jangan sampai menyalahkan dan membid’ahkan sesama.
Kita bersaudara seperjuangan untuk memondokkan anak kita.
Bagaimana putra nya pak Herman yang hanya lulusan SD umum, bisakah beradaptasi …?
Kita lanjutkan kisahnya pada episode yang akan datang….
Barakallah…
Y A, Wali santri Lirboyo Gontor, penulis buku Para Kyai Pejuang Kemerdekaan