
Oleh : Musthofa Zuhri
Hari ini, aku ingin menulis tentangmu. Tentang dimana antara aku dan engkau telah menjadi kita.
Aku tahu! Aku bukan tipe orang yang suka basa basi. Lebih lebih sosok perayu dengan kalimat puitis, sementara kuyakin engkau amat terlalu hebat untuk menerimaku apa adanya.
Puisi itu hanyalah kata kata.Sementara nafasku ada buat engkau. Itu akan lebih bermana.
Aku kadang ingin merayumu. Dengan menggenggam tanganmu.Atau setidaknya, membuat kata kata yang bisa membuatmu tertawa lepas. Tapi aku tak bisa. Mungkin lebih tepatnya tak terbiasa.
Suatu ketika, ku menulis kalimat dan kuselipkan dimeja kerjamu. Tulisan itu masih tak tersentuh.
Masih teringat dengan jelas kalimat itu dan hingga kini masih ku hafalkan
“Kecantikan tertinggi dari seorang wanita adalah kualitas yang menjadikannya diinginkan sebagai istri dari seorang laki-laki dan ibu dari anak-anaknya,”
Itu kalimat pertama sejak aku dan engkau menjadi kita.
Akhirnya, kalimat itu hilang ditelan mesin cuci.
Aku kadang ingin engkau memarahiku. Dan aku ingin menjadi pendengar terbaik. Atau setidaknya, menceramahiku. Tapi engkau mungkin tak bisa menguraikanya.
Apakah engkau bahagia?atau setidaknya, katakan dengan bahasamu. Bahasa kartini , habis gelap terbitlah terang. Habis mendung muncul sinar mentari. Atau, kata kata yang sepadan dengan itu.
Kartiniku
Terkadang, kepedihan harus dilalui sebelum tercapainya kebahagiaan. Tersenyumlah ketika bersedih, karena akan ada kebahagiaan setelah itu. Dan aku harap engkau tak ada kesedihan. Senyuman dan tawamu adalah kebahagian yang terindah buatku.
Aku tak bisa merayu melebihi apa yang tertulis dalam baitan syair para pujangga. Dan ku kira engkau memakluminya.
Dan aku semakin tak kuasa, ketika engkau sedetik saja hilang dari pandanganku. Aku tak bisa tanpamu. Karena tanpamu apalah arti kehidupan ini.
Kartiniku..
Roda jam terus berputar.Bergerak dari detik ke menit. Melaju mendekati jam lalu bergerak menjadi hari.
Kuingin lalui kisah hidupku bersama mu dengan tetap aku dan engkau sebagai kita. Dan kuyakin itulah aku juga engkau.
Kartiniku..
Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa adalah pilihan. Dan aku tak ingin memilih untuk tua, meski kepastian adalah mutlak.
Karena bagiku, segalanya adalah kisah. Aku , engkau yang menjadi kita.
Ach…gombal!!