Manembah Ritual Kaum Aboge

Manembah Ritualnya Kaum Aboge.

Setiap kebudayaan, menciptakan kearifan lokal dan ilmu pengetahuannya. Dengan komonitas masyarakat kejawen, komonitas trah Bonokeling di Pakuncen kecamatan jatilawang, Banyumas mempunyai laku khusus.

Duduk bersila, mata ngayam-ayam (antara melek dan merem-red) dengan pandangan terpusat pada pangkal hidung (gunung tursina) sembari membaca japa mantra. Sementara telapak tangan tertangkup saling bersentuhan di depan dada. Itulah bentuk ritual khusus para Aboge usai menjalankan puasanya. Semedi yang biasanya dilakukan secara bersama-sama ini dikenal dengan istilah manembah.

Jika umat Islam memiliki kiblat sebagai penjuru utama dalam salat, tak demikian dengan Aboge. Barat, timur, utara maupun selatan tak masalah bagi kaum ini. Dengan kata lain, manembah dilakukan tanpa terikat arah tertentu. Selanjutnya, agar khusyuk, penggunaan minyak wangi menjadi syarat khusus.

Lalu, bagaimana dengan pakaian yang dikenakan? Pakaian adat Jawa berupa surjan juga blangkon hanya digunakan saat ritual pada hari besar tertentu, seperti tanggal 1 Suro. Di luar itu, tak ada ketentuan lain. Mereka yang mengenakan pakaian adat Jawa tersebut biasanya adalah para Aboge yang menganut tradisi Kejawen.

Sudah menjadi hal umum di kampung, manembah atau semedi bersama saat Idul Fitri dilakukan di rumah sesepuh Aboge. Di Dusun Binangun, ritual itu digelar dengan sederhana di kediaman Bapak Sarno Kusnandar sesepuh Kaum Aboge Cilacap pada malam 1 Syawal. Tak masalah meski rumah itu berhadapan dengan masjid. Memang, jarak antara dua bangunan itu sangat dekat, sekitar 10 meter.

Totok Budiantoro

Koresponden MM.com