Fenomena mendadak NU di mata Cak Firman

Oleh : Firman Syah Ali.

 

Di Sebuah grup WA IKA PMII Madura di mana saya jadi admin di situ, tampak seorang kader muda NU berdebat dengan sesama NU. Mereka berdebat tentang seorang pelaku dinasti politik yang tau-tau dibanserkan. Dalam perdebatan tersebut sampai keluar kata-kata “menjijikkan”.

Bagi orang yang aktif di NU sejak kecil, sejak IPNU, memang diam-diam kesal hatinya jika ada figur publik yang sedang punya hajat politik di tahun politik tau-tau di-NU-kan, diseragami Banser dan sebagainya. Mereka juga diam-diam menggerutu jika ada orang yang jelas-jelas NU tiba-tiba divonis bukan NU gara-gara kontestasi politik.

Ada sebuah guyonan bermutu bahwa warga NU itu ada yang ori, naturalisasi, rehabilitasi, reboisasi dan imitasi. NU Ori adalah orang yang asli NU, keturunan NU, keluarga NU dan sejak kecil aktif ngurus IPNU atau IPPNU.

NU Naturalisasi adalah orang yang baru kenal NU dan ingin banget jadi pengurus NU. Ia pingin berkhidmah, ngabdi sama kiai NU. Entah ada kepentingan apa di balik semua itu, hanya Allah SWT yang tau.

NU rehabilitasi adalah orang yang dulunya tidak suka sama NU, sering posting dan nge-share berita yang menyudutkan NU, tiba-tiba insaf dan berubah menjadi pembela NU.

NU reboisasi adalah keturunan, keluarga dan amaliyah NU, namun tidak pernah aktif di organisasi NU. Tiba-tiba ingin aktif ngurusi NU.

NU imitasi adalah Orang NU yang gampang terbawa kelompok luar NU. Tidak teguh pendirian. Kadang ijo, kadang putih, kadang hitam. Ada yang NAHRABI (Nahdliyyin Rasa Wahabi), ada yang NAHRASYI’ (Nahdliyyin Rasa Syi’ah) dll.

Wajar jika warga NU Ori kadang iri kepada NU Naturalisasi, Rehabilitasi, NU Reboisasi dan NU Imitasi. Bahkan menurut saya kadang itu bukan bentuk iri hati, tapi bentuk kewaspadaan yang tinggi akan nasib NU ketika dikuasai oleh kaum Non Ori.

NU non ori atau mendadak NU biasanya muncul pada tahun-tahun politik, atau di luar tahun politik bagi yang sedang rebutan jabatan birokrasi pemerintahan (Kepala Dinas) terutama di daerah-daerah yang kepala daerahnya berlatar-belakang NU.

Saya termasuk yang jijay terhadap sutradara dan aktor mendadak NU, namun saya tetap moderat, siapa tau sebagian diantara mereka “mendadak” lahirkan manfaat yang besar untuk NU. Campuran antara jijay dan legowo ini enaknya dibungkus dengan istilah apa ya?

*) Penulis adalah Pengurus Harian LP Ma’arif NU Jatim/Majelis Alumni IPNU