Jember, 22 Januari 2020- menaramadonah.com-
Lima desa yang berada di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Tanggul Jember rawan terkena dampak bencana banjir akibat limpasan air Sungai Tanggul. Oleh karena itu perlu upaya serius dari seluruh elemen masyarakat baik pemerintah maupun swasta untuk bersama-sama melakukan mitigasi.
“Lima desa itu adalah Desa Kencong, Kraton, Paseban, Cakru dan Desa Kepanjen Kecamatan Gumukmas. Oleh karena itu perlu membangun kesadaran masyarakat terhadap resiko terjadinya bencana banjir melalui program Desa Tangguh Bencana atau Destana di wilayah tersebut,” ujar Joko Mulyono ahli kebencanaan Universitas Jember dalam acara Sosialisasi Dokumen Rencana Kontinjensi Banjir DAS Tanggul Kabupaten Jember, (22/01)
Dalam acara yang digelar di Agrotechno Park Universitas Jember di Jubung ini Joko mengatakan, dari tahun ketahun wilayah sekitar DAS Tanggul selalu menjadi langganan bencana banjir akibat jebolnya tangkis Sungai Tanggul karena tidak mampu menahan debit air sungai akibat tingginya curah hujan.
“Di hulu Sungai Tanggul itu ada 22 anak sungai. 10 sungai dari arah barat dan 12 sungai kecil di wilayah timur. Sehingga jika terjadi hujan deras di hulu sungai baik do wilayah barat dan timur maka secara otomatis akan meningkatkan debit air Sungai Tanggul. Jadi wajar jika tangkisnya sering jebol,” imbuh Joko.
Oleh karena itu menurut Joko, untuk mengurangi resiko yang diakibatkan luapan air dari Sungai Tanggul perlu ada komunikasi yang bagus pemerintah atau masyarakat yang berada di hulu dan hilir sungai.
“Dampak banjir itu kan biasanya selalu dirasakan masyarakat yang berada di hilir sungai. Oleh karena itu manakala terjadi hujan yang berpotensi adanya peningkatan debit air sungai harus segera dikomunikasikan. Agar petugas dari Dinas Pengairan yang berjaga di setiap pintu air juga mengecek ketinggian air apakah berpotensi terjadinya luapan air atau banjir. Sehingga dapat memberikan peringatan dini kepada masyarakat sekitar,” lanjut Joko.
Selain itu menurut Joko, kondisi DAS Tanggul saat ini sudah tidak ideal lagi. Sehingga harus ada upaya dari pemerintah ataupun dinas terkait untuk melakukan normalisasi aliran sungai.
“Dibeberapa titik DAS Tanggul terjadi pendangkalan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengerukan agar debit air yang ditampung bisa lebih banyak. Karena jika sungainya dangkal maka sedikit saja hujan di hulu sungai akan mengakibatkan terjadinya luapan air,” pungkas Joko.
Dalam acara sosialisasi ini dihadiri oleh 50 orang peserta dari seluruh SKPD terkait penanganan bencana Kabupaten Jember, Kepala Desa sekitar DAS Tanggul, TNI dan Polri. Acara ini merupakan hasil kerjasama antara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Jember. (is/mun)