Larung Sesaji dan Buang Sukerto di Pantai Serang Blitar

UPACARA LARUNG SESAJI, BUANG SUKERTO NEGARI

Blitar-menaramadinah.com-Pemerintah Daerah Blitar dan sejumlah tokoh Pecinta Budaya dan sejarah menggelar upacara larung sesaji Buang Sukerto Nagari. Di  Pantai Serang, Panggungrejo Blitar, Kamis 13 September 2018 kemarin.
Ombak pantai Serang mengalun ayun ayun disertai suara gemuruh angin menderu laut selatan yang tanpa tepi, sayup sayup suara gamelan mengiring langkah kidmat Upacara Agung dari para Brahmana Agung di kawal para Ksatria kadipaten Blitar di ikuti seluruh lapisan masyarakat dari penjuru utara, timur, barat, menuju arah selatan dimana Dipercaya Bunda Ratu Laut Sekatan Bertahta.

Dari arah angin selatan yang berirama mengikuti lantunan doa mantra Ki Ageng Serang, terlihat nyata Sang Maha Kuasa berkenan menerima Sesaji yang di larung dalam 3 perahu dari 3 sukerto utara timur barat. Di buang ke laut selatan untuk disucikan kembali.

Dalam keyakinan Jawa dan  juga membenarkan bahwa apapun dari laut itu halal hukumnya. Maka orang jawa membuang melarung sial juga ke laut untuk bisa disucikan kembali, lantaran Bunda Ratu berkenan terlibat “membersihkan” kawula yg berniat suci bersihm” Ini upacara rutin sdh turun temurun sejak jsman dulum Kangnas,” Demikian Ki Raban Yuwono yg bergelar Ki Ageng Serang membuka bicara Ke awak media kita. “Dulu sesuai yang ditulis Di Serat Negara Kertagama, Janjeng Prabu Haysm Wuruk, mbuang Sukerto Negari Majapahit juga ke Pantai ini Kangmas. Setelah velia nyekar di candi Pslah Penataran, ke candi mlerim ke candi Lwang Wentar, candi Simping, lalu naik keselatan menuju candi Bacem terus menyusuri Pantai Selatan yo.,,ke pantai ini.,,”
Ribuan orang tumplek blek di pantai yg berombak rata2 1- 7 meter tsb. Hadir Kepala Dinas Pariwisata budaya Jatim diwakili Kasi dan rombongan stafnya kemarin, didampingi bupati Blitar muspida dan Muspika se kab Blitar.
Kepala desa Serang Handoko, menyatakan” Terimakasih kepada Pemprof Jatim dan Pemkab Blitar yang telah menempatkan Uoacara Larung Sesaji, ini sebagai agenda rutin tahunan yang sekaligus menjadi destinasi pariwisata budaya di tingkat daerah sampai ke level internasional.
Upacara pagi ini menjadi sejarah napak tilas laku luhur kita terhadap leluhur kita mikul duwur mebdem jero.

Terimakasih juga kepada sepaya pihak yang ikut mensukseskan acara luar biasa ini, bekti taeadlu saya kepada Beliau Para Pinisepuh yg rawuh berkat bimbingan Panjenengan saya bersama panitia telah sukses menjalankan rangkaian acara Festival di Pantai Serang ini. Kemarin sdh kita gelar Festival layang2, lomba patung pasir hari ini larung sesaji setelah ini ritual pelepasan tukik untuk menjaga kekestarian biota laut kita, semoga di rahun2 yang akan datang  bisa lebih baik, ” demikuan kades Handoko menutup samgutanya.
“Ada 3 peristiwa besar kisah kepahlawanan besar di bumi Nusantara ini terjadi di pantai Serang ini. ” bapak Bupati Blitar H.Rianto mbuka pidato sambutannya.
1. Maha Raja Hayam Wuruk, dalam perjalanan dharna bhakti leluhurnya berakhir di Pantai Serang ini, 2. Pahlawan Peta Supriadi, wong Blitar itu, dpt inpirasi menyerang brotak Jepang juga di sini, setelah menyaksikan rakyatnya di Romusa kan untuk membendung laut selatan, sebuah penyiksaan penhajah Jepang yg diluar tata krama kemanusiaan. 3, mbah Mujair, yg menemukan ikan Mujair, ikan lsut yg berhasil ditangkar menjadi ikan air tawar juga bermula dari
Pantai laut Serang ini…mari kita belajar dari peristiwa sejarah penting tersehut sebagai teladan untuk kita berdharma bhskti kpd bangsa negara dan agama.”
Demikian ritual Upacara Larung Sesaji ini bertepatan petingatan setiap tahun awal dimulainya tahun jawa. Siji Suro.

Hamungkasi purwaning warsa 1439h/1951 jawa, hangruwat jiwa raga raga, winahyo ing sahroning batos suci kinanti lumantaring nugraho jatining rohso, sedya hanetepi dawuhing Gusti mugi2 sadaya kalepatan tansah pinaringan welasing Pangapuraning Sanghyang Wenang, Rahayu widodo kslis nir ing sambikala.

Gentur ing panuwun, sumeleh ikhlasing manah, hamemayu purwaning warsa enggal 1440 H/1952 Jawa, nyuwun agunging samodra pangaksami, lahir trusing batos sedaya lepat kawula dasih, “Sura dira jaya ningrat lebur deneng pangastuti” Sedaya sumonggo mapak nugrahaning wahyu Jawa Tumoto kawiwitan warso enggal puniko.

Ki Ageng Jontor Siswanto,

Sakulawarga Agung: Omah Budaya Sawentar

Koresponden MM.com