Palu Untuk Walikota Surabaya

Oleh : Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag
Hari Guru di Gelora 10 Nopember Surabaya dengan suguhan atraksi tarian modern oleh 20.000 guru berbusana merah putih, Sabtu, 30-11-19.

1. Selamat Hari Guru “merah putih”. Merah artinya bapak ibu guru siap berdarah-darah mencerdaskan anak-anak Surabaya. Juga siap mendidik mereka siap mati demi NKRI. Putih artinya bapak ibu guru mengajarkan kejujuran, kesopanan dan toleransi. Indonesia tidak punya masa depan, jika generasi kita generasi intoleran terhadap pebedaan. “Keseragaman tidak boleh mengorbankan keberagaman,” kata Mas Nadim Anwar Makarim, menteri pendidikan kita yang hebat itu.

2. Saya diberi waktu lima menit untuk ceramah dan doa. “Siap, karena saya berbicara di depan guru-guru yang cerdas. Satu kata bisa diuraikan dengan sempurna oleh orang cerdas.”

3. Saya tertarik mengomentari pidato ibu Walikota yang baru saja kita ikuti, “Saya dulu ketika di SMP sama sekali tidak menonjol, bahkan sedikit mbeling. Sekarang menjadi walikota terbaik dunia.” Itulah bukti bahwa, “Hidup masih koma, belum titik.” Tirukan saya semuanya, “Saya belum amat berprestasi. Itu kan sekarang. Tapi, saya optimis, tahun depan, lima tahun ke depan, akan menjadi guru terbaik di Asia, lalu tahun berikutnya, terbaik dunia. Ya, karena hidup masih koma, belum titik.” Setelah gema ikrar itu, saya menghadiahkan buku “Hidup Masih Masih Koma, Belum Titik” kepada ibu walikota.

4. Guru harus cerdas, inovatif dan berwawasan luas agar bisa mengatasi masalah pembelajaran dengan lincah dan tuntas. Ulangi kata-kata saya, “Jika hanya palu yang kau miliki, maka semua masalah kau atasi dengan alat itu.” Maka, guru harus memiliki juga gergaji, obeng, dan sabagainya. Jangan ada guru melewati hari tanpa membaca dan menemukan inovasi.

5. Jika bapak ibu guru dan tenaga kependidikan ingin berhasil dalam tugas pendidikan, maka tirulah Bu Risma, walikota top ini, yang melakukan semua tugas di kota metropolis ini dengan kasih. Dalam Alquran Surat Al Mulk, Allah berfirman bahwa Ia bisa menciptakan dengan sempurna alam semesta ini karena dilakukan dengan Ar Rahman, kasih saying. Jadilah guru dan tenaga kependidikan yang berdedikasi penuh dan dengan pndekatan hati di samping dengan otak. Jalaludin Rumi mengatakan, “Selamat tinggal hanya berlaku bagi pecinta dengan mata, dan tidak berlaku bagi pecinta dengan hati dan jiwa.” (Surabaya, 30-11-2019).