MENYAMBUT TAHUN BERDAMAI BERSAMA ALAM

Dr. Sukidin, M.Pd.

Setiap malam akhir tahun selalu dapat disaksikan adanya perayaan menyambut tahun baru. Masyarakat beramai-ramai melakukan selebrasi, sambil berucap selamat tinggal tahun 2025 dan selamat datang tahun 2026. Tahun baru seolah memberi harapan baru.

Mengakhiri tahun ini banyak media yang mengabarkan kaleidoskop tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi selama setahun yang lalu. Ada peristiwa yang menyenangkan ada pula peristiwa yang menyedihkan.

Selama tahun 2025 ini nampaknya kita lebih banyak dipenuhi dengan peristiwa yang menyedihkan, karena terdapat fenomena banjir bandang, tanah longsor, gempa, dan gunung merapi yang mengalami erupsi. Rentetan peristiwa alam yang lagi murka pada umat manusia, layak dijadikan bahan refleksi dalam memasuki tahun 2026.
.

Selama satu tahun ini kita mengalami adanya geliat alam yang mengerikan. Bencana banjir meluas di berbagai wilayah, dengan Sumatera sebagai titik episentrumnya. Peristiwa banjir bandang yang terjadi selama ini kita yakini bukan sabagai sesuatu yang kebetulan saja.

Pepatah mengatakan, tiada asap bila tiada api. Semua peristiwa alam ini tentu bukan merupakan fenomena yang berdiri sendiri. Akibat perilaku buruk manusia, yang serakah dan eksploitatif, mengakibatkan alampun berontak, maka terjadilah bencana yang mengguncang.

Alam menggeliat dengan caranya sendiri. Pohon-pohon besar melakukan bunuh diri massal dengan mencabut akarnya dari bumi, ia kemudian menghanyutkan diri bersama air bah.

Air mengalir bukan di sungai, tapi meluber ke daratan sambil menghanyutkan rumah-rumah penduduk dan harta yang mereka miliki. Hal ini merupakan kode alam bagi manusia yang mau berpikir. Alam sedang menuju pada jalan keseimbangan baru.

Menjadilah orang bijak yang mengakui kesalahan masa lalu, dan ada kerelaan belajar dari pengalaman untuk menghadapi masa depan.

Tahun baru 2026, saatnya dihadirkan pandangan baru tentang cara berinteraksi dengan alam. Sebelumnya kita cenderung eksploitatif, merusak dan memperlakukan alam sesuai kepentingan, yang hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi semata. Di masa depan kita harus berpandangan bahwa alam adalah sahabat kita. Kita kembangkan budaya hidup dengan semangat merawat dan melestarikan alam.

Tidak ada lagi penebangan hutan secara massif, tidak ada lagi alih fungsi lahan subur untuk kawasan pemukiman atau industri, dan tidak ada lagi pembuangan limbah secara sembarangan.

Pembangunan harus dirancang dengan orientasi berwawasan lingkungan, sehingga menjadi konsep pembangunan yang berkelanjutan. Kita harus kembali hidup berdamai bersama alam.

Sudah saatnya tahun baru 2026 ini kita jadikan momentum untuk menyemangati diri dengan membangun pola berinteraksi yang harmonis antar sesama manusia, dengan alam dan dengan Tuhan. Cara berkomunikasi dengan manusia dan Tuhan sudah diajarkan oleh para nabi dan rosul.

Momentum tahun baru, yang waktunya berdekatan dengan perayaan Natal, merupakan peringatan hari lahirnya nabi Isa, yang bertepatan dengan tanggal 25 Desember. Para nabi yang diperingati adalah tanggal lahirnya, karena nabi memang sejak lahir sudah dipilih oleh Tuhan menjadi manusia yang sempurna.

Hidupnya senantiasa dalam pengawasan, perlindungan dan jalan petunjuk kearah kebenaran. Kematian para nabi juga sudah mendapat jaminan surga dari Tuhan. Nabi Muhammad yang diperingati juga tanggal lahirnya, yaitu 12 Robiul awal. Para nabi yang mulia karena membawa risalah firman Tuhan, diperingati pada moment kelahirannya, agar kita semua dapat mengambil pelajaran tentang seluruh perilaku kahidupannya.

Semua kisah kehidupan para nabi dapat dijadikan uswah (contoh yang baik) bagi umat manusia. Para nabi memiliki kibiasaan merawat dan mencintai alam.
Sebenarnya kita dengan nabi itu bedanya cuma sedikit.

Kalau nabi sedikit tidur, kita sedikit-sedikit tidur. Kalau nabi sedikit-sedikit sedekah, kita sedikit sedekah. Kalau nabi sedikit makan, kita sedikit-sedikit makan. Momentum menyongsong tahun baru, mari kita jadikan refleksi dan pembelajaran, agar kita terus berupaya meneladani para nabi. Peringatan kelahiran nabi Isa, bisa mengingatkan kita tentang pribadinya yang penuh kasih dan secara istiqomah memberikan pelayanan pada umatnya.

Semangat melayani yang mewarnai hampir seluruh waktunya merupakan kebiasaan baik yang perlu kita rawat dan tumbuhkembangkan dalam kehidupan, termasuk merawat alam.

Perayaan tahun baru juga mengingatkan kita tentang pentingnya waktu. Ritme hidup kita sering terjebak dalam rezim waktu. Adanya target dan tagihan kinerja menjadikan waktu begitu cepat berlalu.

Tanpa terasa tahun ini tiba-tiba kita sudah berada di penghujung akhir tahun. Waktu tak pernah berhenti berjalan meski hanya sedetik. Untuk itu hargailah waktu.

Manfaatkan waktu untuk kegiatan-kegiatan positif, berupa kegiatan kerja, ibadah, belajar dan perilaku kabaikan lainnya. Dengan demikian, perilaku kita akan terus berlangsung dari kebaikan menuju pada kebaikan berikutnya.

Tahun baru tidak cukup hanya memasang kalender baru, tapi juga harus disemangati dengan spirit memulai hidup dengan lembaran baru. Kita harus menggagas resolusi hidup baru dengan tujuan yang jelas. Meski untuk mencapainya akan banyak tantangan, tapi jangan dijadikan alasan untuk menunda dalam mewujudkan masa depan.

Terus berpikir positif dan bersyukur agar hidup menjadi bahagia. Harapan sebagai nilai hidup harus terus kita perjuangkan. Mari kita jadikan tahun baru sebagai harapan dan restorasi baru untuk menata masa depan yang lebih berkualitas dan berperadaban.

*Penulis adalah Dosen Pascasarjana Pendidikan IPS FKIP Universitas Jember dan Direktur Yayasan Edukasi Mandiri Jember.