
Laporan: Imam Kusnin Ahmad SH. Wartawan Senior Jawa Timur.
BENCANA BANJIR yang melanda sejumlah wilayah di Pulau Sumatera sejak beberapa waktu yang lalu telah menyebabkan kesedihan mendalam bagi seluruh bangsa. Kejadian ini tidak hanya merenggut nyawa banyak orang, tetapi juga mengubah kehidupan ratusan ribu warga yang kehilangan rumah, nafkah, dan kenyamanan.
Tulisan ini akan merunut perkembangan terbaru dampak bencana, upaya penanganan darurat, langkah-langkah penyediaan tempat tinggal, serta harapan untuk pemulihan yang seutuhnya.
Pada Senin, 29 Desember 2025 pagi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat peningkatan jumlah korban meninggal dunia akibat banjir Sumatera menjadi 1.140 jiwa, atau bertambah satu orang dibandingkan data sehari sebelumnya. Angka ini membuat tragedi ini menjadi salah satu bencana hidrometeorologi paling mematikan sepanjang tahun 2025 di Indonesia.
Kejadian ini menunjukkan betapa seriusnya ancaman bencana alam yang terus menghadang, terutama dengan perubahan iklim yang semakin jelas dampaknya, seperti curah hujan yang semakin ekstrem dan tidak terduga.Selain korban jiwa, dampak bencana juga masih terasa parah bagi ratusan ribu warga.
Menurut laporan BNPB, sebanyak 163 orang masih dinyatakan hilang dan tim gabungan pencarian yang terdiri dari aparat keamanan, relawan, dan masyarakat lokal terus melakukan upaya dengan penuh semangat untuk menemukan mereka, meskipun kondisi medan yang sulit dan cuaca yang tidak menentu menjadi hambatan.
Sementara itu, jumlah warga yang masih mengungsi mencapai 399.172 jiwa yang tinggal di berbagai titik pengungsian yang tersebar di beberapa provinsi. Pengungsian ini disediakan karena banyak rumah warga terendam air, rusak parah, bahkan runtuh, serta infrastruktur seperti jalan raya, jembatan, dan saluran air bersih yang terganggu, menyebabkan keterbatasan akses ke wilayah terdampak dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar.
Provinsi Aceh menjadi wilayah dengan jumlah korban meninggal tertinggi, yakni 513 jiwa. Disusul kemudian Sumatera Utara dengan 365 jiwa dan Sumatera Barat dengan 262 jiwa. Ketiga provinsi ini mengalami curah hujan ekstrem yang berlangsung lama, menyebabkan banjir rob yang meluap dari sungai-sungai besar seperti Sungai Aceh, Sungai Batanghari, dan Sungai Ombilin, serta genangan air yang sulit surut karena drainase yang terhalang.
Kondisi cuaca yang masih berpotensi ekstrem juga menjadi tantangan tambahan bagi tim penanganan bencana, karena mempersulit perjalanan kendaraan bantuan dan distribusi barang kebutuhan pokok ke daerah terpencil.
Meskipun menghadapi berbagai kesulitan, pemerintah pusat dan daerah bersama relawan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan berbagai elemen masyarakat terus mengupayakan percepatan penanganan darurat.
Bantuan seperti makanan, minuman, pakaian, obat-obatan, dan tempat tidur terus didistribusikan ke titik pengungsian melalui berbagai jalur, termasuk udara ketika akses darat terputus.
Selain itu, upaya pemulihan layanan dasar seperti listrik, air bersih, dan fasilitas kesehatan juga sedang dilakukan agar warga bisa mulai kembali ke kehidupan normal seperlunya. Banyak lembaga internasional juga turut berpartisipasi memberikan bantuan dan dukungan teknis dalam menanggapi bencana ini, seperti bantuan logistik, peralatan medis, dan tenaga ahli dalam penanggulangan bencana.
Selain penanganan darurat, pemerintah juga telah memprioritaskan penyediaan tempat tinggal sementara bagi warga yang kehilangan rumah. Sebanyak 500 hunian sementara (huntara) untuk korban banjir dan longsor di Sumatera dilaporkan telah siap digunakan.
Laporan tersebut disampaikan Menteri Investasi/Kepala BKPM sekaligus CEO Danantara, Rosan Roeslani, kepada Presiden Prabowo Subianto sebagai bagian dari percepatan penanganan dampak bencana di wilayah terdampak. Informasi ini disampaikan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya usai Rosan Roeslani berkunjung ke kediaman Presiden Prabowo di Kertanegara, Jakarta, Sabtu (27/12) malam.
Meski demikian, jumlah huntara yang telah rampung itu masih jauh dari total rencana pembangunan sebanyak 15 ribu unit. Pemerintah memastikan proses pembangunan huntara lainnya terus berjalan secara bertahap dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, baik dari unsur pemerintah maupun swasta.
Beberapa perusahaan swasta telah menyatakan komitmen untuk membantu membangun huntara dan menyediakan material bangunan, sehingga proses pembangunan diharapkan bisa berjalan lebih cepat.
Pemerintah juga menegaskan komitmennya untuk terus mempercepat pemulihan pascabencana, termasuk penyediaan hunian layak bagi warga terdampak hingga kondisi benar-benar pulih dan mereka bisa kembali membangun rumah mereka sendiri.
Motivasi dan Doa
Untuk seluruh warga terdampak banjir Sumatera, mari kita tegaskan semangat tidak pernah menyerah. Setiap langkah kecil menuju pemulihan – mulai dari mendapatkan makanan yang cukup, sampai akhirnya tinggal di hunian yang layak – adalah keberhasilan yang berharga yang patut dipersembahkan. Jangan lupa bahwa Anda tidak sendirian – seluruh bangsa dan bahkan dunia menyertai Anda dalam doa dan dukungan, sedia membantu dalam setiap cara yang mungkin.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan ketabahan yang luar biasa kepada keluarga korban yang ditinggalkan, menuntun tim pencarian menemukan orang yang hilang dengan selamat, dan memberkahi semua upaya pemulihan agar wilayah Sumatera bisa bangkit kembali lebih kuat, tangguh, dan siap menghadapi masa depan.
Semoga bencana seperti ini tidak terulang lagi, dan kita semua semakin waspada serta bekerja sama untuk melindungi bumi dan sesama manusia dari ancaman alam yang semakin besar.****
