Menikmati Soto Sasak di Kota Tua Ampenan Lombok

 

Oleh : Sujaya, S. Pd. Gr.

Soto Sasak yang Legendaris dan Ekstra Balungan Ayam yang Mantap

Kota Tua Ampenan di Lombok bukan sekadar ruang nostalgia arsitektur kolonial dan jejak sejarah perdagangan maritim. Di balik lorong-lorong tuanya yang sarat cerita, Ampenan juga menyimpan kekayaan rasa yang hidup dan membumi: Soto Sasak. Menyantap soto di kawasan ini bukan hanya urusan perut, melainkan pengalaman kultural—sebuah perjumpaan antara tradisi, sejarah, dan kenikmatan kuliner khas masyarakat Sasak.

Soto Sasak: Rasa yang Berakar pada Tradisi

Soto Sasak memiliki karakter yang berbeda dari soto-soto Nusantara lainnya. Jika soto Jawa cenderung manis dan soto Betawi kaya santan, maka Soto Sasak tampil sederhana namun kuat. Kuahnya bening kekuningan, harum rempah, dengan rasa gurih yang bersih dan tegas. Perpaduan bawang putih, ketumbar, jahe, dan kunyit menghadirkan rasa hangat yang langsung menyapa lidah.
Di Ampenan, Soto Sasak bukanlah menu baru. Ia hadir sebagai warisan turun-temurun, dijaga resepnya dari generasi ke generasi. Banyak warung soto di kawasan ini telah berdiri puluhan tahun, menjadi saksi perubahan zaman, tanpa pernah mengubah cita rasa. Inilah yang membuatnya pantas disebut legendaris—bukan karena popularitas sesaat, tetapi karena kesetiaan pada rasa asli.

Kota Tua Ampenan dan Ritual Makan yang Bersahaja

Menikmati Soto Sasak di Kota Tua Ampenan memiliki sensasi tersendiri. Duduk di bangku kayu sederhana, di bawah bangunan tua dengan cat yang mulai pudar, menghadirkan suasana yang otentik. Tak ada kemewahan, tak ada dekorasi berlebihan. Yang ada hanyalah semangkuk soto panas, sepiring nasi, sambal pedas, dan perasan jeruk limau.
Di sinilah Soto Sasak menemukan konteks budayanya. Ia bukan makanan elit, melainkan makanan rakyat—dikonsumsi nelayan, pedagang, pekerja, hingga wisatawan. Soto menjadi ruang pertemuan sosial, tempat orang-orang bercakap, bertukar cerita, dan merayakan kesederhanaan hidup.

Ekstra Balungan Ayam: Mantap dan Berkarakter

Salah satu daya tarik khas Soto Sasak di Ampenan adalah ekstra balungan ayam. Balungan—tulang ayam dengan sisa daging dan sumsum—bukan sekadar pelengkap, melainkan bagian penting dari kenikmatan. Direbus lama hingga kaldunya keluar maksimal, balungan menghadirkan rasa gurih alami yang mendalam.
Menikmati balungan ayam adalah ritual tersendiri. Diseruput, digerogoti perlahan, sambil dicocol sambal pedas khas Lombok yang menyengat namun nikmat. Di sanalah letak “mantap”-nya—rasa yang jujur, tidak dibuat-buat, dan mengenyangkan, baik secara fisik maupun emosional.

Soto Sasak sebagai Identitas Kuliner Lombok

Lebih dari sekadar makanan, Soto Sasak adalah identitas. Ia mencerminkan karakter masyarakat Sasak yang bersahaja, kuat, dan apa adanya. Tidak mengejar tampilan, tetapi mengutamakan rasa. Tidak ribet, namun kaya makna.
Di tengah maraknya kuliner modern dan makanan instan, Soto Sasak di Kota Tua Ampenan berdiri teguh sebagai penanda bahwa tradisi masih hidup—selama ada orang yang setia memasak dan orang yang mau duduk menikmati.
Menikmati Soto Sasak dengan ekstra balungan ayam di Ampenan pada akhirnya adalah menikmati Lombok itu sendiri: hangat, pedas, sederhana, dan penuh rasa. Sebuah pengalaman yang tidak hanya dikenang oleh lidah, tetapi juga oleh hati.

Kota Tua Ampenan Lombok. 25/12/2025