Emak-Emak Pejuang Lingkungan Green Jasmine Pamerkan Karya Ciamik nan Cantik

BANYUWANGI,:MenaraMadinah.,com:
Di sudut sederhana area Harjaba-Fest 2025 yang digelar di Saestwo Cafe Banyuwangi, 19-20/12,sebuah pameran kecil justru menyimpan pesan besar tentang kepedulian lingkungan.


Sekelompok emak-emak pejuang lingkungan hidup yang tergabung dalam Komunitas Green Jasmine tampak tekun memamerkan berbagai produk ramah lingkungan, mulai dari eco enzim, ecoprint, hingga aneka karya daur ulang limbah rumah tangga.

Berada di pojokan area event di meja semen lingkar Saestwo cafe, kehadiran mereka mungkin tidak mencolok. Namun siapa sangka, dari tangan-tangan para ibu inilah lahir solusi nyata atas persoalan sampah dan limbah yang selama ini menjadi tantangan bersama. Mereka membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil di lingkungan keluarga dan komunitas.

Produk-produk yang dipamerkan merupakan hasil pengolahan limbah organik dan non-organik, seperti eco enzim dari sisa buah dan sayur, kain ecoprint dari daun dan bunga sekitar, hingga kerajinan kreatif berbahan limbah yang bernilai guna dan estetika. Seluruh karya tersebut tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memiliki nilai edukatif dan ekonomis.

Lebih dari sekadar pameran, kelompok emak-emak ini juga menyatakan siap berbagi pengetahuan dan pengalaman. Mereka membuka diri untuk mengadakan pelatihan dan edukasi pengolahan serta daur ulang sampah di berbagai instansi, lembaga, komunitas, maupun sekolah. Edukasi ini diharapkan mampu menanamkan kesadaran lingkungan sejak dini sekaligus mendorong kemandirian masyarakat dalam mengelola sampah.
‘Alhamdulillah kami diajak sinergi Komunitas Gotongroyong’45 dan media partner yang terasa kekeluargaan dan sentuhan cinta kasihnya dalam menyelenggarakan ajang event berbagai lomba kreativitas literasi. Dan pameran ini untuk kami sosialisasi visi misi komunitas kami untuk sedikit peduli lingkungan dan ajang komunikasi massa yang menghangatkan! ‘ tutur Bu Eni Eko dengan senyum.

Ditambahkan oleh Bu Dini Rachma, “Kami senang seni. Kok ada ajang baca puisi, lukis, cerita Osing dan story English serta tausyiah dai cilik.. wow.. bahagia 2 hari ini. Ajak lagi kami ya! ” tutur nenek asal Rendah yang bila pertemuan komunitas di Kalipuro naik sepur Pandanwangi turun karangasem lalu ngojek begitupun pulangnya ini. Keluarganya juga pernah beberapa kali terlibat pembuatan film yang shooting di bumi belambangan.

Sedangkan Bu Ibrahim asal lampung yang tinggal di Gombengsari yang spesialis strowfoom jadi pot bunga dan kuliner pempek berikut minuman secang ini sampaikan pameran tak sekedar jualan. Tapi juga sosialisasi visi misi hati komunitas. “Memang senang bila ada yang laku dan menghargai karya 17 anggota komunitas seperti ecoprint Lis Adiwinoto atau souvenir cantik karya jemari Ovis serta lainnya, namun lebih senang bisa ketemu banyak ragam karakter orang yang obati kesepian kala menggarap karya usai pilah pilih sampah dan petik dedaunan! ” tukasnya sambil undang media ini ke rumah pribadinya yang asri ada kolam maupun puluhan bunga dan taman ataupun datang ke dapur produksi Green Jasmine barat lapangan sepakbola Kalipuro arah perkebunan Kali Klatak.
Yeni dan Komang ikut tertawa gembira sambil nikmati menu Saestwo Cafe.

Kehadiran mereka di Harjaba-Fest ke 254 dan Hari ibu 2025 menjadi bukti bahwa peringatan Hari Jadi Banyuwangi dan Hari Ibu bukan hanya seremoni, tetapi juga momentum untuk menampilkan peran nyata perempuan dalam menjaga bumi dan melahirkan anak ke bumi.Dengan karya dan keteladanan, para emak-emak ini menjawab persoalan lingkungan bukan dengan keluhan, melainkan dengan aksi nyata praktek baik. Mereka bisa diundang berbagi ilmu pengalaman ke sekolah maupun kampung dan kampus serta sinergi dengan ragam komunitas.

Dari pojokan sederhana di Saestwo Cafe Creative Space & Comunity, pesan kuat itu bergema: sampah bisa bercerita, dan para ibu menjawabnya dengan karya serta harapan. (Aguk Wahyu Nuryadi)