Dua Guru Besar Baru UIN Syekh Wasil Kediri: Jawaban Spiritual Era Society 5.0 Dan Disrupsi

KEDIRI–Universitas Islam Negeri (UIN) Syekh Wasil Kediri baru saja memberikan jawabannya dengan mengukuhkan dua guru besar yang siap menggerakkan keilmuan Islam menuju masa depan.

Prof. Dr. Robingatun (Tasawuf) dan Prof. Dr. Anis Humaidi (Pemikiran Pendidikan Islam) resmi menjadi Guru Besar ke-17 dan ke-18 pada Senin (15/12/2025) di Auditorium Perpustakaan Lt. IV kampus, dengan orasi ilmiah yang keren dan penuh relevansi untuk menghadapi era Society 5.0 dan disrupsi digital.

*Prof. Robingatun: Tasawuf sebagai Solusi Krisis Eksistensial*

Dengan judul orasi “Negosiasi Turats Tasawuf dan Problem Manusia Modern di Era Society 5.0: Analisis ‘Tahsin al-Azal wa al-Iltibas’ Karya al-Hallaj”, Prof. Robingatun langsung menyentuh inti masalah manusia modern: krisis eksistensial akibat derasnya arus informasi yang saling bertentangan dan merusak moral.

Beliau menjelaskan bahwa dialektika al-azal (abadi) dan al-iltibas (kebingungan) dalam karya al-Hallāj menjadi paradigma kunci untuk memahami krisis spiritual ini. “Tidak cukup hanya jadi masyarakat yang smart (cerdas), kita harus juga wise (beradab),” tegasnya.

Menurut Prof. Robingatun, integrasi kebijaksanaan spiritual tasawuf dengan kecerdasan teknologi akan menciptakan peradaban yang berpusat pada kesadaran transenden – human-centered dan god-centered – yang menjaga hakikat kemanusiaan. Tak ada yang lebih keren daripada menggali khazanah turats untuk menjawab tantangan masa kini!

*Prof. Anis Humaidi: Pendidikan Islam Berbasis Fitrah di Era Disrupsi*

Sementara itu, Prof. Dr. Anis Humaidi membawakan orasi yang tidak kalah menarik: “Mendidik Jiwa Suci: Panduan Mengoptimalkan Fitrah Anak di Era Disrupsi”. Beliau menyoroti bahwa meskipun era disrupsi meningkatkan kemampuan kognitif, kualitas qalb (hati) sebagai pusat moralitas dan spiritualitas justru semakin terabaikan.

“Pendidikan Islam harus kembali ke akar-akarnya: memahami dan mengaktualisasikan fitrah manusia – kecenderungan alami menuju kebenaran,” ungkapnya. Dengan memperkuat Qalb dan ‘Aql (akal), pendidikan Islam dapat membentuk generasi yang berakhlak mulia, tangguh, dan mampu menghadapi tantangan digital secara bijak.

Kehadiran pengasuh Pondok Pesantren Sabilur Rosyad Malang KH. Marzuki Mustamar – yang merupakan guru Prof. Anis semasa menuntut ilmu – semakin membuat acara menjadi lebih khidmat dan penuh makna.

*Rektor: Kebanggaan UIN, Kontribusi Bagi Bangsa dan Dunia*

Rektor UIN Syekh Wasil Kediri Prof Dr H.Wahidul Anam menyampaikan apresiasi tinggi kepada kedua guru besar baru. “Saya bangga ada tambahan guru besar di kampus kita. Semoga Bapak dan Ibu dapat berkontribusi lebih luas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta memberi dampak positif pada peradaban dunia,” katanya.

Acara ini juga dihadiri oleh kepala lembaga dan institusi di lingkungan Kementerian Agama serta mitra pendidikan, menunjukkan bahwa langkah UIN Syekh Wasil Kediri dalam mengembangkan keilmuan Islam semakin diakui dan didukung.

Semua hadirin sepakat: ini adalah momen penting yang akan mengubah wajah keilmuan Islam di Jawa Timur.

*Menuju Peradaban yang Cerdas dan Beradab*

Pengukuhan dua guru besar ini bukan hanya momen kemegahan bagi UIN Syekh Wasil Kediri, melainkan juga tanda bahwa keilmuan Islam tidak ketinggalan zaman – malah menjadi pedoman penting untuk membangun masa depan.

Semoga karya Prof. Robingatun dan Prof. Anis Humaidi dapat menjadi pijakan bagi kita semua: agar dalam tengah derasnya teknologi dan perubahan yang tak terhenti, kita tetap menjaga nilai-nilai spiritual, memelihara kemanusiaan, dan membangun peradaban yang tidak hanya cerdas, tetapi juga penuh kebijaksanaan dan kebaikan. Ini adalah semangat yang harus kita bawa ke mana-mana – karena cerdas tanpa beradab hanyalah hiasan, tapi beradab dengan cerdas adalah kekuatan sesungguhnya.*Imam Kusnin Ahmad*