
BANGKOK–Perhelatan SEA Games 2025 Thailand yang seharusnya menjadi ajang persahabatan dan kebanggaan atlet Asia Tenggara, tiba-tiba tercoreng oleh insiden memalukan yang tak terduga.
Pada Selasa (16/12) di Impact Arena, Muang Thong Thani, Bangkok, kegaduhan besar pecah usai anggota tim Malaysia menyerang wasit akibat tidak terima keputusan kontroversial yang memberi kemenangan pada tuan rumah Thailand di cabang pencak silat.
*Rincian Peristiwa Yang Memalukan*
Peristiwa dimulai dari laga perempat final Kelas B Putri (50-55 kg) antara pesilat Malaysia, Nor Farah Mazlan, dengan perwakilan Thailand. Pertarungan berjalan sengit sepanjang babak, dan akhirnya berakhir dengan skor seri 60-60.
Menurut aturan pencak silat, ketika terjadi seri, pemenang ditentukan melalui tie-breaker – yaitu penilaian jumlah pelanggaran (foul) yang dilakukan masing-masing pesilat. Wasit dan juri kemudian memutuskan bahwa Nor Farah telah melakukan lebih banyak foul daripada lawannya, sehingga kemenangan jatuh ke pihak Thailand.
Keputusan ini langsung memicu kemarahan seluruh tim Malaysia. Mereka berpendapat bahwa Nor Farah sebenarnya tampil lebih impresif dan efektif, tetapi banyak serangannya yang tidak terhitung oleh juri. Tanpa ragu, Pelatih Kepala Timnas Silat Malaysia, Siti Rahmah Mohamed Nasir, bersama Nor Farah dan staf lainnya langsung mendatangi meja juri untuk memberikan protes keras.
Adu argumen verbal berlangsung sengit, tetapi tidak mampu mengubah keputusan juri yang sudah tetap. Kondisi kemudian memanas dan semakin tak terkendali – konfrontasi verbal berubah menjadi serangan fisik. Beberapa anggota tim Malaysia terlihat menyerang wasit serta ofisial pertandingan.
Segera setelah itu, arena yang semula ramai dengan penonton menjadi kacau balau dan penuh kekacauan. Petugas keamanan dan kepolisian terpaksa turun tangan segera untuk melerai kedua kubu dan memulihkan ketertiban. Akibat insiden ini, kompetisi pencak silat pun dihentikan sementara.
Meskipun mendapat tekanan protes yang besar dari tim Malaysia, Panitia Penyelenggara SEA Games (PHIGOC) tetap teguh pada keputusannya. Mereka memastikan bahwa keputusan wasit dan juri adalah sah, sehingga Thailand tetap memenangkan laga tersebut. Tertekan dan kecewa, tim Malaysia akhirnya meninggalkan arena dengan perasaan yang mendalam.
Insiden “baku hantam” ini langsung menuai perdebatan hangat di kalangan warganet. Beberapa media Malaysia mempertanyakan transparansi penilaian dalam pencak silat yang dinilai terlalu subjektif. Namun, media lainnya meskipun mengkritik profesionalisme wasit, tetap menegaskan bahwa kekerasan fisik terhadap ofisial pertandingan adalah tindakan yang tidak etis dan tidak dapat diterima dalam olahraga apa pun.
Insiden kerusuhan di arena pencak silat SEA Games 2025 adalah momen yang sangat memalukan bagi seluruh dunia olahraga Asia Tenggara.
Meskipun keputusan wasit yang kontroversial menjadi pemicu, tindakan serangan fisik oleh anggota tim Malaysia terhadap ofisial pertandingan telah merusak citra olahraga sebagai ajang persahabatan dan sportivitas.
Kehinaan ini tidak hanya menimpa tim Malaysia, tetapi juga merendahkan martabat perhelatan SEA Games yang seharusnya menjadi simbol kebanggaan negara-negara di kawasan.*Imam Kusnin Ahmad*
