Saya Tidak Jadi Exterem Fanatik Radikal Karya Dahlan Iskan

By : Reza

Sewaktu tahun 2017 – 2018 sedang booming & viral terkait gerakan 212 terkait penistaan agama oleh Gubernur saat itu yaitu Ahok (walaupun tahu sekarang ternyata itu hanya urusan politik semata sekarang & tidak terkait SARA). Di situlah banyak juga yang terpapar ideologis agak extreme dimana saya termasuk di dalamnya seperti banyak anti-anti sesuatu secara agak keras. Saya tiba-tiba anti bank, anti bergaul dengan orang yang gak sepaham & mudah sekali untuk mengkafirkan orang yang Non Muslim atau bahkan yang Muslim juga yang mungkin tidak sepaham dengan mindset negatif kami saat itu.

Banyak seminar-seminar atau gathering yang agak sentimen & agak anti terhadap sesuatu ketika pada saat itu. Saya kemudian banyak terpapar paham fanatik buta tanpa melogikakan atau menetralkan lagi semuanya. Tapi kok ketika itu, semakin fanatik malah rezeki saya semakin seret, bahkan sampai harus berpuasa gak punya uang sama sekali ketika saat Lebaran tiba sampai 1 minggu lamanya ketika Hari Raya Iedul Fitri & Iedul Adha bersama keluarga. Di saat saya ini sedang seret rezekinya tapi kok teman-teman seangkatan saya yang ikut belajar bisnis bareng bersama-sama malah meroket atau melejit luar biasa terutama Non Muslim karna mungkin tidak terpengaruh oleh Gerakan 212.

Di saat saya gundah gulana kenapa rezeki semakin menjauh maka datanglah undangan seminar besar ulang tahun ke 1 artikel online Disway Pak Dahlan Iskan di DBL Arena – Surabaya. Saya akhirnya mengikuti acara tersebut yang datang jauh-jauh dari Bandung ke Surabaya dengan membayar investasi seminar senilai hanya 500 Ribu menggunakan kereta api. Ketika saya menjadi peserta maka saya kaget dengan materi acaranya dimana di sanalah saya menyimpulkan bahwa Pak Dahlan Iskan ini adalah orang yang cukup moderat karakter & pembawaannya dalam kehidupan & bisnis. Saya bertanya, bagaimana bisa seorang Muslim & Jawa – Kalimantan tapi kok sangat dicintai oleh para Tionghoa Non Muslim. Sebagai contoh disaat Pak Dahlan Iskan sedang operasi hati di Tianjin Tiongkok maka sampai Pak Domo – Kapal Api & Bu Melinda Tedja – Pakuwon Group berebut ingin menjaga Beliau di Rumah Sakit sampai gak kebagian tempat tidur atau harus berbagi ranjang kecil. Para umat Budha ada 1.000 orang mendoakan Beliau & menjaga lilin spritual di kuil Surabaya pada saat dioperasi ganti hati tersebut.

Kemudian ketika Beliau sedang sakit kembali & harus perawatan di Rumah Sakit Singapore maka ada teman Tionghoa yang sudah dianggap adik angkat juga oleh Pak Dahlan Iskan yaitu Robert Lai yang setia menemani mulai dari menjemput di bandara, menjaganya sampai menggosok toilet ruang perawatannya sampai bersih sekali melebihi perawatnya itu sendiri. Saya masih sangat bertanya & merenung : Bagaimana bisa seorang Muslim & Jawa – Kalimantan kok sangat dicintai oleh orang-orang Tionghoa Non Muslim tersebut sampai dijadikan adik angkat & menggosok toiletnya segala?

Berangkat dari acara event gathering seminar yang hanya 3 jam tersebut akhirnya mindset saya sangat berubah total sama sekali dari saat itu sampai sekarang. Saya tidak mau membeda-bedakan orang lagi. Semua orang saya anggap sama & yang membedakan adalah hanya dari kebaikan & karakter positifnya saja di keseharian. Dari perubahan itu akhirnya rezeki saya berlimpah & loncat kembali. Bisnis tiba-tiba meroket & omzet bertumbuh sangat besar. Saya juga hanya seorang Muslim & Sunda tapi Direktur di bawah saya banyak juga asalnya dari Nasrani & Tionghoa.

Akhirnya saya berubah menjadi moderat, mempunyai mindset tengah kanan atau kanan tengah yang Pak Dahlan Iskan ini sudah merubah saya agar jangan terpapar ideologi terlalu extreme fanatik radikal & jangan mudah juga mengkafirkan orang-orang. Perubahan yang mengubah kehidupan & kesehahteraan saya pribadi bagaikan bumi & langit. Saya tidak bisa melupakan Abah Dahlan Iskan sampai sekarang.

-Yana Priatna-

*Tulisan U/ Buku Pak Thamrin Dahlan & Dieditori oleh Bu Nani Kusmiyati*