
Oleh : Rasyidah Wardani dkk
Inilah tulisan kelompok kami, narasi biografi tokoh agama Indonesia mata kuliah public speaking yang dibimbing langsung oleh : Bapak Yahya Aziz dosen FTK UINSA.
Nama-nama kelompok kami :
1. Rosyidah wardani_06020123073
2. Shofarina azzahwah_06020123074
3. Sundus Inayah Nafi’ah_06020123075
4. Zahwa Machrun Nisa’_06020123081
5. Zumrodotul ummah_06020123082
6. Afta safira_ 06030123150
7. Condro ayu_06030123152
8. Aisyah amalia_06040123090
9. Amaliatus Sholihah_06040123092
*KH. Ageng Muhammad Besari Ponpes Tegalsari Ponorogo*
Kyai Ageng Muhammad Besari adalah tokoh ulama terkenal di Ponorogo yang berperan besar dalam penyebaran Islam di Jawa dengan mendirikan Pondok Pesantren Gebang Tinatar pada awal abad ke-18. Ia merupakan keturunan dari Kyai Anom Besari dari garis ayah, yang berasal dari Raja Majapahit melalui Ratu Jenggala Kediri, Pangeran Demang, Raden Demang, dan Kyai Ngabdul Mursad Tukun Kediri, serta dari garis ibu sebagai cicit Sunan Ampel melalui Raden Satmoto atau Kyai Ngarabi dan Nyai Anom Besari. Bersama istri Nyai Ageng Mantup, ia memiliki sembilan putra, termasuk Kyai Ilyas yang meneruskan dakwahnya sebagai Kyai Tegalsari II setelah wafat pada 1747 M, diikuti oleh Kyai Kasan Ilyas (Kyai Tegalsari III, wafat 1799) dan Kyai Hasan Besari (Kyai Tegalsari IV, 1799-1862), yang juga menantu Pakubuwono III. Dikenal sebagai mahaguru di Jawa, Kyai Besari mendidik murid-murid terkemuka seperti Pakubuwono II, Raden Ngabehi Ronggowarsito, dan H.O.S. Cokroaminoto, sambil mengubah masyarakat Ponorogo dari takhayul menjadi berlandaskan Islam, menjadikannya tokoh legendaris. Peninggalannya, seperti Masjid Tegalsari dan makamnya, hingga kini ramai dikunjungi masyarakat. Ia juga memiliki tiga saudara: Kyai Kotib Anom (dimakamkan di Srigading Klambret Tulungagung), Kyai Muhammad Besari (Tegalsari, Ponorogo), dan Kyai Noer Sodiq (Tegalsari, Ponorogo).
Pemikiran Kiai Ageng Muhammad Besari
Kiai Ageng Muhammad Besari dikenal sebagai ulama kharismatik pendiri Pondok Pesantren Tegalsari Ponorogo, yang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan pendidikan Islam di Nusantara. Dalam pemikirannya, beliau menegaskan bahwa pendidikan harus menjadi sarana penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) dan pembentukan akhlak yang luhur. Bagi Kiai Besari, ilmu tidak sekadar untuk kecerdasan intelektual, tetapi juga harus menuntun manusia menuju kedekatan dengan Allah Swt.
Beliau menekankan keseimbangan antara ilmu agama dan ilmu umum, sehingga santri tidak hanya memahami ajaran Islam secara tekstual, tetapi juga mampu mengamalkannya dalam kehidupan sosial. Nilai-nilai keikhlasan, kesederhanaan, kedisiplinan, dan keteladanan guru menjadi landasan utama dalam proses pendidikan yang beliau rintis di Pesantren Tegalsari. Pemikiran ini menunjukkan pandangan Kiai Besari yang mendalam tentang pendidikan sebagai upaya mencetak insan berilmu, berakhlak, dan bermanfaat bagi masyarakat.
Dalam bidang keagamaan, kyai Ageng Muhammad Besaridikenal oleh para santri dengankeahliannya dalam bidang tassawuf yang menyikapi dunia dengan laku zuhud. Selain itu, beliau juga dikenal dengan ilmutirakat dan tarekat yang diajarkannya serta ditambah dengan pembelajaran dalam ilmu-ilmu hikmah dan kebathinan. Ponorogo dan sekitarnya. Dalam pengajaran ilmu al-qur’an, kyai Muhammad Besari menggunakan metode bandongan dan sorogan. Bandongan berasal dari bahasa jawa “bandong’ yang artinya pergi berbondong-bondong, sedangkan sorogan berasal darikata “sorog” yang artinya menyodorkan. Kharisma dan kedalamanilmu Kyai Muhammad Besari mampu membius masyarakat dari berbagai daerahuntuk datang berbondong-bondong menuntut ilmu di sana. Wilayah sekitar padepokan menjadi semakin ramai dengan pemukiman warga dan pemondokan orang-orang yang datang dari luar daerah.Karena ramainya kampung tersebut maka para warga menyebutnya sebagai “Tegalsari.”
K.H. Ageng Muhammad Besari adalah seorang ulama besar yang hidup pada masa transisi antara akhir abad ke-17 hingga awal abad ke-18. Beliau dikenal sebagai pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Tegalsari di Ponorogo, Jawa Timur — salah satu pesantren tertua yang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan pendidikan Islam di tanah Jawa. Dalam berbagai catatan, K.H. Ageng Besari dikenal sebagai sosok yang tidak hanya alim dalam bidang agama, tetapi juga memiliki wawasan luas dalam bidang sosial dan kebudayaan. Pesantren Tegalsari yang beliau dirikan menjadi pusat pembelajaran agama, sekaligus tempat pembentukan karakter dan kader ulama yang kelak berpengaruh dalam dunia Islam Nusantara.
Dari sisi keturunan, beliau diyakini masih memiliki hubungan darah dengan tokoh-tokoh penyebar Islam di Jawa, sehingga tradisi keilmuan yang beliau bawa tidak terlepas dari jejak dakwah para Walisongo. Gaya hidup beliau sangat sederhana, namun memiliki kharisma yang tinggi dan dihormati baik oleh kalangan santri maupun masyarakat umum. Salah satu murid terkenal dari pesantren Tegalsari adalah Raden Ronggowarsito, pujangga besar Jawa yang banyak menyerap nilai-nilai keislaman dan moralitas dari didikan K.H. Ageng Besari.
Pemikiran K.H. Ageng Muhammad Besari banyak dipengaruhi oleh pandangan Islam tradisional yang mengedepankan keseimbangan antara ilmu agama, moralitas, dan budaya lokal. Beliau menekankan bahwa dakwah Islam harus dilakukan dengan cara yang lembut dan menghormati adat masyarakat sekitar. Nilai-nilai seperti tasamuh (toleransi), tawadhu (kerendahan hati), dan ukhuwah (persaudaraan) menjadi prinsip dasar dalam pendidikan di Tegalsari. Dalam konteks ini, pesantren bukan hanya tempat belajar kitab, tetapi juga tempat membangun kesadaran sosial dan kebangsaan.
Selain itu, beliau memiliki pemikiran yang visioner dalam bidang pendidikan. Ia menganggap bahwa santri tidak hanya perlu menguasai ilmu agama secara tekstual, tetapi juga harus memiliki kemampuan berpikir kritis dan kontekstual terhadap realitas sosial di sekitarnya. Cara ini terbukti berhasil mencetak santri-santri yang berwawasan luas dan mampu berperan di berbagai bidang, seperti sastra, pemerintahan, dan dakwah. Pemikiran ini menunjukkan bahwa K.H. Ageng Besari merupakan tokoh yang mengintegrasikan ilmu agama dan keilmuan umum, jauh sebelum konsep integrasi keilmuan menjadi populer dalam dunia pendidikan Islam modern.
referensi:
1. Alfiana Yuniar Rahmawati, “KONTRIBUSI KYAI AGENG MUHAMMAD BESARI DALAM AKULTURASIDAKWAH ISLAMDI PONOROGO JAWA TIMUR”, jurnal dakwah: Alhilmah, 2021
2. Ali Makhrus, “Pemikiran Kiai Ageng Muhammad Besari tentang Pendidikan Islam di Nusantara”,2021
3. Mohammad Alwi Shiddiq, Pesantren Tegalsari: Antara Eksistensi dan Dekadensi, 2022
4. Shiddiq, M. A. (2022). Sejarah Pondok Pesantren Tegalsari Ponorogo Pasca Kiai Hasan [PDF]. UIN Sunan Ampel Surabaya.
5. Anam, M. S. (2020). Akar dan Buah Tegalsari: Dinamika Santri dan Keturunan Kiai Pesantren Tegalsari Ponorogo [PDF]. Jurnal Mozaic: Journal of Islamic Studies, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia.
