Kajian Kesehatan Subuh Tekankan Pentingnya Sehat Jasmani, Rohani, dan Sosial

Surabaya – Masjid Masjid Jenderal Sudirman dipenuhi jamaah sejak dini hari dalam pelaksanaan kajian Subuh bertema kesehatan yang disampaikan oleh Dr. dr. H. Sukma Sahadewa, M.Kes. Kajian yang berlangsung dengan suasana khusyuk ini mengangkat pesan penting tentang makna kesehatan dalam perspektif Islam yang bersifat menyeluruh dan berimbang antara jasmani, rohani, dan sosial.

Dalam pembukaannya, Dr. Sukma Sahadewa mengajak jamaah untuk mensyukuri nikmat kesehatan yang sering kali luput dari perhatian. Ia menegaskan bahwa kesehatan merupakan anugerah besar dari Allah SWT yang nilainya tidak ternilai dan baru benar benar dirasakan saat seseorang jatuh sakit. Menurutnya, Islam telah memberikan panduan yang sangat jelas agar manusia tidak merusak dirinya sendiri, baik secara fisik maupun batin.

Ia mengutip firman Allah SWT dalam Surah Al Baqarah ayat 195 yang melarang manusia menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan. Ayat tersebut, lanjutnya, menjadi landasan penting dalam menjaga kesehatan karena mencakup larangan terhadap segala perilaku yang merusak tubuh, melemahkan jiwa, serta merusak hubungan sosial. Pesan ini diperkuat dengan hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari tentang dua nikmat yang sering dilalaikan manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.

Dalam kajian tersebut, Dr. Sukma menjelaskan bahwa konsep sehat menurut Islam tidak dapat dipersempit hanya pada kondisi tidak sakit atau tidak dirawat di rumah sakit. Sehat dalam pandangan Islam adalah kondisi utuh yang meliputi kekuatan tubuh, ketenangan hati, serta keharmonisan hubungan sosial. Ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Jika salah satu aspek terganggu, maka kualitas hidup secara keseluruhan akan ikut menurun.

Pada aspek kesehatan jasmani, Dr. Sukma menekankan bahwa tubuh manusia merupakan amanah dari Allah SWT yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Oleh karena itu, setiap muslim memiliki kewajiban moral dan spiritual untuk menjaga tubuhnya dengan pola hidup yang baik. Ia menyoroti kebiasaan sehari hari yang sering dianggap sepele, seperti makan berlebihan, kurang tidur, malas bergerak, serta mengabaikan kebersihan. Menurutnya, kebiasaan tersebut dalam jangka panjang dapat melemahkan tubuh dan berdampak pada kualitas ibadah.

Ia mengingatkan bahwa Rasulullah SAW menyebut mukmin yang kuat lebih dicintai Allah dibandingkan mukmin yang lemah. Kekuatan yang dimaksud tidak hanya kekuatan fisik, tetapi juga kemampuan menjalankan ibadah, bekerja dengan sungguh sungguh, serta berbuat kebaikan kepada sesama. Tubuh yang sehat akan memudahkan seseorang untuk istiqamah dalam shalat, produktif dalam bekerja, dan aktif dalam kegiatan sosial.

Selain kesehatan jasmani, Dr. Sukma juga menyoroti pentingnya kesehatan rohani. Ia menyampaikan bahwa banyak orang yang secara fisik terlihat sehat, namun hidupnya dipenuhi kegelisahan, kecemasan, dan emosi yang tidak stabil. Kondisi tersebut, menurutnya, merupakan tanda kelelahan hati yang sering kali diabaikan. Dalam Islam, kesehatan hati menjadi fondasi utama bagi ketenangan hidup.

Ia mengutip firman Allah SWT dalam Surah Ar Ra’d ayat 28 yang menyatakan bahwa hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang. Shalat Subuh berjamaah, dzikir, membaca Al Qur’an, dan bersyukur disebut sebagai sarana utama untuk menjaga kesehatan jiwa. Dr. Sukma menegaskan bahwa shalat Subuh bukan sekadar kewajiban ritual, tetapi juga terapi spiritual yang mampu menenangkan pikiran, mengendalikan emosi, serta membangun sikap optimis dalam menjalani kehidupan.

Aspek ketiga yang menjadi penekanan dalam kajian ini adalah kesehatan sosial. Menurut Dr. Sukma, Islam tidak hanya mengajarkan kesalehan individu, tetapi juga kesalehan sosial. Sehat sosial berarti kehadiran seseorang di tengah masyarakat membawa ketenangan, bukan keresahan. Ia mengingatkan jamaah agar menjaga lisan, menjauhi sikap menyakiti orang lain, serta menumbuhkan kepedulian terhadap sesama, khususnya tetangga dan lingkungan sekitar.

Ia mengutip hadis Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa sebaik baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Dalam konteks ini, hidup rukun, saling menolong, dan menjauhi permusuhan bukan hanya bernilai ibadah, tetapi juga berdampak langsung pada kesehatan mental dan fisik. Dendam, iri hati, dan konflik berkepanjangan dinilai dapat mempersempit hati dan melelahkan tubuh.

Menutup kajian, Dr. Sukma Sahadewa mengajak seluruh jamaah untuk menjaga tiga pilar kesehatan secara bersamaan. Ia menegaskan bahwa kesehatan jasmani perlu dijaga dengan pola hidup yang baik, kesehatan rohani dipelihara melalui iman dan ibadah, serta kesehatan sosial diwujudkan dengan akhlak mulia dan kepedulian terhadap sesama. Menurutnya, keseimbangan ketiganya akan melahirkan kehidupan yang lebih berkah dan bermakna.

Kajian Subuh kemudian ditutup dengan doa bersama, memohon kepada Allah SWT agar seluruh jamaah senantiasa diberikan kesehatan, kekuatan, dan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat. Kegiatan kajian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa menjaga kesehatan merupakan bagian tak terpisahkan dari ibadah dan bentuk syukur atas nikmat Allah SWT.