
Oleh : Achmad Chadziq Wajdi, dkk
Tulisan ini berbentuk narasi biografi tokoh agama mata kuliah public speaking yang dibimbing langsung oleh : Bapak Yahya Aziz dosen FTK UINSA.
Tim penulis kami : Kalimatussa’diyah 3008, Mila Nailis Salamah 3053, Rafif Danu Pramatya 3068, dan Rosyida Adabiyah 3021.
K.H. Shalahuddin Wahid atau Gus Sholah lahir di Jombang, 11 September 1942, dan wafat di Jakarta, 2 Februari 2020. Beliau adalah putra K.H. Wahid Hasyim, cucu K.H. Hasyim Asy’ari, serta adik dari Gus Dur. Lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini dikenal sebagai tokoh pendidikan, kemanusiaan, dan keagamaan. Sejak tahun 2006, beliau memimpin Pondok Pesantren Tebuireng dan melakukan pembaruan pendidikan tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam. Gus Sholah dikenal sebagai ulama moderat dan toleran, serta dimakamkan di kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang. Gus Sholah berhasil memadukan nilai-nilai pesantren dengan tantangan zaman modern.
Karya Tulis dan Pemikiran
Gus Sholah adalah penulis yang produktif, dengan karya-karya yang fokus pada sejarah, pendidikan, dan kebangsaan. Beberapa karyanya yang dikenal antara lain:
“Menggugat Sejarah”: Sebuah buku yang mengajak pembaca meninjau ulang catatan-catatan sejarah bangsa.
“Pesantren dan Politik”: Mengulas hubungan dinamis antara institusi pesantren dan arena politik nasional.
Pemikiran Gus Sholah sangat dipengaruhi oleh tradisi keluarga Tebuireng yang menjunjung tinggi moderasi (tawassuth) dan keseimbangan (tawazun).
Pluralisme dan Toleransi: Beliau dikenal sebagai pembela teguh pluralisme dan toleransi. Gus Sholah meyakini bahwa Islam harus menjadi kekuatan pemersatu bangsa, menghargai keberagaman, dan menolak ekstremisme.
Pendidikan Berkarakter: Prioritas utamanya adalah pengembangan pendidikan Islam yang holistik, yang tidak hanya mencetak ulama tetapi juga profesional yang berintegritas dan memiliki karakter kebangsaan kuat.
