
By : Prof Mahmud Mustain, Guru Besar Teknik Kelautan ITS.
Sering orang menyebut Saintifik adalah Ilmiah. Selanjutnya kita gunakan kesamaan ini. Menurut kamus baru Oxford, definisi Saintifik atau Ilmiah adalah merujuk pada beberapa hal:
1. Pendekatan sistematis dan logis untuk memahami dunia
2. Berdasarkan bukti empiris dan pengamatan
3. Melibatkan perumusan dan pengujian hipotesis
4. Bertujuan menjelaskan fenomena alam melalui penggunaan metode dan prinsip ilmiah
5. Menekankan objektivitas, reliabilitas, dan reproduktifitas.
Jadi dalam esensi, “ilmiah” atau “saintifik” adalah menggambarkan pendekatan yang metodis dan berbasis bukti untuk memahami dunia sekitar kita. Artikel ini menjelaskam keterkaitan saintifik dengan sumber atau acuan Al-Qur’an yang telah berusia hampir 15 abad. Saintifik dalam konteks Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan merujuk pada pendekatan sistematis dan logis terhadap basis ilmu dan pengembangannya.
Ada satu ayat Al-Qur’an yang dapat dihubungkan dengan konsep saintifik yang gamblang sekali. QS Al-Naml (27): 88, membahas tentang rotasi pegunungan di permukaan bumi dan pergerakan lempeng bumi. Persis ayatnya adalah sebagai berikut,
وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ ۚ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ ۚ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan seperti jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dalam tafsir saintifik, para ulama dan ilmuwan Muslim telah mengembangkan metode untuk memahami Al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Ada dua contoh, yakni:
1. Tafsir Ilmi: Metode tafsir yang menggunakan ilmu pengetahuan alam untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait dengan fenomena alam.
2. Tafsir Saintifik: Pendekatan tafsir yang menggunakan metode ilmiah untuk memahami Al-Qur’an dan menjelaskan fenomena alam.
Sekurangnya ada dua tokoh yang berkontribusi dalam pengembangan tafsir saintifik adalah;
1. Al-Ghazālī*: Seorang ulama dan filsuf Muslim yang mengembangkan pendekatan saintifik dalam memahami Al-Qur’an.
2. Ibn Sīnā: Seorang filsuf dan ilmuwan Muslim yang mengembangkan konsep ilmu pengetahuan dan filsafat dalam memahami Al-Qur’an.
Sehubungan dengan keterkaitan antara saintifik yang berkembang dan referensi yang sudah nyaris berusia 15 abad, maka terdapat kesesuaian yang baik. Contoh kasus yang dari QS Al-Naml (27): 88 tentang gunung yang berjalan adalah dibenarkan oleh teori saintific yakni adanya teori pergerakan lempeng tektonik.
Satu hal yang menarik tentang kesesuainnya adalah tidak/belum adanya pemikiran sama sekali di 15 abad yang lalu tentang keberadaan lempeng tektonik. Lebih-lebih tentang gunung yang berjalan seperti berjalannya awan. Sungguh gambaran gunung yang berjalan ini sangat jauh dari pemikiran manusia di zaman itu.
Alfred Wegener adalah penemu Teori Lempeng Tektonik atau Continental Drift. Ia mengemukakan teori ini pada tahun 1912, yang menyatakan bahwa benua-benua di Bumi dulunya merupakan satu kesatuan yang kemudian bergerak menjauh dan terpisah. Wegener juga menjelaskan bahwa lempeng tektonik ini terus bergerak seiring berjalannya zaman. Teori Wegener ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh ilmuwan lain seperti Harry Hess dan Robert Dietz, yang menemukan bukti-bukti pendukung teori ini melalui penelitian tentang dasar laut dan magnetisme batuan.
Alhasil, penemuan ilmiah tentang berjalannya lempeng tektonik baru pada tahun 1912. Hal ini berarti 14 abad telah didahului oleh turunnya Al-Qur’an yang sudah menjelaskan tentang pergerakan gunung yang berarti juga pergerakan lempeng tektonik. Ini hanya salah satu contoh kasus, yang sebenarnya sekian banyak fenomena yang lain yang juga demikian. Bahkan masih banyak yang belum bisa diketahui oleh saintifik seperti ukuran terkecil dan terbesar dari volume dan waktu atau dimensi ruang dan dimensi waktu. Ataukah hal terakhir ini lebih tepat disebut Dogma seperti yang tertera dalam judul artikel ini.
Semoga manfaat barokah selamat aamiin.
🤲🤲🤲
Surabaya,
22 Robiul Akhir 1447
atau
15 Oktober 2025
m.mustain
