
Makasar-menaramadinah.com-Intelektualitas seseorang tidak diukur dari seberapa panjang gelar yang berderet di depan dan di belakang namanya, melainkan dari sejauh mana ia mampu memanusiakan sesama.
Dunia pendidikan tinggi baru saja mendapat tamparan keras lewat aksi arogan Amal Said, seorang dosen senior di Makassar, yang viral setelah tertangkap kamera meludahi seorang kasir swalayan._
_Peristiwa yang terjadi di Jalan Perintis Kemerdekaan ini menjadi bukti bahwa kecerdasan otak tidak selalu berbanding lurus dengan kematangan emosional. Hanya karena persoalan antrean, sang oknum dosen memilih untuk merendahkan martabat seorang pekerja dengan tindakan yang sangat jauh dari nilai-nilai adab._
_Menyikapi hal ini, Universitas Islam Makassar (UIM) mengambil langkah tegas tanpa kompromi. Per Senin (29/12), Rektor UIM Prof. Muammar Bakry resmi memecat Amal Said. Keputusan ini diambil sebagai bentuk pertanggungjawaban institusi terhadap perilaku tenaga pendidiknya yang dinilai telah mencederai marwah kampus._
_”Mendidik pikiran tanpa mendidik hati sama sekali bukanlah pendidikan.”-filsuf Aristoteles._
_Kalimat ini menjadi teguran bagi siapa pun yang merasa tinggi secara akademis namun kerdil secara moral. Gelar doktor dan masa pengabdian puluhan tahun yang dibanggakan Amal Said, runtuh seketika hanya dalam satu detik amarah yang tak terkendali. Pendidikan yang selama ini ia ajarkan di ruang kelas seolah menguap begitu saja saat dihadapkan pada ujian kesabaran di ruang publik._
_Kini, nasi telah menjadi bubur. Selain harus kehilangan karier yang ia rintis selama 33 tahun, Amal Said juga harus berhadapan dengan konsekuensi hukum di Polsek Tamalanrea. Ini adalah pelajaran pahit bagi kita semua: bahwa di atas semua gelar dan jabatan, etika tetaplah kasta tertinggi dalam kemanusiaan.
MM
