
Oleh Novel Bamukmin(*)
Malam tahun baru tidak lama lagi akan hadir di tengah-tengah kita, khususnya di daerah yang tidak kena musibah akhir tahun saat ini, khususnya untuk DKI Jakarta.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, kebiasaan setiap malam pergantian tahun (Malam Tahun Baru) di kota Jakarta selalu dipenuhi eforia: pesta kembang api, pesta di jalanan, hiruk pikuk perayaan, seolah sudah menjadi agenda Jakarta tahunan yang tidak tertulis.
Kami selaku warga DKI berharap kepada Gubernur DKI agar jangan sampai salah jalan sebagai mana pendahulunya dari yaitu Jokowi – Ahok yang Akhirnya menimbulkan kegaduhan sampai saat ini dan menjadi trauma bagi warga DKI Jakarta.
Diharapkan moment tahun baru ini agar Pemprov DKI Jakarta meniadakan pesta tahun baru karena saudara kita di Aceh, Sumut dan Sumbar sedang terkena musibah bencana banjir dan longsor yang sangat dahsyat, mereka sedang dalam kesediahan dan penderitaan, jangan sampai pesta akhir tahun di Jakarta mengiris hati mereka.
Sejalan dengan Bapak Ali Lubis sebagai anggota DPRD DKI Jakarta juga meminta Pemprov meniadakan pesta tahun baru mengingat Sudara kita di berbagai daerah ditimpa bencana alam.
Perlu diingat, ketika Jokowi Ahok memimpin Jakarta pada malam tahun baru 2013 membuat pesta tahun baru mendirikan 17 panggung hiburan lengkap dengan artis serta kembang apinya, dimana bunderan HI menjadi lautan manusia, terjadi kemungkaran dan kemaksiatan dimana mana. Saat itu kami warga Betawi meyakini ajaran Islam, bahwa kemungkaran akan mengundang petaka, tiba-tiba Allah menurunkan hujan besar dan akhirnya HI menjadi lautan air bah sampai istana Presiden dan balaikota sendiri kebanjiran bahkan sampai korban jiwa disekitar bunderan HI terdapat gedung yang basmentnya banjir.
Maka kami meminta Pemprov DKI Jakarta agar alokasi dana anggaran pesta tahun baru saat ini untuk disalurkan kepada saudara kita yang tertimpa bencana dimana pun, khususnya di Sumatera.
Disamping itu sebentar lagi kita akan menyambut Ramadhan, maka diharapkan semua tempat hiburan malam dan sejenisnya ditutup sebagaimana yang tertuang pada perda DKI Jakarta yang pernah berlaku dari Zaman Bapak Sutiyoso.
Dan tidak kalah pentingnya agar Pemprov DKI Jakarta menarik sahamnya dipabrik minuman keras di PT. Delta yang merupakan pabrik Bir terbesar diindonesia bahkan Asia tenggara.
Kami warga Jakarta tidak akan diam terhadap upaya upaya kemungkaran di DKI Jakarta apalagi suara kami diabaikan maka kami bisa turun kejalan minimal di masjid masjid dan mimbar mimbar dimanapun kami akan tolak kehadiran Gubernur dan Wakil Gubernur ke daerah kami tinggal sebagaimana Aksi Bela Islam 212 yang pernah menjadi jawaban.
Semoga tahun baru 2026 menjadi lebih baik dengan kita muhasabah , doa serta hijrah kearah yang lebih baik untuk kita , para pemimpin dan bangsa kita sehingga langkah kita mendapat Ridho Allah Subhana Wa Ta’ala Aamiin Ya Rabbal Alamin.[]
*Penulis,
Tokoh 212 dan Penceramah.
