Mendes PDT : Program TEKAD Kedepan Mesti Semakin Berdampak Ekonomi di Desa-Desa Indonesia Timur889

Mendes PDT : Program TEKAD Kedepan Mesti Semakin Berdampak Ekonomi di Desa-Desa Indonesia Timur

Surabaya,- Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) menggelar Workshop Nasional Evaluasi Program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD) di Vasa Hotel, Minggu (21/12) malam.

Dalam menjalankan program TEKAD, Kemendesa PDT bekerjasama dengan institusi lembaga donor Intenasional yaitu International Fund for Agricultural Development (IFAD)

Sementara itu Workshop Nasional ini menjadi ruang refleksi sekaligus konsolidasi strategi dalam mempercepat kemandirian ekonomi desa dan kampung di seluruh Indonesia.

Secara khusus H. Yandri Susanto, Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, membuka Workshop TEKAD itu.

Lebih dalam Mendes mengatakan bahwa kegiatan tersebut sebagai evaluasi perjalanan TEKAD pada 2025, dengan harapan Program TEKAD kedepannya yang berbasis kegiatan transformasi ekonomi kampung terpadu bisa semakin berdampak lebih luas di sejumlah desa sasaran.

“Kegiatan ini merupakan Kerjasama Kemendes PDT sama IFAD [donor Internasional], Program TEKAD sendiri menyasar sejumlah desa-desa pada 9 provinsi, ada di NTT, Maluku, Maluku Utara, kemudian Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Gunungan, Papua Induk, Papua Barat, dan Papua Barat Daya,” ungkap Yandri.

Lebih dalam Yandri menegaskan harapannya bahwa kedepan dengan Workshop ini, Program TEKAD bisa semakin berdampak untuk desa-desa di Kawasan Indonesia Timur Indonesia khususnya pada sektor perekonomiannya bisa bergerak.

“Nah, tadi kita fokus kepada pembinaan BUMDes, kemudian ada rumah inovasi teknologi desa, dan sebagainya. Kita menargetkan dari program Tekad ini ada peningkatan ekonomi, baik skala itu rumah tangga, maupun tadi skala perusahaan seperti BUMDes,” ulas politikus Partai Amanat Nasional ini.

Dalam kesempatan itu, Yandri menjelaskan Program TEKAD salah satunya telah menyasar pada produk ekspor.

“Seperti proses pembinaan di daerah Nusa Tenggara Timur di Kabupaten Ngada, Kopi Bajawa, yang tadinya mau di ekspor 5 ton, sekarang jadi 10 ton ekspor perdananya, termasuk produk yang lain. Bisa jadi produk-produk itu dipasarkan ke Indonesia yang lain, atau provinsi yang lain, atau juga ekspor,” ungkap Yandri.

Namun yang paling penting, ungkap Yandri, kedepannya Program TEKAD pada 9 provinsi tersebut, yang menjadi daerah sasaran atau locus program desa-desanya bisa bangkit secara ekonomi.

“Maka perlu pendampingan dan pemberdayaan dari Kemendes. Dengan adanya program ini kita harapkan akan menjadikan desa-desa di Indonesia Timur itu bisa mengembangkan serta bisa mengejar ketertinggalannya. Istilah saya itu, kesenjangan itu kita agak rapatkan, jangan terlalu mengangah [lebar-jarak],” papar Menteri Desa yang juga dijadwal akan membuka Rakor Nasional Tenaga Pendamping Profesional di Surabaya itu.

Lebih khusus Yandri menegaskan, bahwa Asta Cita yang digaungkan oleh Presiden Prabowo Subianto itu yakni membangun dari desa, semua desa, termasuk desa di kawasan Timur Indonesia.

“[Program] Afirmasinya banyak, melalui TEKAD, melalui MBG, melalui KDMP, melalui BUMDesa dengan Ketahanan Pangan Desa, melalui Sekolah Rakyat dan lain sebagainya,” ujar Yandri.

Untuk itu Yandri berharap, ada kolaborasi dari sejumlah stakeholder agar bisa menghasilkan desa-desa tersebut menonjolkan potensinya masing-masing.

Pada kesempatsn itu, Yandri juga menyampaikan, pada kegiatan ini mengeksplorasi potensi-potensi desa yang ada. “Ya dari BUMDES itu, bisa produk dan produk itu misalkan ada kemiri, ada kopi, ada vanili, ada koala, ada juga desa wisata. Kemudian mungkin ada kerajinan tangannya UMKM-nya atau pertaniannya, silahkan” jelasnya.

Lebih dalam Yandri mengungkapkan Kemendesa sejak awal 2025 telah mengusung program Desa Tematik guna memperkuat program ketahanan pangan desa.

“Ada desa tematik yang kita buat, desa ikan nila, desa ayam bertelur, mungkin pertanian jagung dan sebagainya. Inti pokoknya, kita tidak menyeragamkan di 1.110 desa sasaran itu [Program TEKAD], tidak satu produk, tapi yang kita kawal adalah bagaimana potensi desa itu menjadi keunggulan desa sehingga bila diperkuat dengan program hilirisasi diharapkan bisa di ekspor,” tegasnya.

Selain itu, Yandri juga menjelaskan, Kemendes PDT melakukan pendampingan sebagai fasilitator, fasilitator di tingkat Provinsi dan Kecamatan.

“Kita ada pelatihan-pelatihannya, kemudian ada literasi-literasi yang lain sesuai dengan potensi tadi. Kalau misalkan ada petani coklat, kemarin kita bawa ke Bali karena di situ Bali punya perkebunan coklat yang bagus,” jelas Yandri.

Potensi Desa, lanjut Yandri, sangat beragam, sehingga semuanya perlu dikembangkan bukan diseragamkan.

“Kemudian ada peternakan ayam, ya tentu kita buat peternakan ayam betul yang bagus dan baik sesuai dengan literasi yang ada. Jadi semua kita lakukan pendampingan dan pemberdayaan. Tidak hanya memberikan uang saja tapi yang paling penting kita lakukan pendampingan dengan pelatihan-pelatihan,” terangnya.

FGD Dua Hari Di Kabupaten Tuban.

Kementrian Desa Pembangunan Desa Tertinggal semakin serius dalam rangka mendorong penguatan program Ketahanan Pangan Desa, khususnya dengan menggelar Diskusi Terbatas serta melakukan kunjungan lapangan di tiga desa di Kabupaten Tuban pada Senin-Selasa (15-16/12/2025).

Tim Kemendesa PDT ini dipimpin langsung oleh Penasehat Menteri Desa PDT Bidang Evaluasi dan Monitoring Program, Prof. Dr. Zainuddin Maliki, M. Si berserta tim berjumlah tujuh orang melakukan dan menggelar Focus Grup Disscussion (FGD) di Desa Rayung Kecamatan Senori dan Desa Bulu Meduro Kecamatan Bancar.

Sedangkan untuk kunjungan lapangan dilakukan di tiga desa yaitu dua desa lokasi FGD dan Desa Banyuurip Kecamatan Senori.

Secara khusus kegiatan FGD dan kunjungan lapangan terkait kegiatan ketahanan pangan desa di Kabupaten Tuban ini juga terkait penguatan program lanjutan TEKAD atau Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu yang merupakan kerjasama Kemendesa PDT dengan IFAD yang mencakup 1.200 desa di wilayah Indonesia Timur meliputi semua provinsi di Papua, Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur.

Seperti diketahui dari data yang dihimpun Redaksi JatimUPdate.id menunjukkan bahwa Program TEKAD (Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu) adalah program Kemendesa PDTT hasil kerja sama dengan IFAD (International Fund for Agricultural Development) untuk memperkuat ekonomi desa di Indonesia Timur melalui pendampingan dan pemberdayaan masyarakat, menciptakan pendapatan baru, serta mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan dengan fokus pada sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan, serta melibatkan fasilitator di berbagai tingkatan.

Sementara itu, Prof. Dr. Zainuddin Maliki juga bertindak sebagai Tim Leader Program TEKAD dengan lebih spesifiknya menjabat sebagai Sekretaris Strategic Policy Unit (SPU) Program TEKAD.

Dalam kunjungan kerja selama dua hari Senin-Selasa (15-16/12/2025), proses FGD hari pertama dilaksanakan di Desa Rayung Kecamatan Senori dengan 120 peserta. Dilanjutkan kunjungan lapangan ke lokasi program Ketahanan Pangan Desa Rayung yang berbasis pertanian.

Selanjutnya masih di hari pertama, tim TEKAD Kemendesa PDT melanjutkan kunjungan lapang ke Desa Banyu Urip Kecamatan Sinori untuk melihat budidaya Ayam Petelor maupun Ayam Pedaging.

Hari kedua, FGD dilakukan di Desa Bulu Meduro, Kecamatan Bancar dan melakukan kunjungan lapangan atas potensi perikanan laut.