
Prof Mahmud Mustain,
Guru Besar Teknik Kelautan ITS
Makhluq Tuhan di alam raya ini tidak ada yang melebihi manusia dalam kapasitas atau kemampuan untuk berbuat kebaikan atau kemaslahatan. Hal ini karena hanya manusia yang mempunyai kelebihan otak atau akal dan tidak dimiliki oleh makhluq lain. Dengan demikian pantas kalau manusia yang harus bertanggung jawab atas kemaslahatan dan kesejahteraan umat manusia dan lingkungan.
Dalam rangka bertanggung jawab tersebut, manusia menggunakan akalnya untuk menyusun aturan atau regulasi sehingga muncullah yang disebut ilmu pengetahuan yang terdokumentasi dan disebut Sains. Artikel ini menjelaskan bagaimana sains tidak ikut bartanggung jawab atas kemaslahatan umat dan lingkungannya.
Apabila manusia berakal sehat maka percaya bahwa setiap ciptaan pasti ada yang menciptakan, di sini muncul pengakuan adanya Tuhan sebagai pencipta alam dan isinya termasuk manusia. Akal sehat juga pasti mengatakan bahwa setiap ciptaan pasti ada regulasi untuk penggunaan ciptaan tersebut. Regulasi ini logikanya ya sudah barang tentu dari pencipta, maka di sini muncul kepercayaan adanya kitab suci.
Dalam pemikiran tersebut, ada saudara-saudara kita sesama manusia yang belum menerima keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam dan isinya. Hal ini yang menjadi akar perbedaan antara manusia bertuhan dengan manusia yang belum bertuhan (dasar husnudzon insyaAllah suatu saat ke depan akan bertuhan). Sehingga dalam membangun sains juga ada perbedaan yang mendasar. Perbedaan tersebut adalah pada penggunaan 4 pilar filsafat ilmu yakni: ontologi, epistimologi, aksiologi, dan metafisika. Pendekatan kasar, empat pilar tersebut digunakan oleh manusia yang bertuhan sedangkan saudara-saudara kita yang belum bertuhan terkesan hanya menggunakan dua pilar yakni ontologi dan epistimologi saja.
Perbedaan tersebut memberikan konsekwensi berbeda yang mendasar yaitu seakan tidak mau ikut bertanggung jawab atas kemaslahan umat sebab tidak mau menerima adalanya konsep nilai seperti yang dikehendaki oleh aksiologi dan metafisika. Di sinilah letak makna yang tertulis dalam judul artikel ini. Selagi sains belum bisa menerima konsep aksiologi dan metafisika dalam membangun kemaslahatan, maka sains berada di luar pakem tujuan kemaslahatan.
Semoga pinaringan manfaat barokah selamat aamiin.
Surabaya,
20 Jumadil Akhir 1447
atau
10 Desember 2025
m.mustain
