Bintari Wuriyaningsih, SE:Sosok Dokter Pegiat Sampah Osoji YangTerbitkan Buku

*BANYUWANG:MenaraMadinah.comI* – Satu dekade pengabdian Komunitas peduli lingkungan hidup untuk bumi Banyuwangi dirayakan dengan penuh makna.
Banyuwangi Osoji Club(BOC), sebuah komunitas peduli lingkungan di Banyuwangi, memperingati Hari Jadinya yang ke-10 pada Selasa, 25 November 2025 lalu.

Acara yang berlangsung sederhana namun khidmat di Ruang Seblang Graha Pena Radar Banyuwangi ini, dipandu oleh ibu Atik / ibu Eko Setyowati yang akrab dipanggil jeng Roro dari Nawa Enterprise. Juga aktivis lingkungan hidup yang juga penyanyi keroncong asal Gambiran.

Acara dibuka dengan suguhan tayangan foto yang merekam jejak langkah BOC selama sepuluh tahun terakhir, diikuti oleh talk show seputar kegiatan lingkungan hidup dan strategi pengelolaan sampah di Banyuwangi.

Ada surprise yang mengejutkan, yang menarik perhatian, yakni hadirnya ibu Retno dari Jakarta Osoji Club.
Ibu Retno selaku founder dari Jakarta Osoji Club dalam sambutan singkatnya menyampaikan apresiasi dan rasa bangga atas eksistensi Banyuwangi Osoji Club yang sampai hari ini mengembangkan diri, bahkan sudah membuat buku tentang lingkungan hidup.
Ada 7 Komunitas Osoji Club di seluruh Indonesia, dan Banyuwangi Osoji Club adalah cabang yang ke 3.
Dikisahkan juga bahwa Osoji Club ini diprakarsai oleh Tsuyosi Ashida dari Jepang yang berkunjung ke Indonesia, miris dengan kondisi Indonesia di kali Ciliwung. Lalu memprakarsai untuk melakukan kegiatan Osoji secara sukarela dan independen, tanpa bantuan biaya dari manapun, baik dari Jepang maupun Indonesia. Tsuyosi Ashida hanya relawan, yang kemudian memiliki cabang dibeberapa wilayah di Nusantara ini.
Bu Retno sebelum berpamitan untuk kembali ke Jakarta berpesan agar Banyuwangi Osoji Club terus melanjutkan langkah edukasi tiada henti untuk bersih bersih lingkungan/Osoji.

Ketua panitia, Pak Tato Oktavianto, yang juga tergabung dalam Banyuwangi Osoji Club, dimana beliau juga pemimpin dari Osoji milenial beberapa sekolah menengah atas di Banyuwangi Selatan, mengatakan bahwa Osoji ini adalah budaya Jepang untuk kedisiplinan yang mandiri dan menjaga komitmen tinggi dalam menjaga lingkungan.
Osoji adalah gerakan bersih bersih lingkungan, rijik rijik dalam bahasa Banyuwanginya.
Slogan yang dibuat Tsuyosi Asida san, Founder Osoji Club Indonesia adalah “MALU BUANG SAMPAH SEMBARANGAN”. Slogan menarik ini dikuatkan oleh Bung Aguk, , yang juga ketua komunitas Goyong Royong ’45 Banyuwangi, dengan bahasa osing “Isun isin kadhung mbuwang romot sembyarangan”.
Ungkapan bung Aguk yang gayeng semakin menambah semaraknya Acara.

Momen puncak peringatan ini adalah peluncuran buku karya pendiri dan Ketua Banyuwangi Osoji Club, dr. Bintari Wuryaningsih, SE. Buku yang berjudul “Cerita Seorang Pegiat Lingkungan (Saatnya Sampah Berakhir di Rumah Kita)” ini merupakan dokumentasi pemikiran dan pengalaman praktisnya selama satu dekade bergelut di dunia aktifitas lingkungan.
“Dari berbagai cerita dan pengalaman yang saya posting di Facebook, ketika dirangkai dengan berbagai tambahan, akhirnya jadilah buku ini,” ujar dr. Bintari, menceritakan asal muasal terbitnya buku tersebutBuku ini diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak lagi masyarakat untuk bergerak memulai perubahan mental positif dari rumah sendiri agar peduli terhadap lingkungan dan sampah.
Cerita dokter Thari saat ke Jepang untuk belajar dan melihat langsung budaya bersih bersih yang dilakukan oleh Jepang, dan cerita bagaimana Tsuyosi Ashida san sangat marah jika kedisiplinan mulai kendor.

Acara beriutnya adalah Talk show.
Talk show semakin hidup dengan kehadiran dua narasumber yang turut berkontribusi dalam kegiatan lingkungan hidup yang sejawat penulis dan penerbitan Yogyakarta Ki Sawunggaling, dan Kepala Sekolah SMAN 1 Giri, I Ketut Ranen, S.Pd., M.Si., hadir untuk berbagi pengalaman dan strategi nyata dalam mengelola sampah dan menjaga kelestarian lingkungan, khususnya di lingkungan sekolah.
Ada juga pemantik dari Dinas Lingkungan Hidup, Tiara, soal bank sampah hingga budaya masyarakat memandang dan mensikapi sampah.

Salah satu peserta dari Forum Banyuwangi Sehat, H. Waluyo, yang telah menyelesaikan membaca buku dr. Bintari, memberikan apresiasi. Ia memuji bahasa yang digunakan dalam buku tersebut cukup lugas, sederhana, dan mudah dipahami oleh semua kalangan hingga gampang dipraktekkan jadi karakter.
Acara yang dihadiri pemangku kepentingan, lembaga Mitra dan relawan Osoji yang lansia, juga ada yang menarik ungkapan H Mujiono, SH yang mendirikan Komunitas Peduli Pendidikan Banyuwangi (Koppiwangi) yang lahirnya hanya beda waktu sedikit dengan Osoji Banyuwangi. “Dari dunia maya lalu sinergi di dunia nyata untuk jadi relawan mengabdi di obyek beda tapi mimpi sama demi Banyuwangi yang tersenyum mewangi karena indah dan bersih serta saling sinergi dengan hati! ”

Acara peringatan yang berlangsung akrab ini ditutup dengan tradisi potong tumpeng yang dipimpin langsung oleh dr. Bintari, menandakan syukur atas sepuluh tahun perjalanan dan semangat baru untuk terus berkontribusi bagi lingkungan hidup di Banyuwangi.(Aguk Wahyu Nuryadi)