
Oleh: Sayyid Diar Mandala, Pandeglang-Banten 🇮🇩
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Rakyat dan Bangsa Indonesia tercinta,
Polemik nasab yang kini hangat diperbincangkan bukan sekadar soal agama, tapi peringatan bagi kita semua: waspadai upaya adu domba yang melemahkan NKRI. Mari gunakan akal sehat, berpikir objektif, dan bersatu—tanpa berpihak pada kelompok atau ormas mana pun.
Isi Utama:
1. Konflik Ini Dimulai Dari Mana?
– Tesis KH Imaduddin mempertanyakan keabsahan nasab secara ilmiah, bukan “membegal” atau menyerang Habib Ba’alwi. Tugas research & analysis, bukan adu debat kyai!
– Kita lihat, kyai-kyai Nusantara (contoh: Banten) saling berbeda pendapat. Pertanyaan kritis: siapa yang untung dari ini? Pasti bukan kita, tapi pihak luar yang ingin pecah belah.
2. Kenapa Ini Ramai? Ada “Doktrin” Umat?
– Framing “Imad vs. Habib, Pribumi vs. Arab” salah besar. Ini soal validitas sejarah, bukan suku. Perbedaan pandangan ini bisa dimanfaatkan—mari objektif.
Saran:
1. Jangan Terpancing, Fokus Fakta!
– Dukung dialog ilmiah, hindari hujat-menghujat.
– Ulama pribumi, bersatu! Gotong royong, jaga persatuan.
2. Edukasi Masyarakat:
– Waspadai pihak luar yang manfaatkan konflik.
– Bela NKRI, jaga Pancasila. Ulama adalah panutan, bukan alat pecah belah.
Kesimpulan:
Ini bukan soal “siapa benar siapa salah”, tapi NKRI, keutuhan umat, harga diri pribumi. Mari berpikir jernih, lawan adu domba, jaga cinta tanah air.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
#sdiarm 🇮🇩
Referensi:
– QS. Al-Hujurat: 10 (“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara…”).
