
Oleh: Firman Arifin
Dosen PENS, Jamaah Haji 2025 – Kloter 92 Nurul Hayat.
“Zamzam lima syuriba lahu.”
Air zamzam tergantung pada niat siapa yang meminumnya. (HR. Ibnu Majah)
Zamzam bukan sekadar air. Ia adalah anugerah langit yang lahir dari doa dan tawakal. Saat seorang ibu bernama Hajar berlari demi anaknya yang menangis kehausan, Allah tidak hanya menurunkan air, tetapi juga pelajaran tentang perjuangan, kepasrahan, dan harapan.
Itulah sebabnya, meneguk zamzam bukan hanya aktivitas fisik. Ia adalah momen spiritual. Maka, jangan biarkan bibir kita diam tanpa doa. Dan dari sekian banyak harapan, tiga permohonan ini kerap disarankan para ulama dan dicontohkan para salihin. Permintaan akan ilmu yang bermanfaat, rezeki yang luas, dan kesembuhan dari segala penyakit.
*1. Ilmu yang Bermanfaat*
“Allahumma inni as’aluka ‘ilman naafi’an…”
Ilmu itu seperti energi. Dalam dunia teknik, energi harus diarahkan dan dikendalikan. Sebuah sistem listrik tanpa grounding bisa menyebabkan arus bocor, menyetrum, bahkan membakar.
Demikian pula ilmu. Tanpa grounding berupa akhlak, ketawadhuan, dan kesadaran akan keterbatasan diri, ilmu bisa menjadi sumber keangkuhan. Ia menjadikan seseorang merasa paling tahu, meremehkan yang lain, bahkan menjauh dari kebenaran.
Ilmu yang bermanfaat adalah yang menuntun seseorang. Makin tahu, makin rendah hati. Makin paham, makin dekat kepada Allah. Ia membuat akal jernih, lisan terjaga, dan tindakan penuh hikmah.
Maka saat meneguk zamzam, mintalah ilmu yang membimbing jiwa, yang tak hanya menambah wawasan, tapi juga memperhalus perasaan, meluruskan niat, dan menuntun langkah ke jalan yang benar.
*2. Rezeki yang Luas*
“…wa rizqan waasi’an…”
Zamzam muncul dari kisah pengorbanan dan pengabdian. Maka wajar jika doa yang menyertainya memohon rezeki yang luas. Bukan hanya banyak, tapi luas. Membawa manfaat, ketenangan, dan keberkahan.
Ada orang berpenghasilan besar, tapi hidupnya sempit. Hatinya gelisah, sulit bersyukur, dan enggan berbagi. Ada pula yang berpenghasilan sedang, namun hidupnya lapang. Cukup, tenang, dan menyejukkan sekelilingnya.
Rezeki yang luas itu seperti zamzam. Terus mengalir, meski sumbernya tak kasat mata. Ia tidak akan habis jika digunakan dalam kebaikan. Dan ketika hati penuh syukur, maka rezeki terasa selalu cukup.
Maka mintalah rezeki yang bukan hanya mencukupi kebutuhan, tapi juga membuka peluang untuk memberi. Mintalah cukup yang menentramkan, bukan banyak yang membingungkan arah.
*3. Kesembuhan dari Segala Penyakit*
“…wa syifaa’an min kulli daa’in.”
Doa ini menyentuh sisi paling manusiawi dari kehidupan. Sakit dan harapan untuk sembuh. Tak ada manusia yang luput dari rasa sakit, baik fisik maupun batin. Ada luka di tubuh, tapi lebih banyak lagi luka di hati. Iri, kecewa, trauma, takut, dan kelelahan jiwa.
Air zamzam diyakini memiliki kekuatan penyembuhan, sebagaimana sabda Nabi. Namun seperti semua amal, kekuatannya bergantung pada niat dan keyakinan.
Kesembuhan sejati bukan sekadar pulihnya tubuh dari nyeri. Kadang, yang paling dibutuhkan adalah kemampuan untuk memaafkan, mengikhlaskan, dan kembali berjalan dengan dada lapang. Kadang, luka yang paling dalam sembuh bukan dengan obat, tapi dengan doa dan keikhlasan.
Maka saat meneguk zamzam, bisikkan harapan agar Allah sembuhkan tubuh dari penyakit, hati dari dendam, dan jiwa dari kegelisahan. Sembuhkan pula hubungan yang retak, rasa percaya diri yang runtuh, dan semangat hidup yang nyaris padam.
Zamzam bukan air biasa. Ia adalah warisan spiritual, lahir dari ikhtiar dan doa seorang ibu yang diteladani sepanjang zaman. Maka saat tangan menggenggam gelas zamzam, jangan biarkan bibir kita kosong dari doa.
Isi hatimu, susun harapanmu, lalu teguklah dengan yakin.
Sebab bisa jadi, dalam seteguk zamzam itu, tersembunyi jawaban dari doa yang paling lama kau panjatkan.
Dan bisa jadi, itulah titik balik hidupmu.
#Haji2025
#HajiBahagia
#HajiArafahMahsyar
#RefleksiArafah
#ArafahTitikNol
#WukufDenganHati
#PerjalananMenujuAllah
#ThePowerofZamzam