*Manusia adalah Hewan yang Berpikir*

 

Prof. Mahmud Mustain Guru Besar Teknik Kelautan ITS

Memang manusia harus beradab, sebab tidak seperti hewan yang tidak berpikir. Perbedaan berpikir dengan tidak ini menghasilkan punya dan tidaknya peradaban. Dengan kata lain pikiran manusia menentukan warna dan corak budaya dan peradaban yang dibangun.

Apabila komponen non-fisik manusia yang disebut jiwa itu berisi hati, akal, nafsu, dan syetan, maka pada hewan hanya ada nafsu termasuk insting. Jadi secara umum hewan tanpa ada hati, akal, dan syetan. Potensi atau kemampuan bergerak dan beraktifitas hanya berbasis pada keinginan atau kemauan nafsu.

Tuntunan Allah SWT berupa agama ini memberikan wewenang kepada akal dengan bekal hati dan materi ujian nafsu dan syetan. Untuk menghidupkan hati maka manusia harus lebih dulu memadamkan gejolak nafsu yang diperdaya syetan. Apabila upaya pemadaman atau setidaknya pengurangan gejolak nafsu hewan ini berhasil, maka baru bisa memulai perbuatan yang bersumber inspirasi dari hati. Akal mendapat bagian untuk mengkritisi mana-mana perbuatan yang baik. Dengan kerja sama antara hati dan akal maka bisa mendapatkan perbuatan yang optimal.

Hasil kolaborasi hati dan akal ini yang kemudian bisa membangun sikap dan kebiasaan atau habit. Kesamaan habit dalam suatu komunitas maka akan terbangun tradisi. Kesamaan tradisi antar wilayah maka terbangun budaya. Kesamaan budaya dalam kehidupan di muka bumi ini disebut peradaban.

Kembali ke perbedaan hewan dan manusia, kelihatannya hanya berbeda dalam punya akal atau tidak. Tetapi keberadaan akal manusia di muka bumi ini menjadi penyebab wujudnya peradaban manusia. Berbeda dengan hewan yg tidak punya peradaban, hidup kesehariannya hanya mengikuti keinginan nafsu. Tidak memiliki instrumen untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Point besarnya artikel ini adalah bagaimana kita bisa berkontribusi ikut membangun peradaban dunia meskipun hanya berupa satu titik kecil. Jangan sampai tergiring keinginan nafsu seperti halnya hewan atau binatang yang tidak memiliki akal. Kerja bareng hati dan akal kita wujudkan hasil yang baik toleran terhadap sesama penghuni muka bumi. Semoga kita bisa istiqomah membina minimal diri kita atau keluarga untuk berkontribusi membangun peradaban dunia yang damai sejahtra berkah selamat dunia akhirat aamiin.

Surabaya, 21 Dzul-Qo’dah 1446 / 19 Mei 2025
m.mustain