
Titiek Puspa (Sudarwati) adalah salah satu “harta kekayaan budaya terbesar” dalam sejarah budaya populer di Indonesia. Bagaimana kisah hidupnya. Berikut ini :
Kepergiannya menggenapkan berpulangnya sebuah generasi yang ikut membentuk kita sanggup menikmati musik dan film sebagai bagian penting dari proses penyempurnaan kita sebagai makhluk budaya.
Nama Titiek Puspa adalah pemberian dari Bung Karno. Saat mulai menyanyi di Istana bersama Elly Srikudus, Theresa Amanupunnjo dan Sudarsih Kissowo, ia menarik perhatian Bung Karno.
Saat ditanya namanya siapa, ia menjawab dengan kepala menunduk malu. Kata Titiek, wajah Bung Karno terlihat bercahaya hingga dia tak berani menatapnya.
“Aku ora wani menatap wajah beliau” ucap Titiek. Lalu dia dapat nama baru, dari nama aslinya Sudarwati menjadi Titiek Puspa. Bung Karno punya kebiasaan memberi nama baru buat orang-orang tertentu agar namanya menjadi terdengar indah.
Titiek Puspa is a chinese by ethnic. Lahir di Banjarmasin tapi tumbuh besar di Semarang, gaya ngomongnya Jawa medok.
Ia mengenal musik dari ayahnya yang kebetulan bisa main piano. Bakat musiknya berkembang sangat alamiah. Talenta musiknya tumbuh dari cara belajar yang sepenuhnya otodidak, meski makin berkembang setelah menikah dengan Mus Mualim, musisi jazz Indonesia.
Mus Mualim pada tahun 1980-an memimpin program acara Telerama, sebuah program acara musik di TVRI. Mus Mualim memimpin Orkes Telerama. Pernikahan dengan Mus Mualim menghasilkan Petty Tunjungsari.
[
Saat Mus Mualim meninggal di awal tahun 1990, Titiek Puspa mengalami kesedihan besar …. Pada sebuah media nasional dia menceritakan kesedihannya ditinggal Mus Mualim…. “Oalaaahhh Mus kowe kok ninggal aku. Iki aku wis seminggu sik nangis terus”
Hari ini Titiek Puspa berpulang ke rahamtullah. Ia menyusul suaminya tercinta.
Moga Gusti Allah melimpahkan kasih sayang kepada Bude Titiek Puspa, menerima amal ibadahnya, dan mengampuni segala khilaf dan kesalahannya. Innalillahi wainnailaihi rojiun.