Dialog You Tube Rumah Bertanya Topik TKW Ramai-Ramai Gugat Cerai Dapat Tanggapan Kemenag

 

Indramayu. 12/3/2025-Dialog di akun You Tube ‘ “Rumah Bertanya” Topik : TKW Ramai-ramai Gugat Cerai Dapat yang diunggah baru telah viral padahal baru sebulan diunggah namun bukan saja telah ditonton 3,4 ribu pemirsa tetapi juga telah mendapat tanggapan dari Kemenag RI.

Dialog yang dikelola oleh Oo Alam Baqa Direktur PKSPD (Pusat Kajian Strategis Pemerintahan Daerah) dengan menghadirkan Nara sumber seorang praktisi hukum dan Advokat Senior Nasional H. Dudung Badrun, SH. MH. tersebut telah banyak menggugah hati dan pikiran masyarat bahkan menarik rasa kepedulian atas perkara kemanusiaan ( care humanity) yang banyak menimpa rumah tangga para pekerja migran ini.

Dalam pembahasannya dialog antara pewawancara dan nara sumber utama atas fenomena tersebut didapat inti permasalahan sebagai berikut :

1.Solusi memberikan kursus 6 bulan untuk mengatasi perceraian, itu bukan solusi tetapi berbasis proyek.
Kemenag melalui Menteri Agama tidak paham duduk perkaranys
Cara itu sudah bertahun-tahun diterapkan, tetapi hasilnya masih Nol.

2.Oo Alam Baqa, dalam dialognya dengan Kemenag mengatakan Jika harus mengikuti kursus pranikah selama 6 bulan maka bisa di PHK dan tidak bisa bekerja.
Sepertinya Menteri Agama berbicara “asal nyeplos” sjaja, tidak melihat situadi dan kondisi penyebab masalahnya. Menurut Dudung Badrun, ” Heran, kok orang-orang hebat jika sudah jadi Mentri, idenya asal “nyeplak”. Seperti kurang kerjaan.

3.Sebenarnya dengan sudah adanya empati dari Menteri Agama untuk menekan perceraian patut diapresiasi. Hanya saja
Program kementerian agama mestinya diikuti dengan Program Kementerian lain seperti Kementerian PMI /TKW dengan membuat sistem dan membekali PMI untuk keluarganya supaya utuh, Kementerian Perindustrian dan menteri terkait harus membuat kebijakan untuk dapat menyerap tenaga kerja Indonesia dan PEMDA dengan kementerian terkait dengan adanya program mengentaskan kemiskinan bukan memelihara Kemiskinan.

4.Oo Alam Baqa juga berpendapat Jika demikian, bukan empati tetapi menyelesaikan masalah dengan masalah. Semesttinya
Riset dulu yang jujur baru Menteri Agama berbicara dan membuat statemen serta kebijakan.
Jangan bersifat kasuistik untuk dijadikan solusi. Bila demikian bisa menjadi bencana.

Sujaya.