LTN PWNU Jatim Gandeng “Influencer” Dakwahkan NU.

SURABAYA – Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur siap menggandeng “influencer” (pemengaruh) untuk mendakwahkan Nahdlatul Ulama (NU) sebagai ormas Islam yang ramah bagi siapapun.

“Sekarang, kami masih menata kolaborasi antar-lembaga di PWNU untuk melakukan lompatan dakwah digital, tapi ke depan kami akan menggandeng inluencer, karena Generasi Z memang perlu didampingi, bukan dihakimi,” ujar Ketua LTN PWNU Jatim H Helmy M Noor dalam program ‘Ngaji Nusantara’ PWNU Jatim di Surabaya, Rabu,5 Maret 2025.

Dalam program “ngaji” bertema “Dakwah Digital: Solusi Sindrom Candu Smartphone di Kalangan Gen Z” yang dibuka Sekretaris PWNU Jatim DR Ir Muhammad Faqih itu, Helmy mengisi sesi kajian tematik bersama Prof Dr Masdar H ilmu (Ketua LP Ma’arif NU Jatim), lalu dilanjut sesi tausiyah oleh KH. Abd. Matin Djawahir (Wakil Rais Syuriyah PWNU Jatim).

“Ngaji Nusantara pada setiap Ramadan ini merupakan lompatan dakwah digital yang perlu dikembangkan terus, apalagi PWNU Jatim telah menjadi inisiator dan penggerak dakwah digital di NU dengan mengadakan Istighotsah Kubro Digital saat COVID-19 melalui zoom di PWNU Jatim, lalu Lirboyo 15, dan Gedung Negara Grahadi. Pesertanya ada 3 jutaan, tentu ini lompatan dakwah digital yang luar biasa,” katanya.

Menurut “santri” mantan Ketua Umum PBNU KHA Hasyim Muzadi itu, NU memang sudah saatnya menggerakkan dakwah secara digital, karena dakwah memang perlu “kemasan” kekinian sesuai zaman/era, meski konten tidak perlu diubah, tapi kemasan harus berubah dalam bentuk video pendek, animasi, quote, dan sebagainya agar tidak terkesan kuno dan berat.

“Kalau ada ‘rebranding’ dalam kemasan dakwah menjadi lebih kekinian melalui digitalisasi, maka siswa yang terbiasa dengan akun tertentu akan ‘rindu’ dengan guru lewat dunia digital, sehingga siswa tidak ketagihan dengan ustadz-ustadz artis hanya karena mampu bicara dalam 5 menit saja. Nah, dakwah kedepan juga perlu kemasan 5 menit,” katanya.

Saat membuka “Ngaji Nusantara” itu, Sekretaris PWNU Jatim DR Ir Muhammad Faqih menilai pengajian tematik saat Ramadhan merupakan tradisi yang baik dan dapat menjadi ‘oase’ di tengah konten digital yang tidak baik, apalagi dilakukan dengan cara dakwah sesuai zaman.

Dalam kesempatan itu, Sekretaris PWNU Jatim M Faqih mencontohkan Kiai Matin (pemberi tausiyah) sebagai Kiai Digital, karena cara dakwahnya. “Saya punya akun ‘dawuh kiai matin’ dan juga ada tiga studio podcast di rumah, termasuk di kamar tidur,” ujar Kiai Matin saat tausiyah.

Dalam konteks pendidikan, Ketua LP Ma’arif PWNU Jatim Prof Dr Masdar Hilmy menilai digitalisasi saat ini sudah menjadi “candu” yang sulit dipisahkan dari keseharian, karena itu solusi terbaik adalah mengarahkan ketergantungan (candu) menjadi hal positif dan hal ini menjadi tugas utama para orang tua saat ini.

“Ya, tinggal mengarahkan ketergantungan menjadi produktif. Hal itu perlu peran utama, karena itu orang tua perlu awasi gawai agar positif. Kalau perlu pengawasan dengan reward dan punishment. Bisa juga ada satu hari dalam seminggu yang dijadikan ‘Hari Tanpa Gawai’ selama 5-8 jam saja dan jalan-jalan saja,” katanya.

Untuk hari kedua “Ngaji Nusantara” (6/3/2025) bertema “Ramadan Penuh Cinta, Saatnya Peduli Sesama”
dengan tausiyah oleh Prof. Dr. KH. Ali Maschan Moesa, M.Si (Wakil Rois Syuriyah PWNU Jatim) dengan narasumber “istimewa” yakni DR Asep Heri (Kepala BPN Jatim/PW LWP Jatim) dan DR H Choirur Roziqin MPd (PW Lazisnu Jatim).

*Imam Kusnin Ahmad*