ADAT PERLON DI DESA PEKUNCEN JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH

Ratusan penganut kejawen yang beragama muslim dari berbagai daerah menggelar ritual jalan kaki sepanjang puluhan kilometer.

Jalan kaki ini mereka lakukan untuk mengawali ritual “Perlon Unggahan” yang dilaksanakan setiap Jumat terakhir di Bulan Sya’ban guna menyambut datangnya Bulan Ramadhan.

Dari desa masing-masing mereka berbondong-bondong menuju sebuah makam di desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Banyumas.

Penganut Islam kejawen, baik laki-laki maupun perempuan berkumpul di rumah adat setempat sebelum mengikuti ritual jalan kaki secara berombongan dengan mengenakan pakaian adat Jawa.

Selain mengenakan pakaian adat, mereka juga membawa berbagai perbekalan seperti beras dan kelapa. Perbekalan tersebut digendong kaum perempuan maupun dipikul oleh kaum laki-laki menuju Makam Bonokeling.

Bonokeling merupakan sosok yang berasal dari Kadipaten Pasir Luhur yang berada di bawah Kerajaan Padjajaran atau Galuh-Kawali. Dan uniknya, hanya para sesepuh atau tetua saja yang diperbolehkan tahu tentang sosok Bonokeling yang sesungguhnya.

Ratusan penganut Islam Kejawen yang datang akan menggelar dzikir bersama yang dilafalkan dengan Bahasa Jawa. Mulai pukul 00.00 WIB hingga 04.00 WIB.

Keesokan harinya, mereka menggelar pertemuan, dengan juru kunci Makam Bonokeling. Kemudian dilanjutkan pada ritual “unggahan” di Bale Agung, Makam Bonokeling.

Sebelumnya mungkin kalian asing dengan istilah ‘Kejawen’.

Kejawen merupakan budaya yang berkembang di Tanah Jawa semasa Hinduisme dan Budhisme. Biasanya budaya ini membaur dengan ajaran agama yang dianut masyarakat sekitar.

Saat itu, Walisongo memiliki andil besar dalam penyebaran Islam di Tanah Jawa, dengan menanamkan unsur budaya Jawa seperti wayang, lagu, syair dan upacara kuno dalam penyebarannya.

Totok Budiantoro

Koresponden MM.com