Nusantara Negeri Unggul

Oleh : Bambang Melga Suprayogi, M.Si.
Ketua LTN NU Kab. Bandung

INDONESIA adalah negeri yang yang sangat sempurna, banyak kisahnya, sudah tercatat baik oleh kitab-kitab suci (Injil) di pasal tentang raja raja 10/12, dimana komoditi utama hasil bumi Nusantara, rempah-rempah dan Gaharu, sampai harus tersebutkan sebagai hadiah ratu Bilqis pada Nabi Sulaiman.

Para Raja-raja Nusantara, telah melakukan perniagaan, mengekspor hasil buminya berupa gaharu, untuk keperluan para Nabi, khususnya Nabi Sulaeman, seperti yang dihadiahkan ratu Bilqis kepadanya.

Coba kita buka surat Para Raja tersebut, disana disebutkan Ratu Bilqis menghadiahkan berton-ton pohon Gaharu, yang pohonnya bisa dijadikan sarana wangi-wangian untuk dipakai dalam ritual keagamaan para Nabi menyembah Tuhannya.

Dan untuk keperluan itu Ratu Bilqis, ratu negeri Saba ini, telah membuka hubungan dagangnya dengan para Raja Nusantara pada zamannya, sehingga bibuan ton kebutuhan pohon Gaharu banyak di ekspor ke Negeri Saba, untuk selanjutnya, digunakan oleh Nabi Sulaiman, dan Rakyatnya bagi kebutuhan peribadatan mereka.
Pun begitu seterusnya sampai zaman para Nabi lainnya, perdagangan hasil bumi Nusantara, telah menjadi komoditi Unggulan, yang banyak dicari para Raja, Fir’aun, Kaisar, dan penguasa berbagai Negeri.

Hingga pantas, Indonesian pun pernah di sebutkan oleh Baginda Nabi yang menyebutkan dari negeri Inilah banyak umat yang belum pernah bertemu dengannya, tapi rakyatnya yang paling banyak mencintai beliau.

Dan itulah Indonesia, negeri yang memiliki bendera dua warna, merah dan putih.

Masih menurut bukti yang di dapati dari daerah Sumatera Utara, sahabat Nabi telah berkunjung, dan menetap pula di Nusantara, terdapat makam mereka di daerah Sumatera Utara, sahabat Nabi ini menyiarkan dakwah ke Indonesia melalui daerah Barus ialah Abdurrahman bin Mu’adz bin Jabal dan puteranya Mahmud dan Ismail. Mereka berdakwah dan wafat di Barus sekitar tahun 625 Masehi.

Tak terkecuali sahabat terkasih Nabi, dan saudara sepupunya, Ali bin Abi Thalib, dan para sahabat Nabi lainnya, pada masa Nabi masih ada, mereka pernah pula menginjakan kakinya ke Nusantara ini, dalam rangka mensyiarkan Islam, seperti berita yang didapat dari catatan berikut, terdapat beberapa sahabat Nabi dalam perjalanannya pernah menginjakkan kaki di bumi nusantara.

1. Pada tahun 625 M, Ali bin Abi Thalib, pernah datang dan berdakwah di Garut, Cirebon, Jawa Barat (Tanah Sunda), Indonesia. (Sumber keterangan ini bisa dicek pada: H. Zainal Abidin Ahmad, Ilmu politik Islam V, Sejarah Islam dan Umatnya sampai sekarang, 1979; Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.31; S. Q. Fatini, Islam Comes to Malaysia, Singapura: M. S. R.I., 1963, hal. 39).

2. Sekitar tahun 626 M, Ja’far bin Abi Thalib, berdakwah di Jepara, Kerajaan Kalingga, Jawa Tengah (Jawa Dwipa), Indonesia. (Sumber: Habib Bahruddin CV), 1929, h.33).
Selain itu, terdapat sebuah artefak ditemukan bahwa saat itu di indonesia tepatnya dipulau jawa yaitu KALINGGA, Jepara. Pada tahun 640-650 M ada sebuah kerajaan yang ratunya adil bernama RATU SIMA dan anaknya bernama RATU JAYISIMA.

Ketika itu ada seorang dari tanah arab yang diutus pada masa Utsman bin Affan dari BANI UMAYYAH. Bani Umayyah adalah kekhalifahan Islam pertama (Muawiyah bin Abu Sofyan) setelah masa Khulafar Rasyidin.

Lalu singgah di Kalingga-Jepara, kemudian Ratu Sima dan Putrinya masuk Islam dan memerintah dari tahun 646-650 M, dan Islam belum berkembang saat itu, lalu ditandai adanya surat-menyurat atau korespondesi antara Ratu Sima pada masa Bani Umayyah untuk di datangkan guru-guru untuk berdakwah. Surat-surat mereka sekarang tersimpan di MUSEUM GRANADA, SPANYOL.

3. Ubay bin Ka’ab, berdakwah di Sumatera Barat, Indonesia, kemudian kembali ke Madinah. Sekitar tahun 626 M. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.35).

4. Abdullah bin Mas’ud, berdakwah di Aceh Darussalam dan kembali lagi ke Madinah sekitar tahun 626 M. (Sumber: G. E. Gerini, Futher India and Indo-Malay archipelago).

5. Abdurrahman bin Mu’adz bin Jabal, dan putera-puteranya Mahmud dan Isma’il, berdakwah dan wafat dimakamkan di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara sekitar tahun 625 M. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.38).

6. Akasyah bin Muhsin Al-Usdi, berdakwah di Palembang, Sumatera Selatan dan sebelum Rasulullah Wafat, ia kembali ke Madinah sekitar tahun 623 M. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.39; Pangeran Gajahnata, Sejarah Islam Pertama Di Palembang, 1986; R.M. Akib, Islam Pertama di Palembang, 1929; T. W. Arnold, The Preaching of Islam, 1968).

Kemudian pada tahun 718 M, Khalifah Umar bin Abdul Aziz dan anaknya Abdul Malik telah menginjakan kaki di Palembang – Sumatra Selatan. Pada waktu itu Palembang dipimpin oleh seorang Raja Sriwijaya yang bernama Raja Srindra Varma.Dakwah Umar bin Abdul Aziz membuat Raja tertarik lalu masuk Islam. Terbukti di makamnya tertuliskan kalimat Lailla hailallah Muhammad Rasulullah.

Lalu di tandai juga ada surat-menyurat (korespondensi) antara Raja Srindra Varma dengan khalifah Umar bin Abdul Aziz yang juga untuk meminta didatangkannya para guru untuk berdakwah. Yang kini surat-suratnya di simpan di Museum Oxford, inggris.

7. Salman Al-Farisi, berdakwah Ke Perlak, Aceh Timur dan Kembali Ke Madinah sekitar tahun 626 M. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.39).

Begitu menariknya negeri kita Indonesia, sehingga telah menjadi tujuan berbagai macam bangsa dengan tujuannya masing-masing, sumberdaya manusianya sangat dikenal piawai, oleh berbagai bangsa, khususnya dalam pembuatan kapal-kapal besar yang mampu mengarungi samudera, sehingga ketika jaman Nabi Nuh pun, inspirasi dalam pembuatan bahteranya, tak terlepas dari campur tangan manusia Nusantara, yang dibuktikan dari bahan baku Bahtera Nuh tersebut.

Nah ketika di teliti artefaknya oleh para peneliti, bahtera yang ditemukan di pegunungan Ararat, Turki, menunjukan bahan baku pembuatan bahtera Nuh tersebut, menggunakan kayu jati.

Sesangkan kayu jati sendiri, adalah kayu yang secara endemik, khusus hanya ada tumbuhnya di kepulauan Jawa.

Sehingga pantas, nenek moyang kita dari dahulu telah disebut sebagai pelaut unggul yang ulung, dan pernyataan ini, di nukilkan juga dalam relief di candi Borobudur, yang sangat ekspresif, menggambarkan kapal layar, Djukung perahu kecil, dan kapal bercadik kapal berbadan besar yang divisualkan disana.

Banyak daerah telah membuka hubungan luar negerinya, dengan berbagai negeri, berbagai bangsa, kekaisaran, dan para Raja, yang membutuhkan komoditi negeri ini, dari mulai komoditi, hutannya, pertanian, perkebunan, tambang, hingga Nusantara dari jaman dahulu kala, sampai saat ini, masih unggul dan menjadi jawara untuk berbagai komoditi, baik hasil tani, hasil laut, hutan, gunung, dan tambangnya.

Ini menunjukan sungguh sangat luarbiasa kekayaan bumi negeri kita, dan untuk itu Negara mesti memperhatikan betul potensi-potensi tersebut, untuk sebaik-baiknya bisa dipakai dalam mensejahterakan Rakyatnya.

Nusantara adalah Negeri yang paling modern, maju, dan toleran, yang mampu menerima dan berinteraksi dengan berbagai macam bangsa, warga dunia, hal tersebut telah sangat di kenal dari sejak jaman dahulu kala, sehingga hubungan internasional, sudah dibangun dari keberadaan para Nabi, baik dari jaman Nabi Nuh, sampai Nabi terakhir Muhammad SAW.

Jika Eropa saat itu masih dalam masa kegelapan, bangunan monumentalnya hanya berupa stonehange, batu yang ditumpuk, peninggalan nenek moyangnya yang berupa batu menhir, dan koloseum peninggalan jaman Romawi, sebagai tempat arena pertunjukan gladiator, yang spiritnya mengedepankan faktor olahraga, dan seni pertunjukan, yang sifatnya memenuhi unsur duniawi.

Sementara itu berbeda Nusantara negeri kita ini, dari spirit yang ada, kebalikan dari unsur spirit bangsa Eropa.

Di mana unsur spirit yang mendasarinya telah pada spirit keagamaan, spiritual, kedalaman capaian qolbu, yang sifatnya mendalami dunia ke akhiratan, alam setelah kehidupan, dan condong pada pembenahan uhrowi…

sehingga tatanan yang dibangun adalah, semangat membangun kebermanfaatan untuk manusia dan umat.

Satu sisi manusia Indonesia adalah manusia yang unggul dalam sumber daya manusianya.

Sisi Batiniah dan spiritual nya, manusia Indonesia telah memiliki spirit ruhiah yang tinggi.
Hal itu yang mesti kita pertahankan untuk jadi manusia Indonesia masa kini yang berintegritas.

Dan saat ini, yang harus dipertahankan dan di jaga dari spirit manusia Indonesia masa kini, adalah nalar dan kekritisannya.

Jika manusia Nusantara dahulu terkenal akan kebijaksanaannya, bagus akalnya, sudah tentu generasi berikutnya, kita pada masa ini, adalah generasi pelanjut keunggulan manusia Nusantara masa lalu, yang harus lebih cerdas, dan mampu menjaga bangsanya dari rongrongan pengaruh asing yang akan merusak tatanan keamanan, kenyamanan, toleransi, yang sudah kita jaga dan bangun selama ini.

Jaga bangsa ini.
Jaga negara ini.
Jaga sumber daya alamnya.
Jaga kerukunan dan toleransinya.

Dan bila ada yang merongrong, mengancam keamanan Negara, sudah barang tentu harus kita sikapi bersama, dan hadapi dengan sepenuh tanggung jawab, sebab takala kita menjaga tanah air tercinta, berarti kita menjaga marwah bangsa ini.

Alhamdulillah.***