Bila Orang Bodoh Salah Memahami Khakekat Keris Itu Sendiri

OCEHANANE WONG TANI WONOGIRI
Banyak yang salah paham soal keris, terutama keris bertuah dibuat oleh para Mpu. Dipikirnya kekuatan gaib keris itu karena ada jinnya. Teru FCtama mereka dari kaum penganut paham ‘sesat langsung sikat’ yang tidak mau mencari tahu maupun diberi tahu.

Ada baiknya pelajari dulu bahan dan teknik apa yg digunakan untuk membuat keris. Bahan pamor keris, terutama pada keris-keris kuno adalah meteor, sama seperti batu hajar aswad. Selain itu ada pula kristal-kristal yang dari sononya memang berenergi, seperti halnya bahan-bahan radioaktif.

Pembuatan keris juga disertai lelaku tersendiri oleh sang Mpu, karena itu berlimpah-limpah pula tenaga dalam dan tenaga alam yang tersalurkan dalam proses pembuatannya.

Fakta sains pada keris terlupakan karena keris selalu dijadikan benda keramat yang berkesan seram, angker. Padahal keris juga kayak akik atau benda seni lainnya.

Kata Nikola Tesla, “Jika kamu ingin menemukan rahasia alam semesta : berpikirlah dalam hal energi, frekuensi dan getaran.”

Kalau belum tahu atau baca pengetahuan tentang bahan-bahan radioaktif, peluruhan materi menjadi energi, tentang gelombang pikiran, vibrasi, radiasi, resonansi, pastilah memandang tuah keris dan pusaka sejenis sebagai kekuatan jin, kekuatan gaib, syirik, musyrik, jangkrik! ??

Aku dewe yo gak paham blas soal sains itu tadi. Tapi minimal pernah baca lah.

Awakmu yo ngono, ada istilah ‘menjamas’ langsung ribut. Penjamasan itu cuman istilah untuk merawat atau membersihkan keris (pusaka). ‘Jamas’ itu bahasa kromo inggil-nya dari kata ‘kumbah’ (mencuci). Berarti ‘jamas’ lebih tinggi, digunakan untuk benda yang dianggap sakral.

Menjamas juga gak perlu diseram-seramkan. Padahal Itu adalah bentuk penghormatan pada pusaka. Seperti halnya merawat dan membersihkan bendera merah putih asli yang pertama kali dikibarkan saat proklamasi dulu.

Keris adalah pusaka orang Jawa, sedang pusaka bangsa Indonesia adalah bendera merah putih. Jadi harus dirawat dan dijaga dengan sungguh-sungguh. Karena fungsi pusaka itu untuk meneguhkan diri dalam hidup bersosial budaya dan negara. Intine soal filosofi..abot pokoke, paling awakmu yo gak eruh, alaa raimuu. ??

Menghormati keris atau bendera merah putih jangan diartikan syirik. Itu cuman menghormati kesepakatan dalam berbudaya dan bernegara. Maka ketika ada atlet yg mencium bendera, itu bukan berarti mencium kain dalam artian harfiah.

Koyok awakmu ngambung sempake bojomu pas kangen nang perantauan. Bukan sempaknya yg dicium, tapi cintamu dan cintanya yg terwujud di sempak itu.??

Perbuatan syirik itu simpel : ketika di hatimu ada Tuhan selain Allah. Selama hati bertauhid, silahkan saja melakukan kegiatan budaya. Silahkan menghormati bendera atau lainnya.

Tuah dari keris pada dasarnya adalah memang energi dari bahan-bahan pembuatnya yang dipolakan sedemikian rupa oleh sang Mpu. Sehingga vibrasi atau getarannya mempengaruhi keadaan di sekitarnya.

Jadi posisi sang Mpu pada dasarnya sama seperti para ilmuwan yang mengolah reaktor nuklir, hendak menjadikannya bahan radioaktif tersebut sebagai penghasil listrik, atau menjadi alat pemusnah massal.

Adapun lelaku para Mpu untuk proses pembuatan keris adalah tidak ubahnya pemfokusan pikiran dan upgrade skill guna menghasilkan keris yang lebih baik dan lebih baik lagi.

Energi yg terpola dengan baik, vibrasinya bisa memengaruhi gelombang otak orang-orang di sekitarnya. Sehingga mereka cenderung mudah menurut. Karena hal itu banyak yang menyangka keris itu penakluk orang.

Ada pula yang vibrasinya membuat orang yang punya keris lebih fokus dalam urusan keuangan (yang tentu saja akan lebih optimal dalam berniaga) dan itu menjadikan keris disangka sebagai penarik rejeki.

Jadi nggak usah nuding-nuding syirik kalau belum paham ilmunya. Dan juga jangan komentar konyol (sinis) kalau nggak ingin kelihatan gemblung bin ndlahom.

Ketika ada orang memposting dirinya menginjak-nginjak keris di Medsos, komentar : “nggak papa diinjak-injak khan benda mati..” Hadoohh Mblo, benda apa pun itu kalau sudah jadi ikon atau kesepakatan dalam bersosial budaya atau bernegara, benda itu jadi sakral. Jadi tidak etis diperlakukan seenaknya .
Coba saja kalo ada yang injak-injak bendera merah-putih atau lambang negara kita Garuda Pancasila,yok iso bonyok digebuki wong sak Indonesia tur iso bosok Kon nang penjoro…???

Pronggo Kusumo

Koresponden MM.com