Roro Mendut Dulu, Kini dan Dian Sastro

Jember menaramadinah.com–Diskriminasi, Stigma negatif dan bias gender terhadap perempuan dalam masyarakat yang serba digital ternyata masih terjadi.

Kasus penggerebekan yang melibatkan mahasiswi selingkuh dengan laki laki beristri yang tengah hamil 7 bulan menyisakan sikap ketidakadilan gender, demikian ungkap Zahratul Umniyyah,SS, M.hum Dosen FIB Universitas Jember.

Dalam sesi Cangkruk series 5 yang di gelar CCS( Cafe Cangkruk Sastra) yang di gelar Sabtu 9/12, Mengangkat Tema Roro Mendut : Antara Sastra, Feminisme dan Politik.

Dalam bedah novel besutan YB.Mangunwijaya yang sudah di film kan dan bahkan beredar di Belanda dan Paris sungguh layak untuk di gali.

” Novel ini merupakan Trilogi; Roro Mendut, Genduk Dulu dan Lusi Lindri. Ketiganya bertutur soal perlawanan perempuan. Pergulatan cinta dan kuasa, yang bermuara pada dominasi Patriarki,” tambah Zahra yang biasa di panggil mbak Niya oleh mahasiswa nya .

Kendati sedang membedah Novel yang bergenre sejarah Mataraman, Mbak Niya berhasil membawa kisah imajinatif itu seakan hadir di era kekinian di mana soal, superior laki laki dalam poligami yang memaksa dan menjebak, atau peran publik perempuan di bidang politik menjadi bahasan yang renyah

” Dulu stigma perempuan itu harus lemah lembut, yang hanya berkutat di Dapur# Sumur# Kasur, hari ini sudah sirna, Namun peran publik yang belum seimbang dan pengakuan atas kompetensi perempuan di segala bidang belum optimal, meski sudah sangat menggembirakan,” tambahnya .

Dosen yang juga aktivis di Pusat Studi Gender Universitas Jember ini bahkan mengungkapkan dengan berani bahwa secara pribadi dia menolak poligami, meskipun secara dogmatis tidak mempermasalahkan hal yang bersifat norma agama
” Sering hal yang prinsipil soal keadilan di segala bidang dan keadilan gender menjadi sesuatu yang dianggap sepele. Padahal semua pelaku saya yakini tidak bisa berlaku adil. Kecuali manusia pilihan.,” tandasnya.

Menurut Zahra, karya YB.Mangunwijaya mampu menembus zaman ke depan. Isu soal feminisme, pergulatan politik , Dan dimensi Sastra mampu menghadirkan sosok tokoh Roro Mendut dan Pronocitro seakan hadir dalam kehidupan nyata .

Hari ini kita di ributkan soal viralnya wanita kretek ..
Adakah itu Roro Mendut era digital? Dulu kuluman bibir Roro Mendut membuat para lelaki rela mengantri ?

 

Hari hari ini kaum millenial dan Gen Z ..sibuk dengan viralnya Dian Sastro dengan Gadis Kretek….

Adakah Dian Sastro akan menjadi simbol Roro Mendut Reborn…kita lihat saja nanti… tutup Zahra di penghujung diskusi sore itu. Azka