Indramayu.29/8/ 2023-Dalam kegiatan rutin pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) SMPN 3 Sindang Indramayu menggandeng seniman dan pelestari berokan Indramayu, Nikko Taprillia dari Sanggar Berokan dan Kuda Lumping Jatibarang yang tampil beratraksi di hadapan seluruh siswa. Tujuan utamanya melalui literasi budaya
untuk mengenalkan budaya khas Indramayu sehingga generasi muda khususnya para siswa dapat mengenal, mengapresiasi dan diharapkan dapat ikut melestarikan budaya leluhurnya yang penuh dengan kearifan dan nilai-nilai luhur dalam mewujudkan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Menurut Ketua Pelaksana Kegiatan GLS SMPN 3 Sindang Indramayu, H. Sujaya, S.Pd. mengatakan bahwa berokan adalah kesenian khas Indramayu dan sebagian wilayah Cirebon. Seni ini dimainkan oleh seorang yang bertindak sebagai pemain inti dengan menggunakan pakaian yang terbuat dari karung goni ditambah dengan ijuk dan serpihan tambang dan kaca, dengan kepala yang terbuat dari kayu yang mulutnya bisa digerakkan buka tutup. Warna kedoknya merah dengan mata besar yang menyala, ekornya terbuat dari kayu yang dicat belang-belang merah. Dalam mulut pemainnya ada semacam pluit (disebut sempritan dalam bahasa Indramayu) yang terbuat dari bambu atau plastik.Berokan atau barongan adalah satu alat kesenian yang menggunakan alat utama barongan yaitu suatu bentuk tiruan kepala binatang singa dan dengan bentuk tiruan badan raksasa Siwa durga yang dimainkan oleh dalang berokan. Dalang ini menyusup ke dalam berokan lalu meniup satu alat yang disimpan di dalam mulutnya.
Dikutip dari laman investasi.jabarprov.go.id, seni berokan asal Indramayu mirip dengan barongsai asal Cina. Berokan berasal dari kata “barokahan” artinya keselamatan. Jadi Berokan ini memiliki arti keselamatan atau berkah dalam hidup. Selain itu, penggambaran berokan juga terdiri dari perpaduan antara buaya dan singa. Berokan Indramayu merupakan warisan budaya tak benda Indonesia yang tercatat resmi di Kemendikbud Tahun 2012 Nomor. Registrasi 2012002294 Domain Seni Pertunjukan Provinsi Jawa barat . Pemprov Jawa Barat (Jabar) telah menetapkan daftar Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Tahun 2022. Sebanyak 37 warisan, mulai dari kesenian hingga upacara adat. Salah satunya berasal dari Kabupaten Indramayu yaitu berokan.
Kesenian berokan ini merupan jenis kesenianan jalanan yang menjajakan profesinya di tempat-tempat umum, hal ini mungkin melihat pengalaman latar belakang sejarah terjadinya seni barongan ini, yang dipergunakan untuk syiar Islam oleh para wali. Pada dasarnya seni berokan ini dapat dilaksanakan di tempat dimana orang punya hajat atau pesta keluarga, misalnya acara ruwatan rumah, tolak bala, khitanan, perkawinan dan lain-lain.
Secara keseluruhan pertunjukan seni barongan, dalam setiap gerakannya mengandung makna dan perlambang kehidupan manusia. Barongan melambangkan kehidupan manusia di alam ini, manusia bisa hidup karena adanya sesuatu di dalam tubuhnya yaitu Roh, begitu juga dengan barongan bisa hidup dan bergerak karena ada sesuatu di dalamnya yaitu manusia (dalang), jika dalang ini keluar dari dalam berokan maka berokan itu tidak akan bergerak (mati). Perlambang ini diajarkan oleh Mbah Kuwu Ceribon dalam mengajarkan syariat Islam kepada masyarakat, bahwa roh yang mendiami badan manusia pada akhirnya akan kembali kepada Allah SWT Jasad yang telah ditinggal roh akan tidak berguna, kemudian akan kembali kepada asal mula terbentuknya yaitu tanah. Hal ini juga tersirat dalam senggakan (alok).
Nikko Taprillia Seniman Berokan yang diwawancarai media setelah atraksi performance di hadapan para siswa di acara GLS SMPN 3 Sindang, mengatakan,” Seni berokan dulu dipentaskan saat panen raya untuk mendapatkan berkah atau barokahan. Saat seperti sekarang ini dulunya oleh nenek moyang dipercaya untuk mengusir penyakit seperti pandemi Covid-19 dan lainnya. Lewat pengenalan budaya berokan ini diharapkan generasi muda lebih mengenal budayanya sendiri yang telah membentuk budaya leluhurnya. “
Sementara itu Kepala SMPN 3 Sindang Indramayu, Tariwan, S.Pd. MM. mengatakan bahwa Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan kegiatan Kokurikuler merupakan program wajib yang mesti dilaksanakan di sekolah. Kegiatan GLS tidak melulu membaca buku 15 menit sebelum belajar, tetapi juga diberikan wawasan literasi digital, literasi budaya, literasi puisi, mendongeng dll. Sehingga kegiatannya kadang mengundang pelaku atau pegiat budaya, pendongeng, aksi baca puisi dll. Sehingga bukan hanya menjadikan kegiatan GLS menjadi menarik, berbobot dan tidak membosankan. Tetapi juga informasi dan wawasan siswa menjadi lebih luas. (jaya)9