Tiga SD Hidupkan Sahabat Pena

 

Surabaya -Proses pembelajaran tidak harus berlangsung sendiri-sendiri di setiap sekolah. Dengan kolaborasi lintas sekolah ternyata dapat berlangsung seru dan efektif. Seperti yang terjadi dalam kelas VI di tiga sekolah, Sabtu (26/8) siang. Tiga sekolah itu adalah SD Maarif Jogosari Pandaan, SD Islamiyah Magetan, dan SDI Plus Al Ikhlas, Kec. Rembang, Pasuruan.

Kali ini tema yang diangkat adalah “Sahabat Penaku, Sahabat Baruku.” Maka bentuk kegiatannnya adalah menulis surat pribadi. Terdapat 200 lebih siswa yang terlibat dalam aktivitas literasi ini. Ternyata, siswa generasi Z bersemangat menyambut tantangan ini, padahal banyak yang mengira bahwa menulis surat adalah kegiatan yang sudah jadul.

Setiap siswa praktik menulis sepucuk surat pribadi yang ditujukan kepada kawan barunya yang berada di sekolah lain. Siswa laki-laki bersurat kepada sesama siswa laki-laki, demikian juga murid perempuan juga menulis kepada murid perempuan. Isi suratnya ternyata bervariasi, antara lain mengenalkan diri, mengajak bersahabat, mengenalkan sekolahnya, membincangkan hobi dan citanya, malah ada yang ngobrolin tiktok segala.

Yang menarik, mereka tidak sekadar menulis. Seperti anak tempo dulu, di sela kertas suratnya juga digambari karakter dan ornamen warna-warni. Ada yang digunting-gunting hingga membentuk hiasan cantik. Format amplopnya pun bermacam-macam bentuknya. Bebas saja, karena ini memang surat nonformal.

Aunur Rofiq, M.Pd, Wali Kelas VI Muzdalifah menceritakan suasana saat proses pembelajaran berlangsung. Secara umum anak-anak menikmati aktivitas ini. Tetapi memang ada beberapa siswa yang kesulitan dalam hal membuat narasi. “Dia itu kesulitan untuk mengawali lulisan. Lalu kami bimbing secukupnya. Berikutnya mereka sudah bisa lancar, bablas meneruskan narasinya sendiri,” katanya.

Menurut Kepala SD Maarif Jogosari Pandaan, Hj. Nurul Khusnaini, S.Pd, sampai saat ini praktik menulis surat masih tetap relevan, karena substansinya adalah mengajari siswa untuk terampil menuangkan gagasan dan pikirannya dalam bentuk tulisan. Kurikulum pun masih mencantumkan menulis surat pribadi sebagai salah satu topik bahasan. “Selain itu kami ingin melatih siswa untuk berani untuk berkomunikasi dengan orang lain. Belajar berinteraksi dan menjalin pertemanan disertai etika yang baik,” katanya di sela acara.

Kegiatan yang sama juga berlangsung di SD Islamiyah Magetan, Bu Indarti menceritakan keseruan tingkah siswanya, mungkin karena menulis surat sudah menjadi kegiatan yang langka. “Yang menarik adalah saat anak-anak menempel perangko ke amplop surat. Itu sesuatu yang baru bagi mereka,” katanya.

Ditambahkan, selesai menempel perangko, para siswa bergegas ke kantor pos setempat untuk mengirimkan surat. Belum selesai kegiatan, beberapa siswa sudah mengatakan, ingin segera suratnya sampai di tempat tujuan, dan lekas mendapat jawaban dari sahabat barunya. Nah, siapa bilang menulis surat tidak mengasyikkan?

Kepala Sekolah SDI Plus Al Ikhlas Uswatun Hasanah, S.Pdi di tempat terpisah mengatakan, sangat mendukung kegiatan belajar model kolaboratif lintas sekolah tersebut. “Saya berharap kerja sama seperti ini terus dilanjutkan, supaya kita dapat saling belajar dari sekolah lain,” katanya.

Demikian pula dengan Kepala SD Isyamiyah Magetan, Triyono,M.Pd.I, juga mengapresasi dengan menyatakan bahwa sudah saatnya ada kerja sama antar sekolah, khususnya untuk sesama sekolah berbasis agama Islam. Tujuannya untuk saling menguatkan antara yang satu dengan yang lain. (ono)