TRADISI TABARUKAN ALA PESANTREN, MASIH ADAKAH?

 

Oleh:@Musthofa Zuhri.

 

Tempo doloe, suasana ramadhan dibanjiri para alumni yang mondok lagi selama satu bulan full.

Mereka datang kepondok hanya untuk TABARUKAN yakni ngalap berkah dengan mengaji dan mengkaji beberapa kitab kuning yang diajarkan kiai.

Para alumni berduyun – duyun mendatangi beberapa pondok yang dulu pernah mengajarkan ilmu agama pada nya.

Mereka melakulan beragam aktifitas termasuk temu kangen dengan sesama angkatan maupun juniornya dengan mencurahkan berbagai masalah keagamaan yang dihadapi selama satu tahun penuh. Dan, sudah tentu, saling mengevaluasi beberapa kesalahan atau membetulkan beberapa makna yang belum jelas dan belum tuntas.

Dizaman sekarang, ketika ada beberapa kelompok orang lebih cenderung suka yang instan dengan berguru pada “kiai google” dan ustadz karbitan yang suka di firalkan atau dengan tehnik aplikasi tertentu lalu dicopas sana – dicopas sini dengan kedangkalan isi yang ia copas.

Atau bahkan lebihh tragis lagi, ada yang dengan gampang memalsukan isi dari beberapa kitab pegangan pesantren, maka TABARRUKAN adalah sebuah tradisi yang tepat untuk mencermati isi dan subtansi dari menjaga keotentikan dari kitab turats yang dijadikan pegangan pesantren.

Pegangan yang turun temurun itu. Dan tabarukan di bulan ramadhab adalah sebuah keniscayaan. Dan saya yakin, jika tradisi tabarrukan ini terus digalakkan, pemalsuan yang dilakukan kelompok tertentu akan sulit dilakukan.

Ya tradisi tabarukan, mengingatkanku akan tradisi sema’an antara baginda rasul SAW dengan jibril. Yang menyemak dan menyimak bacaan Al Qur’an yang kemudian kita kenal dengan tadarus di bulan suci Ramadhan .

Nah!,’Adakah bulan ramadhan sekarsng dipondok – pondok pesantren masih melakukan aktifitas ini??? Jawabannya, pasti beragam . Ada yang masih membudayakan tradisi tabarrukan , dan bisa jadi ada yang sudah punah .

Demikianlah!!

@Kamad MTsN 8 Jember