” Elmina Goes To Bali”

 

Bali-menaramadinah.com-Bahasa yang dipergunakan oleh penduduk Kampung Muslim Loloan Jembrana Bali sungguh khas.Mirip dengan Bahasa Melayu.selain di Loloan,Bahasa Melayu juga dipergunakan oleh beberapa penduduk yang tinggal di Kampung Muslim di Kabupaten Jembrana.Misalnya di Melaya hingga Medewi.

Nak Kemane – Awak nak ke hilir.logat dan dialek melayu terdengar akrab di telinga bila kita mengunjungi beberapa Kampung Muslim di Kabupaten Jembrana ini.

Dapat dimaklumi bila Bahasa Melayu dominan dipergunakan oleh penduduk Muslim yang tinggal di beberapa Kampung Muslim di Jembrana ini.Abad ke 16.

Pendatang dari Bugis dan Melayu datang ke Jembrana.kedatangan Mereka ke Pulau Dewata Bali dengan mempergunakan kapal kapal layar yang masih sederhana.para pendatang ini kemudian turun di Muara Sungai Ijo gading.

Gelombang kedua kembali berdatangan Muslim yang berasal dari Malaysia.Mereka datang ke Jembrana pd 1675.salah satu Tokoh dari kedatangan Muslim Malaysia ke Jembrana ini adalah Buyut Lebai,Seorang yang alim dan berasal dari Serawak Malaysia.

Kemudian, gelombang ketiga Muslim kembali berdatangan ke Jembrana.Mereka berasal dari Pontianak dan Trengganu.Mereka dipimpin oleh Syarif Abdullah Bin Yahya Alqadri atau Syarif Tua.Nama Syarif Tua inilah yang akhirnya menjadi Sebuah nama jembatan yang menghubungkan dua Kampung Muslim yang sebelumnya terpisah.

Di Kompleks Makam Syarif Tua ini juga terdapat Makam dari Sang Pendiri NU ( Nahdlatul Ulama ) Pertama di Pulau Dewata Bali yaitu Almaghfurllah KHR.Ahmad Alhadi Assamarani yang terletak di Belakang Kompleks Masjid Jami’ Loloan Timur Jembrana Bali.

Terlahir pd 1899 di Semarang dengan nama Ahmad.Guru Beliau di Pesantren Jamsaren kemudian memberikan nama tambahan Al Hadi kepada Beliau.Beliau juga merupakan Seorang Pemuda yang gemar menuntut Ilmu kepada para Ulama Besar Nusantara.Tercatat Beliau pernah menjadi Santri dari Syaikhona Cholil Bangkalan hingga Hadratussyaikh Hasyim Asy’arie.

1929 Beliau sampai di Bali.Kedatangannya ke Pulau Dewata karena Beliau ingin menuntut ilmu kepada Seorang Ulama.Namun karena Ulama tersebut telah meninggal,Beliau justru diminta oleh Seorang Hartawan di Loloan untuk mengajar di Masjid dan Hartawan ini juga menjadi Ayah angkatnya.1 Tahun berikutnya dari awal kedatangannya di Bali,Beliau mendirikan Pesantren yang kini dikenal dengan nama Pesantren Manbaul Ulum.

Kakek Beliau,Syaikh Sholeh Darat Semarang ( Ayahanda KH.Ahmad Al Hadi adalah KH.Dachlan Falak yg menjadi Menantu Syaikh Sholeh Darat ) menulis dalam Kitabnya berjudul Tarjamah Sabil al Abid Jauharut Tauhid,Sebuah Syarah dari Kitab Syaikh Ibrahim Laqqani berjudul Jauharut al Tauhid.Syaikh Sholeh Darat berkata ” Ingdalem Keutamaane nyambut gawe lan tawakkal iku pada sulaya panemune para Ulama Ahlussunnah wal Jamaah.Ana dene ujare qaul ingkang rajih iku ana perinci perinci tapa kira kirane barang kang kinaweruhan saking kitabe pira pira ulama al muhaqqiqin kaya ihya’ ulum al-Din lan Risalat Qusyairiyyah ” ( Berkenaan dengan keutamaan Bekerja dan Tawakkal itu para Ulama Ahlussunnah wal Jamaah berbeda pendapat.menurut pendapat yang kuat bahwa perkara itu harus dilihat rinciannya menurut sumber yang diketahui dari kitab para ulama pembukti kebenaran seperti ihya’ ulum al- din dan Risalat Qusyairiyyah ).

Dari dahulu kala hingga kini, Hubungan erat yang terjalin antara Umat Islam dan Hindu demikian harmonis.Dua Masjid besar yang berusia ratusan tahun yaitu Masjid Baitul Qadim dan Masjid Mujahidin menjadi saksi Sejarah betapa erat dan indahnya hubungan antara Muslim dan Non Muslim.Kampung Muslim Loloan adalah bukti lain betapa kerjasama dan rasa persaudaraan ( Menyama Braya ) menjadi satu narasi Sejarah yg indah.Dan Elmina menjadi Saksi Sahih betapa Indahnya Keharmonisan tersebut terjaga dengan baik dan Indah…. Arif