Menakar Kadar Kapasitas dan Efektivitas Aplikasi Platform Online (Studi Kasus Aplikasi Prima Sigandang SMPN 3 Sindang)

 

Oleh : H. Sujaya, Suwirya, S.Pd.

SMPN 3 Sindang telah melakukan inovasi dan terobosan kreatif dalam pengelolaan dan manajemen sekolah. Salah satu terobosan inovatif terbaru adalah berupa peluncuran dan penggunaan aplikasi atau plattform pembelajaran ” Prima Sigandang ” dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kelancaran pelaksanaan pembelajaran di sekolah.

Platform belajar yang diberi nama “Prima Sigandang” ini dibuat mandiri oleh tim informatika SMPN 3 Sindang lndramayu, yang terdiri dari Taufik lsmail, S.Pd. dan Subhan Nurfajar, S.Pd. Di mana platform ini digunakan untuk kegiatan dan komunikasi pembelajaran, pelaksanaan tugas mandiri, evaluasi harian, PTS, PAS dan Ujian Sekolah lainnya. Karena aplikasi ini dibuat mandiri, maka tentu saja penggunaan aplikasi ini tidak berbayar untuk para peserta didik maupun guru, sehingga pembelajaran dan evaluasi menjadi sangat praktis dan mudah.

Portal sekolah merupakan salah satu alat bantu dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah .
Portal sekolah juga sebagai sebuah platform yang mentransformasi sistem sekolah konvensional ke sistem digital yang menjadi solusi tepat untuk digunakan tidak hanya pada saat pembelajaran jarak jauh (PJJ), namun juga pada saat pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah. Portal ini bahkan telah terbukti dan teruji efektif digunakan dalam pembelajaran PJJ pada saat pandemi 2 tahun yang lalu.

Efektivitas platform ini baik sekolah dan guru serta tenaga kependidikan dan peserta didik bisa menerima transformasi digital dalam upaya mendukung peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Apalagi portal sekolah ini cukup aplikatif, di mana banyak keunggulan seperti platform yang all in one, materi yang berkualitas, lebih memberdayakan pendidik, dan lebih mudah dalam pengelolaan administrasi pembelajaran.

Dalam kasus aplikatif pada Tes Formatif bagi kelas VIl dan PTS bagi kelas VIll dan IX via aplikasi online portal “Prima Sigandang” baru saja usai dilaksanakan di SMPN 3 Sindang. Tentu saja pelaksanaan evaluasi online via Gadget ini bukan untuk gaya-gayaan atau sekedar untuk mengikuti trend kemajuan teknologi 4.0 tetapi memang sudah semestinya kita terus mengupayakan ke depan untuk lebih maju lagi.

Bagi para guru sebenarnya tidak ada kendala dalam mempersiapkan kisi kisi ataupun soal yang harus disetor dengan format online. Karena pola seperti ini bahkan sudah 2 tahun lalu selama pembelajaran pandemi sudah dilaksanakan dan lancar-lancar saja.

Tetapi melihat proses selama pelaksanaan evaluasi online di sekolah ini banyak sekali catatan yang mesti menjadi pemikiran buat kita para guru.

1. Hampir tidak ada kendala dalam pelaksanaan evaluasi online via Gadget. Siswa hampir semua siap hp android dan install aplikasinya serta persiapan yang cukup. Masalah justru banyak terjadi ketika siswa melakukan pelanggaran berupa membuka situs atau searching dengan tujuan mencari jawaban di google, sehingga otomatis program langsung menyatakan keluar atau selesai. Sehigga anak yang melanggar sebenarnya belum selesai menjawab semua Soal . Kendala kecil juga terjadi saat ada yang memakai kartu Tri atau AXis sering susah sinyalnya karena lemah bila di dalam kelas, sehingga harus dikerjakan di luar ruangan. Ada juga siswa yang menangis karena baterainya low batt.

2. Dalam pelaksanaan evaluasi online di kelas. Panitia telah menyediakan pembagian jadwal 2 shift dengan rata-rata waktu tiap mapelnya 60 menit alias satu jam efektif. Namun pada kenyataannya anak-anak mengerjakannya dengan cara cukup hanya 10 menit Saja walaupun terbukti hasilnya jeplog.
Jadi pada umumnya anak banyak yang menganggap enteng soal dan beranggapan sudah benar dalam menjawab soal. Padahal sebenarnya tidak dijawab dengan baik dan cermat. Hal ini terbukti saat mapel matematika atau lPA, saat ditawari lembar oret-oretan umumnya siswa menolak dengan alasan tak diperlukan .

3. Hasil penilaian yang didapat siswa sesuai hasil aplikasi atau nilai murni dari setiap mata pelajaran pada umumnya masih kurang baik dan belum memuaskan .

Umumnya mendapat nilai dengan predikat “D” atau kurang. Hal ini menunjukkan bahwa capaian nilai yang didapat siswa masih jauh dibawa angka Capaian Kredit Minimal. Apakah justru karena KKTP/CKM/KKM/ yg ditetapkan terlalu tinggi ?