WORKSHOP IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR JADIKAN SUASANA KELAS MENJADI SENANG, MENYENANGKAN AKTIF DAN PENUH TANTANGAN

Banyuwangi menaramadina.com, Seiring waktu tahun pelajaran 2022/2023 sudah berjalan, namun sosialisasi Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) masih belum terasa gaungnya, dan masih belum dipahami secara menyeluruh oleh para pihak yang terlibat, khususnya para tenaga pendidik di setiap satuan pendidikan.

 

Diperlukan segera upaya konkrit berupa Bimbingan Teknis (bimtek) dan segala macam perangkat pendukungnya, agar penerapan Kurikulum Merdeka tidak hanya menjadi sebuah branding dari pembuat kebijakan, namun benar-benar menjadi sebuah upaya agar pendidikan di Indonesia sesuai dengan tujuan Indonesia Merdeka.

Dinas pendidkan Banyuwangi melalui Sub Rayon 05 Rogojampi pada hari Selasa 2 Agustus 2022 bertempat di SMP Negeri 1 Rogojampi mengadakan kegiatan Workshop berbasis sub rayon.

Supriyadi, M.Pd selaku Ketua Subrayon sekaligus Kepala SMP Negeri 1 Rogojampi dalam sambutannya menyampaikan, pelaksanaan workshop ini sebagai bentuk ikhtiar serta Instruksi Dinas Pendidikan bahwa semua sekolah akan mendapat paparan yang merata tidak hanya 10 sekolah yang kemaren mengikuti Bimtek di Dinas., hal ini dimaksudnya agar semua sekolah negeri dan swasta mendapat materi IKM.

Lebih lanjut ketua subrayon menerangkan IKM itu masih baru teman-teman masih belajar, jadi belajar dan belajar. Maka dari itu seluruh perwakilan sub rayon 05 antara lain : Kepala sekolah, urusan kurikulum serta 11 guru mapel khusus kelas 7 kita undang untuk mengikuti kegiatan ini.

Dengan workshop yang berkali kali ini harapannya teman teman semakin paham, dan tidak semakin bingung, terangnya.
Di akhir pernyataannya Supriadi, MPd menyampaikan harapan, kita semua memiliki semangat yang sama untuk maju mengimplementasi kurikulum merdeka khususnya di Subrayon 05, kalaupun masih ada sekolah yang belum paham, kita masih ada semangat untuk saling berbagai, saling memacu diri dengan berdiskusi dan berbagi ilmu.tegasnya

Dalam kesempatan ini pula Dr. Suprapto selaku pengawas SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi saat pembukaan workshop menyampaikan kepada menaramadina.com apa yang dilakukan di IKM bukan hal yang baru karena jiwa pendidikan yang sudah dicanangkan oleh Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara kemudian menjadi sisi praktek kurikulum 13 yang berbasis pada kontekstual saintific itu sebetulnya bukan hal yang jelek, tapi fokus pada kemampuan anak yang dimiliki berbeda-beda, maka butuh pelayanan ekstra bagi guru untuk melakukanya dalam pembelajaran proses.

Selanjutnya Dr. Suprapto menekankan dalam kurikulum sekarang, guru yang bisa membuat suasana kelas menjadi suasana menyenangkan, suasana belajar akif dan suasana belajar penuh tantangan, maka bagian itu yang nanti akan dicoba masuk dalam format RPP dan terimplementasikan dipelaksanaan maupun dalam pola-pola penilaian.

Dengan bentuk-bentuk tidak lagi teoritis, tidak lagi tertulis, bentuk-bentuk perform dan bentuk-bentuk kinerja membuat pembelajaran tidak membosankan, dan yang lebih penting lagi pembelajaran membuat anak memiliki pengalaman yang bermakna dalam kehidupannya sehingga dapat bermanfaat untuk kondisi memecahkan masalah pada saat ini maupun untuk bekal nanti peserta didik dimasa akan datang, terangnya.

Diakhir wawancara Dr. Suprapto mengharapkan untuk peserta workshop saat ini, sekembalinya nanti kesekolah dapat mengembangkan dan melakukan kegiatan-kegiatan kecil yang bersifat pola potensi guru dengan cara yang berbeda beda. Karena varian bapak/ibu di sekolah baik di bidang pengetahuan maupun keterampilan itu bisa diselesaikan dengan MGMP Sekolah ataupun MPMPS lintas pelajaran disekolah itu, sehingga nanti bentuk proyek listening ataupun bentuk pembelajaran pemecahan masalah itu akan bisa sesuai dengan konstektual serta sesuai dengan lingkungan dan kemampuan anak didik masing masing.

Lebih lanjut dicontohkan Sekolah yang berbasis budaya berbeda dengan sekolah yang berbasis pertanian dan itu semua menjadikan konstektual dengan segala mata pelajaran.

Maka dengan menngembangakan IHT di sekolah, workshop, peran serta kemandirian  peserta diklat atau guru harus dilandasi dengan merefleksi diri sebetulnya kekurangan saya apa ? tatkala kekurangan saya sudah diketahui maka bagian yang harus dipenuhi oleh lembaga ataupun dipenuhi oleh bapak ibu guru sehingga nanti sisi layanan pembelajaran akan semakin baik.

Sehingga dengan pola ini sekarang cenderung sesuai dengan versi program pemerintah dengan menyiapkan pola diklat daring melalui platform merdeka belajar, pelatihan mandiri harapannya dimanapun dan kapanpun kita belajar dengan siapapun akan tumbuh pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan diri kita masing masing, sehingga dapat memberikan kontribus pada pengalaman anak menjadikan ladang ibadah bagi bapak / ibu guru yang berkarya di dunia pendidikan. tegasnya (pewarta Rishje)