
Catatan Mashuri Alhamdulillah.
Cerita Sawunggaling sangat mirip cerita Cindelaras. Ajaibnya, keduanya berlatar kewilayahan sekotak. Sawunggaling berlatar Surabaya, sedangkan Cindelaras berlatar Kerajaan Jenggala, yang dianggap masa lalu Sidoarjo —pada masa kolonial sebelum berdiri menjadi kabupaten, Sidoarjo sewilayah adminitrasi dengan Surabaya. Hmmm.
Repotnya, ada yang terkait dengan tokoh sejarah, ada yang tidak. Namun, banyak orang ingin menfaktakan cerita, alias menganggap cerita itu benar-benar ada dan tentu saja terkait dengan tokoh historis. Jadinya, ya rumit. Padahal sebuah cerita kadang berposisi sebagai perlawanan, penyiasatan, penghormatan dan lain-lainnya pada fakta, dan menjadi pelipur lara dan penyimpan memori masyarakatnya, meskipun keberadaan cerita tidak lahir dari langit hampa. Artinya, cerita, apalagi cerita masa lalu, berpijak atau bermula dari realitas.
Yang menjadi penanda dua cerita itu adalah mereka pewaris tahta yang sah, tapi tersingkir dari istana bersama ibunya. Selain itu, keberadaan ayam jago. Nah, ini yang asolole. Bahkan, untuk cerita Sawunggaling, 1nama Sawunggaling sendiri bukan nama asli sang tokoh. Sawunggaling adalah nama ayamnya. Namanya sendiri adalah Joko Berek.
Terus, apa persoalannya? Sebenarnya persoalan dan pertanyaan ngablaknya sederhana: ada apa dengan ayam? Hmmm. Jangan-jangan lambang negara Perancis itu terinspirasi dari kedua cerita itu, atau menglobalnya fried chicken, atau dulu di kota buaya marak ayam-ayam yang syur…Ups!
Crit!
MA
On Sidokepung, 2022
Ilustrasi sebuah bangunan yang diyakini petilasan ayam Cindelaras di Balas Klumprik, Surabaya. Jepretan sendiri. Sementara itu, petilasan ayam Cindelaras yang mashur ada di Mojokerto, dikaitkan dengan Raja Jayanegara.