Mengenal Figur Doktor Muda Dosen STAI AlGhazali Kab.Barru SulSel

 

Barru,menaramadinah.com-Kampus STAI AL-GHAZALI BARRU, adalah salah satu perguruan tinggi yang cukup mendapat perhatian atau minat dari calon mahasiswa/ mahasiswi lulusan MAN atau yang sederajat.

Selain memang Kampus STAI AL-GHAZALI BARRU sudah mendapat akreditasi B juga memiliki tenaga Dosen yang profesional di bidang keilmuannya masing-masing, tercatat salah seorang dosen muda yang biasa dipanggil Doktor muda beliau adalah ketua 1 di STAI AL-GHAZALI BARRU.

Untuk mengenalnya lebih dekat berikut CURRICULUM VITAE
A. Data Pribadi;
Nama : Muhaemin
Tempat & Tanggal Lahir : Ance, 06 Februari 1990
Alamat : Ance, Corawali, T. Rilau, Barru
Status Sipil : Belum Nikah
Pekerjaan : Dosen STAI Al Gazali Barru
Orang Tua;
Nama Bapak : H. Mas’ud
Nama Ibu : Hj. Nadira

B. Riwayat Pendidikan;
B.1. Pendidikan Formal;
Tamat MI 2001 di Madrasah Ibtidaiyyah DDI Ance
Tamat MTs 2004 di Madrasah Tsanawiyah DDI Pekkae
Tamat MA 2008 di Madrasah Aliyah DDI Mangkoso
Sarjana (S1) Program Studi Al Ahwal As Syakhsiyah (Syariah/Hukum Islam) Tahun 2013 di STAI DDI Mangkoso
Magister (S2) Program Studi Hukum Islam, Konsentrasi Studi Politik dan Pemerintahan Islam (SPPI) Tahun 2016 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

B.2. Pendidikan Non-Formal
Madrasah I’dadiyah DDI Mangkoso Tahun 2004/2005
Pendidikan Kader Ulama (PKU) MUI Sul-Sel Angkatan XVI Tahun 2013

C. Pengalaman Organisasi
Pengurus Daerah DDI Kabupaten Barru
Pengurus GP Ansor Barru
Karya Ilmiah yang Telah Dipublikasikan;
1. Islam dan Negara Perspektif Ali Abd. Raziq dalam Jurnal Kalam Al Gazali, Volume 2, No. 2, Mei-Agustus 2018
2. Kepemimpinan Non-Muslim dalam Alquran dalam Jurnal Kalam Al Gazali, Volume 3, No. 1, Januari-Juni 2019
3. The Principles of Democracy in Islam and its Relationship to the Indonesian State Administration System
Sabtu, 13 Pebruari 2022 menelorkan satu tulisan yang cukup menarik untuk dibaca,
HAFIDZ KOK MATRE ?

Kita patut bersykur, oleh karena semakin banyak anak yang tertarik menjadi hafidz. Tapi sayangnya, kita tidak habis pikir akan adanya hafidz yang matre, alias mata duitan. Lah kok bisa statemen ini muncul?. Jadi begini, seperti yang kita fahami bersama bahwa salah satu festival keagamaan yang sering dilaksanakan oleh Kementerian Agama adalah Musabaqah Tilawah Alqur’an atau disingkat MTQ, baik di tingkat Kabupaten, provinsi, maupun nasional.

Meski yang disebut hanya cabang lomba Tilawah, namun yang diperlombakan ada banyak. Salah satu cabang perlombaan yang sering mendapat perhatian adalah cabang Musabaqah Hifdzi Alqur’an atau disingkat MHQ. Pesertanya disebut Hafidz. Cabang ini banyak mendpat perhatian oleh karena mempertontonkan “kehebatan” daya hafal pesertanya.

Para peserta juga memiliki antusias yang tinggi, oleh karena mereka rata-rata berasal dari pesantren. Yaa kita taulah bagamana kehidupan di pesantren. Suasananya berbanding 180 derajat di lokasi musabaqah, dimana mereka bisa mendapat berbagai macam fasilitas, seperti tempat tidur yg nyaman, makanan yg enak, dan yang terpenting uang saku.. Belum lagi kalau mereka berhasil juara, selain mendapat piala dan piagam, mereka juga mendapat hadiah berupa amplop.

Kita kembali kepersoalan…
Lahirnya statemen di atas oleh karena seringnya ada diantara peserta (hafidz) yang menerima kontrak lebih dari satu daerah (MTQ tingkat Kabupaten misalnya). (note; sistem kontrak peserta inipun sebenarnya banyak yg soroti, tapi kita tidak usah bahas disini.

Al hasil, si peserta pun memaksimalkan dirinya tampil hanya pada salah satu daerah saja. Hal ini karena, jika sekiranya dia juara 1 di dua kabupaten yang berbeda, maka ia akan mengalami kendala saat dia diputuskan mewakili dua kabupaten yang berbeda di tingkat provinsi.

Tidak hanya itu sebenarnya, beberapa diantara peserta bahkan kadang memanifulasi data dirinya demi ikut serta di festival kegamaan tersebut..

Untuk apa kira2 mereka❤️❤️ seperti itu??!!! Kalau bukan karena isi amplop, karena apa lagi??!!!! Hafidz kok matree?!

Tidakkah mereka pikirkan masyarakat yang ❤️❤️ ditingkat provinsi.??!! Tidakkah mereka sadari bahwa masyarakat mengira semua peserta adalah kelahiran❤️ masing-masing daerah yang diwakili???!!!

Dan..Yang membuat kita menelan ludah berkali-kali adalah ketika muncul pertanyaan; siapa yang ajari mereka seperti itu?? Apakah alami? Atau penyelenggara? Atau seniornya? Emm atau jangan2 gurunya??!! Allaahu a’lam.

Mungkinkah keadaan ini yang di maksud penjual di pasar bahwa “ALQUR’AN DI❤️ TURUNKAN DI TANAH ARAB, DIBACA DI INDONESIA DAN DIAMALKAN DI BARAT”

Maari introspeksi diri masing-masing..!!
Salam Perubahan… 🙏😊

Laporan: theBoer77/sh