Catatan Aekanu Hariyono.
Saat sendiri minum kopi tiba2 seorang teman memotrekku dan bertanya, “Kok senyum2 sendiri Pak…hayo ingat siapa.. Kok melamun sampai2 tadi saya lihat tutup cangkir disangka lepek hehe !!”, ucap ia sambil meledekku.
Otak ini teringat pada beberapa cewek cantik siswa tingkat SMA dari Origon Amerika ketika mereka praktek minum kopi cara tradisi usai mendengar penjelasanku, ya tentu dalam bahasa Inggris. Kopi, Cangkir dan Lepek (piring kecil) ibarat pedoman edukasi dan persahabatan yang tidak bisa dipisahkan bagi kebanyakan masyarakat Osing di Banyuwangi seperti desa Kemiren, Olehsari, Glagah, Tamansuruh,Telemung, Gombeng, Songgon, Pakel dan lain lain.
Kopi berwarna hitam juga diartikan sebagai persabatan yang langgeng, itulah sebabnya penduduk yang berakar dari masyarakat agraris ini selalu menyuguhkan kopi hitam dalam cangkir yang beralaskan lepek kepada tamunya.Tidak hanya itu, kopi menjadi wajib sebagai sandingan atau suguhan sesaji yang dipersembahkan kepada leluhurnya baik dalam ritual individu maupun ritual komunal.
Para orangtua mendidik anak2nya dg penuh kesabaran. Hal ini tercermin pada cara menuang kopi dari cangkir ke dalam lepek. Jika dituang dengan gegabah dan melampaui takaran pasti akan tumpah.
Sementara Kopi Tubruk yaitu kopi bubuk yg diseduh air panas dlm cangkir akan terasa nikmat jika diminum hangat2, kopi dari cangkir dituangkan dalam lepek akan segera turun temperaturnya dan terpisahkan antara air kopi dan ampasnya.
Inilah cara menikmati kopi agar aroma dan citarasanya tetap terjaga.
Ayo kita jaga pengetahuan tradisional yang diajarkan dari leluhur kita.
(By Aekanu – Kiling Osing Banyuwangi)