Jakarta, Menaramadinah.com-Anggota Komisi X DPR RI Fraksi Partai Golkar, H. Muhamad Nur Purnamasidi ikut angkat bicara menyikapi pernyataan Ustadz Basalamah yang mengharamkan wayang dan menganjurkan untuk memusnahkan. Sontak pernyataan itu membuat banyak pihak merasa terusik dan menilai hal itu sebagai persepsi yang keliru.
“Kita harus bijak dan menghargai kearifan budaya lokal, sehingga dakwah yang dilakukan efektif dan lebih mudah diterima.” Ungkapnya.
Beragama tanpa spirit budaya akan terasa “kering” cenderung formal, kaku dan mudah menilai salah serta menyalahkan.
Politisi Senayan yang dikenal “Gusdurian” ini menyayangkan pandangan Ustadz Basalamah.
“Pandangan seperti itu sangat disayangkan, bisa memantik kegaduhan dan melukai hati serta perasaan masyarakat.” Wayang sebagai media dakwah penyebaran Islam di Indonesia merupakan bagian dari proses adaptasi tanpa kehilangan nilai serta substansi ajaran Islam itu sendiri. Sehingga Islam lebih mudah dipahami, diterima dan tersebar luas secara damai, tanpa pertumpahan darah, bahkan Infonesia menjadi negara dengan pemeluk agama Islam terbesar di dunia.
Lebih lanjut, Pria yang karib disapa Bang Pur ini menjelaskan, Islam memang lahir dan bermula di Arab, tetapi bukan berarti tradisi budaya Arab itu juga bagian dari ajaran Islam. Persepsi dan pemahaman ini yang harusnya menjadi rujukan sehingga wajah Islam sebagai rahmatan Lil ‘Alamin itu terimplementasi dalam realitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Bang Pur khawatir narasi yang dibangun Basalamah ini menjadi preseden buruk, dan memicu sikap intoleran, bahkan tidak menghargai budaya sebagai bagian dari beragama yang santun, saling menghargai dan toleran. Tandasnya.
Dalam sejarahnya, wayang menjadi sarana dakwah Sunan Kalijaga dengan daya magnet pemikat yang luar biasa. Saat itu, wayang bisa menjadi tidak sekedar tontonan, tetapi sekaligus juga tuntunan. Kisah- kisah sarat akan pesan ketauhidan, kemanusiaan dan aspek nilai- nilai kehidupan positif lainya.
Tradisi lisan, bertutur, bercerita melalui media wayang saat itu disukai oleh berbagai kalangan, tanpa ada sekat, pembedaan kedudukan atau strata sosial ekonomi. Tidak ubahnya media seperti televisi, radio, nada dan dakwah serta ragam media lainya. Bahkan Wayang ini merupakan salah satu peninggalan budaya dan kearifan lokal yang telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO.
Tantangan sekarang adalah bagaimana mengkreasi, menformulasikan metode dan sarana dakwah yang lebih kontekstual, lebih selaras, sesuai perkembangan dan perubahan zaman. Bukan malah mengutak-utik, mempermasalahkan media wayang yang pada eranya dulu menjadi sarana efektif dalam berdakwah. Dakwah bil hikmah, bukan mencari cari kesalahan, mencaci maki, mengajak permusuhan, apalagi sampai mengharamkan wayang dan diminta untuk dimusnahkan. Allah SWT itu maha Rahman dan Rahim. Pungkasnya. (Alien)