
Lamongan, 12-12-2021. Sebagai wujud menjalankan visinya selaku Ketua DPW FORSILADI (Forum Silaturahmi Doktor Indonesia) Jawa Timur, maka Dr. Rukin, S.Pd., M.Si. melakukan Safari Pondok Pesantren untuk melihat dari dekat bagaimana model pembelajaran yang dilakukan oleh pondok pesantren dalam meningkatkan generasi bangsa di masa yang akan datang.
Dalam kesempatan ini Gus Rukin (sebagaimana beliau sering dipanggil) yang didampingi oleh istrinya menyempatkan diri untuk berkunjung ke Pondok Pesantren Mazra’atul Ulum Paciran Lamongan dan menyempatkan diri untuk bermalam disalah satu rumah pengasuh. Hal ini dilakukan agar merasa menyatu dengan kehidupan pondok.
“Saya kalau berkunjung ke pesantren lebih senang tinggal bermalam di rumah pengasuh atau keluarga pengasuh. Hal ini saya lakukan karena saya merasa menyatu dengan pondok pesantren”, ungkapnya. Beliau juga mengatakan pada saat beliau berkunjung di beberapa pondok pesantren di Sumatera Selatan juga lebih suka menginap di rumah Kiai.
“Rumah kiai bagi saya memiliki arti tersendiri, dan tentunya saya yakin bahwa ada berkah di rumah kiai tersebut. Karena itulah saya lebih suka menginap di rumah Kiai”, tambahnya.
Dalam kunjungannya di Pondok Pesantren Mazra’atul Ulum Paciran Lamongan ini Gus Rukin disambut langsung oleh Pengasuh Pondok Pesantren Gus Syaichul Kamal Al-Husaini, Lc. yang merupakan generasi ketiga dan didampingi oleh pengasuh lainnya yaitu KH. Abdul Hakim, ST, S.Pd., didampingi istrinya yang merupakan kakak kandung dari Gus Syaichul Kamal Al-Husaini, Lc.
KH. Abdul Hakim mewakili pengasuh mengucapkan terima kasih atas perkenan Ketua DPW FORSILADI Jawa Timur berkunjung di pondok pesantren ini. Beliau juga mengungkapkan bahwa sejarah lahirnya Pondok Pesantren Mazra’atul Ulum yang terletak di Desa Paciran, Kecamatan Paciran. Sebuah Desa di pesisir utara Pulau Jawa yang memiliki dua tempat pariwisata terkenal, yaitu Tanjung Kodok dan Gua Maharani. Mazra’atul Ulum yang berarti ladangnya ilmu mulai dikenal masyarakat dipertengahan tahun 1965-an. Adalah KH. Asyhuri Syarqowi (Alm) dan KH. Husen Syarqowi (Alm), tokoh yang punya andil besar dalam proses lahirnya nama Mazra’atul Ulum.
Sebab berkat ide besar dari berdualah yang kala itu punya niatan meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di desa Paciran, kemudian dibangunlah sebuah Pondok yang diberi nama Pondok Pesantren Mazra’atul Ulum.
Tonggak sejarah berkembangnya Mazra’atul Ulum berawal pada tanggal 30 April 1958. Berbekal dari sebuah Sekolah Rakyat Islam Nahdlatul Ulama (SRINU), yang didirikan oleh beberapa pengurus NU Ranting Desa Paciran kala itu, bola sejarah itu pun akhirnya terus menggelinding. Sekolah Rakyat Islam Nahdlatul Ulama atau disingkat SRINU kemudian berubah nama menjadi MINU, dari MINU dikembangkan lagi menjadi Mu’alimin-Mualimat, dan dari embrio inilah, lantas berkembang dan lahir Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah Umum (MAU), Sekolah Menengah Atas (SMA) Mazra’atul Ulum, dan SMK Mazra’atul Ulum seperti yang kita lihat sekarang, imbuhnya.
Sementara itu Gus Rukin selaku Ketua DPW FORSILADI Jawa Timur menyampaikan kesiapannya untuk membantu mengembangkan pendidikan ini menjadi lebih besar dan maju serta mendirikan Perguruan Tinggi berbasis kearifan lokal. “Saya berharap pondok pesantren ini bisa berkembang lebih maju lagi termasuk salah satunya mendirikan pondok pesantren berbasis kearifan lokal.
Perguruan Tinggi seperti inilah yang belum banyak lahir di negeri ini”. Ungkapan ini diamini langsung oleh pengasuh dan akan membahasnya kepada para pengasuh dan pengurus lainnya. Gus Rukin juga mengharap bilamana nantinya lahir perguruan tinggi yang berbasis pondok pesantren akan melahirkan sarjana-sarjana yang ahli dibidang sains, teknologi, sosial, dan humaniora yang memiliki kelebihan ilmu agama yang mumpuni, tandasnya.
(RN)