Peran Guru Bergeser Di Era Kecanggihan Teknologi

Oleh : Yahya Aziz & Dewi Sinta.

Hari ini 25 November 2021 bertepatan dengan Hari Guru Nasional. Selamat Hari Guru saya ucapkan untuk guru-guru kami dan seluruh guru di penjuru negeri baik yang masih diberikan nikmat sehat maupun yang lebih dahulu dipanggil Sang Pemberi Nikmat.

Siapakah yang layak disebut guru? Sebagai orang Jawa saya sangat mencintai Bahasa Jawa dimana didalamnya kaya akan tingkatan dan istilah. Salah satunya yaitu tembung Kerata Basa yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia dikenal dengan singkatan atau akronim. Hal ini selaras dengan topik yang tertera yaitu menggunakan tembung Kerata Basa ‘GURU’ yang artinya ‘Kudu Digugu lan Ditiru’. Digugu artinya dipatuhi atau dipercaya, sedangkan ditiru artinya dicontoh atau diikuti. Seorang guru harus bisa memberikan contoh dan teladan yang baik bagi para anak didiknya dan harus bisa untuk mempertanggungjawabkan setiap perkataan ataupun ucapannya. Maka yang layak disebut sebagai guru itu sejatinya bukan hanya yang bertatap muka dengan peserta didik di depan kelas saja. Pejabat atau pemimpin suatu lembaga pemerintahan bisa juga disebut sebagai guru. Misalnya Gus Dur sebagai guru bangsa.

Dewasa ini, peran guru semakin bergeser dengan adanya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin pesat, terutama dalam bidang informasi. Berbagai produk iptek seperti media elektronika, cetak dan jaringan tumbuh bagai jamur di musim hujan. Kehadiran media cetak (surat kabar, majalah, tabloid, dan lain sebagainya) maupun elektronika (radio, televisi, CD ROM, internet) akan mempengaruhi peranan seorang guru dalam pendidikan. Sebab, dari media tersebut peserta didik dapat memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan, baik dari dalam negeri maupun manca negara dalam waktu yang relatif singkat. Dapat dijadikan sebagai bahan dan sumber belajar yang praktis bagi peserta didik.

Oleh sebab itu guru tidak dapat lagi mengandalkan dirinya menjadi sumber informasi dan sumber belajar yang utama. Konsekuensinya adalah guru harus mau menggeser peranannya dari pemberi informasi ke peran lain yang lebih eksklusif. Salah satu peran guru paling eksklusif dalam pendidikan adalah sebagai motivator. Guru sebanyak mungkin menyediakan waktu pembelajaran untuk membangkitkan motivasi belajar siswa.

Sebenarnya, peran guru sebagai pemberi informasi dalam pembelajaran merupakan peran konvensional. Praktis dilaksanakan dan sudah berlangsung turun temurun. Peran ini terlihat sangat menonjol ketika guru menggunakan metode ceramah seadanya. Namun bukan berarti metode ini tidak mengaktifkan siswa dalam belajar. Pelaksanaannya tergantung kepiawaian guru menerapkan metode praktis ini.

Peran sebagai motivator guru lebih bersifat manusiawi. Melibatkan unsur bimbingan dan kasih sayang dalam pembelajaran. Unsur ini tidak dipunyai oleh media belajar secanggih apapun, termasuk media internet. Dengan alasan tersebut maka guru perlu menggeser peranannya di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak lagi semata memberikan informasi belajar kepada siswa melainkan memberikan motivasi ekstrinsik yang kuat kepada siswa. Hal itu dapat dilakukan melalui strategi, teknik dan metode pembelajaran yang relevan dengan materi pembelajaran serta karakter peserta didik dan ketersediaan sarana prasarana belajar di sekolah.
Penulis :
Yahya Aziz : Dosen Public SpeakingFTK UINSA
Dewi Sinta : Mahasiswi Public Speaking jurusan PAI, FTK UINSA Surabaya