Jenang Sengkolo, Hadiah Istimewa, Ultah dari KPM PKH Dsn/Ds. Banaran, Kec. Kandangan

Kediri-menaramadinah.com-Pagi yang cerah, KPM PKH Dusun Banaran Desa Banaran, Kecamatan Kandangan, memberikan ‘kejutan istimewa’ usai kegiatan FDS, kepada Pendamping Baru nya Bapak Nur Habib, S.Pd.M.Pd.I.(penulis sendiri).

“Selamat Ulang Tahun ke 55 Bapak” kata Ketua Kelompok, Mbak Susiani, sambil menyerahkan senampan ‘jenang sekolo’ . Taklama berselang anggota yang lain juga mengeluarkan beberapa nampan jenang sengkolo. Pendamping/penulis sangat berterima kasih atas hadiah yang istimewa itu, karena bisa mengingatkan tradisi leluhur dahulu.

Adat kebiasaan yang penulis alami saat setiap pasaran hari lahir oleh nenek tercinta hampir selalu tidak lupa dibuatkan ‘jenang sengkolo’ agar terhindar dari marabahaya(sengkala ning urip).

Jenang senkolo ini bahannya adalah beras ditanah/dimasak dalam panci atau kalau dulu kuwali tanah, diberi air yang banyak, parutan kelapa, garam secukupnya, diaduk sampai matang menjadi jenang.

Cara menyajikan nya, pertama diambil yang warna putih dulu dalam sebuah tempat, sesuai kebutuhan, misalnya; nampan/ lengser, piring, atau takir/ terbuat dari daun pisang, sendok nya juga daun pisang namanya ‘suru’.

Sisanya yang separoh diberi gula merah, setelah diaduk sampai merata sehingga warnanya merah, berikut, ada satu jenang yang putih diatasnya diberi jenang yang berbeda di tengahnya, jenang yang putih diberi jenang yang merah, demikian juga yang merah diberi jenang putih. Maka jadilah sajian jenang sengkolo itu.

Jenang merah lambang ibu, jenang putih lambang bapak, jenang merah diatasnya putih lambang bertemunya atau menyatunya ibu bapak, jenang putih merah lambang menyatunya ibu bapak.

‘Jenang sengkolo’ itu mengingatkan akan adanya jenis manusia yang sangat berjasa kepada kita yaitu ibu dan bapak, serta bersatunya ibu bapak, bapak ibu yang akhirnya melahirkan kita.

Ibu bapak dan bapak ibu, keduanya dengan segala kasih sayang, cinta kasih dan segenap daya kekuatannya untuk membesarkan kita, merawat dan mendidik kita mulai dari dalam kandungan sampai akhir balik yaitu menikah, orang tua kita berjuang tanpa batas, tanpa lelah.

Nah dihari kelahiran kita mengingat, merenungkan betapa berjasanya beliau berdua. Maka kita sekarang sudah besar dan jadi apa, di hari kelahiran yang mebahagiakan itu jangan lupakan beliau berdua, yang beliau harapkan dari kita anak-anaknya adalah doa, doa yang tulus dari anak-anak yang telah dilahirkan dengan perjuangan yang besar ‘nyawa taruhannya’ dan tetesan keringat yang tak terhingga saat beliau berdua memperjuangkan hidup dan kehidupan kita.

Ibu-ibu KPM PKH Desa Banaran yang hebat-hebat, terima kasih telah mengingatkan saat yang berbahagia ini kepada orang tua kita. Mari kita terus mendoakan beliau berdua, dan mari kita ajari tradisi mendoakan orang tua kita kepada anak-anak dengan mewariskan tradisi ‘ jenang sengkolo’ ini yang penuh simbolik dan cita rasa seni yang agung ini.

Jenang sengkolo maksudte ‘ngilangi barang sing nyengkali urip’ artinya menghilangkan sesuatu hal yang bisa menjadi penghalang dalam hidup ini, dengan dongo pangestu wong tuwo loro.
Nur Habib, mengabarkan.