Lesbumi Kab Kediri dan Benda Pusaka

Kediri-menaramadinah.com-LESBUMI PC NU Kabupaten Kediri, mentradisikan para pengurusnya berpakaian sesuai adat orang Jawa dan ‘ngagem pusaka’ sebagai salah satu identitas kebangsaannya se bagai Orang Jawa.

Kalau kita melihat para Pahlawan dan pemimpin Bangsa kita mulai dari Pangeran Diponegoro, Tengku Umar, Cut Nyadin, Panglima Polim, Bung Karno, Bung Tomo, bahkan Jendral Sudirman yang orang Muhammadiyah sekalipun juga mempunyai pusaka, dan juga para Pahlawan di seluruh Nusantara, beliau semuanya juga mempunyai pusaka.

Jadi kita ngagem pusaka ini otomatis meneruskan tradisi para pahlawan.
Lebih jauh Kang Abu menjelaskan para ulama dan masyayikh, juga memiliki pusaka misalnya: Almahfurllah KH Mahrus Ali, Pondok Lirboyo, Gus Yahya Mahrus, putra beliau juga mempunyai pusaka, bahkan Gus Reza cucu beliau juga saat ini, yang memegang tampuk pimpinan Lirboyo juga mempunyai pusaka.

Kang Abu melanjutkan para masyayiekh Pondok Ploso Romo KH. Zainuddin Jazuli, Pondok Purwoasri Almahfurllah KH. Badrus Sholeh Arif, beliau semuanya juga mempunyai benda-benda pusaka atau keris pusaka

” Pengurus dan anggota LESBUMI memiliki pusaka itu sesungguhnya melanjutkan dan menerus tradisi para pahlawan, para pemimpin bangsa dan para ulama” kata Kang Abu dengan penuh semangat.

Itu sebab, di dalam acara kegiatan ngaji rutinan LESBUMI PC NU Kabupaten Kediri di barengi konsultasi dan pameran benda pusaka, dengan maksud antara lain jika di tarik keatas para wali songo pun, beliau-beliau juga memiliki benda pusaka atau keris pusaka.

“Jika seandainya Kanjeng Nabi Orang Jawa maka Beliau nabi mungkin juga punya keris pusaka, karena faktanya Kanjeng Nabi juga mempunya Pusaka yang terkenal ‘Pedang’ salah satunya Dzulfikar” ungkap Kang Abu.

“Maka sebagai pimpinan, pengurus dan aktifis NU yang disebut penerus perjuangan para pahlawan, pembela para ulama dan penerus dakwah wali songo dan ummat rasulullah seyogyanya memiliki benda pusaka atau keris pusaka” pungkas Kang Abu.

Dari pameran benda pusaka/ dalam hal ini keris, agar masyarakat bisa memahami, mengapresiasi, dan pada akhirnya Masyarakat tergerak untuk melestarikan, nguri-uri, dan handarbeni tinggalan warisan unggul leluhur bangsa kita. Amin.
Nur Habib, mengabarkan